Chapter 74 : Zidan Arfathan

30.6K 1.6K 76
                                    

Hai guys 👋, maaf ya kalau ada penggunaan kata atau kalimat yang salah. Serta typo yang bertebaran dimana-mana, dan juga maaf kalau penulisannya masih berantakan, terbelit-belit, serta ada penyusunan kata/kalimat yang kurang tepat. Kalian bisa komen salahnya dimana, nanti saya perbaiki.










Happy Reading

Di kehamilan yang memasuki usia 8 bulan 2 minggu ini, Qila sangat hobi memasak. Jika dulu Qila hanya masak 1 atau 2 kali dalam sehari, akhir-akhir ini Qila masak lebih dari 5 kali dalam sehari. Entah lah, semenjak ia mengandung anak keduanya ini ia sangat suka memasak.

Sebenarnya Alzio bingung antara menyukai atau tidak menyukai hobi baru Istrinya ini, pasalnya selama istrinya itu memasak, istrinya itu tidak bisa menghabiskan semuanya. Agar tidak mubazir sepulangnya dari kantor mau tak mau Alzio harus memakan semua hidangan yang sudah tersaji di atas meja. Terkadang juga ia akan memberikannya pada tetangga-tetangga sebelah rumahnya.

Hal itu membuat berat badannya akhir-akhir ini selalu naik drastis dan dirinya pun mau tak mau harus berolahraga lebih lama lagi setiap paginya agar berat badannya tetap seimbang.

Berbeda dengan kehamilan pertama nya dulu saat tengah mengandung Ziva, Qila selalu bermalas-malasan dan sangat manja pada Alzio. Tetapi kehamilannya yang kedua ini justru berbeda, Qila sangat rajin dan tidak terlalu bergantung pada Alzio. Qila selalu melakukan segala hal sendiri.

Jika dulu saat Qila tengah mengandung Ziva, Alzio selalu menemani istrinya itu setiap saat, bahkan Alzio rela bekerja dirumah hanya demi istrinya itu. Berbeda dengan kehamilannya yang sekarang, Qila selalu menyuruh suaminya itu untuk bekerja dikantor saja, tidak perlu dirumah. Bahkan dalam urusan memasak pun Alzio sebenarnya melarang keras istrinya itu, mengingat usia kehamilannya. Namun Qila tak pernah mengubris ucapan suaminya dan mengancam akan mendiamkan Alzio jika ia tidak diperbolehkan memasak.

Saat ini Qila berada di dapur dengan bib apron di tubuhnya. Tangan nya terus memasukkan berbagai macam rempah-rempah yang sudah ia siapkan tadi ke dalam sebuah panci yang berisikan sayur dan juga wortel di dalamnya.

Saat Qila ingin mengambil garam, Qila melihat persediaan garam dirumah nya telah habis. Lalu bagaimana masakan nya tersaji dengan sempurna jika tidak ada garam di dalamnya?, tidak mungkin Ia menghidangkan makanan hambar untuk Suaminya.

"Duh pakai habis segala". Gerutu Qila dan melepaskan bib apron yang melekat di tubuhnya.

Jika sudah begini, jalan satu-satunya adalah ia harus membelinya terlebih dahulu di supermarket. Ingin beli di warung juga pasti warung yang di dekat rumah nya tidak buka, mengingat jika pemilik warung sedang ada acara di kampung halaman nya.

Qila mematikan kompor terlebih dahulu sebelum melangkahkan kakinya menuju kamarnya, mengambil hijab dan kunci mobilnya yang ia taruh di atas meja. Setelah itu, Qila mengunci pintu rumah nya agar tidak ada siapapun yang bisa masuk ke dalam rumahnya.

Disana, dapat Qila liat Ziva yang tengah bermain bola di halaman rumah. Walaupun bermain seorang diri, anak perempuan itu tetap asik berlari ke sana-kemari dengan riang.

"Ziva". Panggil Qila dengan sedikit berteriak.

Ziva yang mendengar bundanya memanggilnya pun menghampiri sang bunda dengan sedikit berlari. " Iya undaa? ".

" Main nya udah dulu ya sayang, ayo ikut bunda ke supermarket. Kita beli jajan". Kata Qila sembari memakai kan putri nya bando dengan gambar beruang di atasnya.

Mendengar hal itu Ziva melompat-lompat kegirangan. "Yeeeeyy beyi jajan, undaa jipa mau indeljoy sama ess kim teyus cokat, teyus apa lagi ya?, banyak unda". Ucap Ziva sembari membayangkan berbagai macam cemilan yang akan Ia makan nanti hingga kenyang.

Guruku, Suamiku! [COMPLETED]Where stories live. Discover now