Chapter 22 : Khawatir

35.5K 2.1K 42
                                    

Hai guys 👋, maaf ya kalau ada penggunaan kata atau kalimat yang salah. Serta typo yang bertebaran dimana-mana, dan juga maaf kalau penulisannya masih berantakan, terbelit-belit, serta ada penyusunan kata/kalimat yang kurang tepat. Kalian bisa komen salahnya dimana, nanti saya perbaiki.












Happy Reading

"Tidak mau remedi, hanya mau seenaknya dan tidak mengerjakan tugas, lalu berkelahi. Besok kamu melakukan apa lagi hm?". Tegasnya. Tadi ada salah satu Guru mendatangi Alzio dan mengadu kalau hari ini Qila tak mengerjakan tugas di mapelnya. Rencananya Alzio akan menegur Istrinya dirumah. Namun, sekarang Istrinya malah membuat masalah di sekolah. " Mau jadi apa kamu kalau seperti itu, mau jadi jagoan. Iya? ". Lanjutnya yang di selingi dengan tatapan tajam yang tak pernah ketinggalan.

"KALAU DITANYA JAWAB, BUKAN DIAM". Bentak  Alzio. Cukup sabar sudah dirinya menghadapi sikap Qila yang suka seenaknya sendiri. Sesekali ia harus sedikit keras pada Qila agar tak mengulangi kesalahan yang sama lagi.

Qila terkejut dengan bentakan Alzio, membuat Qila menunduk takut. Sebenarnya Qila ingin membela diri, tetapi melihat Suaminya yang semarah ini membuat rasa takut nya lebih dominan.

"Kamu sadar sama apa yang sudah kamu perbuat tadi hm?, JAWAB AQILA". Bentak nya lagi. Alzio kesal karena sedari tadi ia bertanya, tetapi Istrinya itu malah memilih untuk bungkam.

"Ini bukan salah saya". Lirih Qila yang masih menundukkan kepalanya.

" Bukan salah kamu?, lalu berkelahi dan membuat keributan disekolah itu tidak salah?". Ujar Alzio dengan nada sinis namun wajahnya tetap datar sambil menatap Qila tajam. "Kenapa kamu membuat keributan disekolah?, kamu tidak dengar ucapan saya beberapa minggu lalu hm?". Tanya Alzio tegas. Qila hanya diam dan menundukkan kepalanya. Ia takut untuk menatap wajah Alzio, karena Alzio saat ini sedang dalam kemarahan.

" JAWAB! ". Sentaknya lagi karena Qila tak kunjung menjawab pertanyaan nya.

" Ini bukan salah saya, tapi salah Tasya". Jawab Qila pelan. Namun, masih terdengar ditelinga Alzio.

"BUKAN HANYA TASYA, KAMU JUGA SALAH". Bentaknya. Alzio marah karena Istrinya ini tak ingin disalahkan juga. Padahal mereka berdua sama-sama salah dan telah melanggar aturan sekolah.

Jika saja Qila bukan Istrinya, sudah lama Qila dikeluarkan dari sekolah. Karenakan Qila sering melanggar peraturan yang dibuat oleh pihak sekolah.

Dengan keberanian entah darimana, Qila menatap marah Guru yang saat ini menjadi Suaminya. " SUDAH SAYA BILANG, BUKAN SALAH SAYA". Teriak Qila dengan mata yang berkaca-kaca. Ia kesal karena selalu disalahkan dan di pojokkan begitu saja. Ia mengaku salah, tetapi bukan dirinya duluan yang memulai keributan itu. Apakah Suaminya itu tidak mau menanyakan permasalahnnya terlebih dahulu?.

"Lalu salah siapa, Tasya saja begitu?".

" IYA, KARENA DIA YANG CARI MASALAH DULUAN, BUKAN SAYA. DIA BILANG SAYA BODOH, OKE..SAYA AKUI KALAU SAYA MEMANG ANAK YANG BODOH. SAYA SADAR DIRI PAK. TAPI,". Teriak Qila yang menjeda ucapannya. "Tapi saya gak terima kalau dia merendahkan saya. Saya tersinggung dengan ucapan Tasya Pak. Apa saya harus diam saja?". Lirih Qila yang meneteskan air matanya. Namun dengan segera Qila mengelapnya dengan kasar.

Alzio terdiam mendengar ucapan Qila. Dirinya juga marah dan tak terima jika Istrinya direndahkan seperti itu. Dan sekarang dirinya malah menyalahkan Istrinya sendiri.

Guruku, Suamiku! [COMPLETED]Where stories live. Discover now