33. Rencana

7 2 0
                                    

Beberapa part lagi menuju end gais. Ada yang penasaran dengan end nya gak? Jangan lupa Vote dan komen


Setelah beberapa bulan lamanya, hubungan Ryden dan Hanisha semakin dekat. Bisa dibilang Ryden yang terlalu bucin. Apapun yang Hanisha katakan adalah perintah bagi Ryden.

Setiap hari  teman-teman Ryden menyaksikan nya dibilang mau muntah berjamaah karena Ryden terlihat seperti bayi besar. Walau menurut Hanisha menggemaskan tidak bagi teman-teman nya yang menjijikan.

Baby aku mau makan, suapin dong.” Ryden merengek manja.

“Iya.” Jawab Hanisha seadanya.

“Aku juga pengen dong.” Stephen merengut lucu.

“Iya-iya baby ku.”Jawab Galen dengan nada diimutkan.

“Ayo sini peyuk dulu.” Adrian membalasnya dengan nada menggoda.
Sedangkan ketiga inti lainnya sedang menjalankan sebuah misi rahasia.

“Sana lo pada minggir. Jangan ganggu gue.” Usir Ryden sinis, oh tentu saja dirinya ingin bermanja ria dengan Hanisha tetapi ketiga teman nya itu memang tak tau malu. Lebih tepatnya malu-maluin.

“Alah, bos masa kita kan gamau terjadi hal yang engga nanti kalau lawan jenis berduaan nanti yang ketiga setan.” Galen mendadak jadi sok bijak.

“Padahal niat kita kan baik iya kan Phen.” Adrian meminta Stephen menyetujuinya ia hanya mengganguk kepalanya karena ia sedang makan.

Tetapi melihat Ryden diam dengan tatapan tajam seakan ingin melahap mereka.

“Iya deh kita pergi, yuk Phen gue jajanin es krim mau gak.” Galen menarik Stephen dan Adrian keluar sebelum bos besar mereka ngamuk.

“Mauuu.” Sahut Stephen semangat, bocah satu ini memang selalu semangat untuk hal es krim.

Ryden tersenyum puas melihat ketiga temannya mulai pergi.

“Yuk suapin lagi yang.” Ryden kembali dengan mode manja.

“Jangan marah-marah lagi, nanti mereka malah takut sama kamu.” Nasihat Hanisha dengan lembut.

“Habis mereka pada ngeselin sih, suka ikut-ikutan mulu.” Hanisha hanya terkekeh.

-

Di sebuah ruangan yang gelap terdapat seorang perempuan dan laki-laki sedang membicarakan sesuatu yang penting. Mereka duduk di sofa sembari menonton televisi yang tidak terlalu diperhatikan.

Lampu nya memang tidak dinyalakan supaya kesan horornya dapat.

“Bagaimana, kamu sudah dapetin cara buat balas dendam.” Genta mulai berbicara pada Hanisha.

“Tentu.”

“Bagi tau kakak dong.” Antusias Genta mendengar Hanisha mulai menyusun sesuatu di pikirannya.

“Rahasia.”

“Hishh, yasudah tapi kamu hati-hati ya jangan sampe kamu terluka, kakak gamau kamu terluka. Janji sama aku ya?” Genta sayang sekali dengan adiknya ini walau kadang suka berkelahi tapi itu hal yang seru.
Hanisha hanya mengangguk pelan, kemudian mereka berdua kembali menonton televisi.

-

Hari yang paling tidak menyenangkan bagi Hanisha adalah selalu ditanya aneh-aneh, seperti teman sekelasnya ini hanya bisa basa-basi ketika tau pengikut di sosmednya banyak malah disuruh follow. Astaga ia malas sekali tapi apa daya, ia tidak bisa leluasa mengatakan ketidaknyamanannya. Tidak! Hanisha sudah tidak tahan baiklah kali ini ia harus tegas.

“Maaf ya teman-teman aku mau ke toilet sebentar.” Hanisha mulai pamit dari kerumunan mejanya dan melangkahkan kakinya ke toilet.
Samar-samar ia mendengar suara di salah satu toilet.

Byurrr

“Lo pantes dapetin kek gitu dasar bitch!” Teriak seorang perempuan.

“Ran, Cha pegangin cupu itu gue mau tau reaksi temen-temen kita kalau kita buka baju dia.” Mereka berdua mengangguk patuh dan tersenyum penuh kemenangan. Raya segera mengabadikan momen ini di ponsel berlogo apel digigit.

Ryden&Gauri💫 (ON GOING) Where stories live. Discover now