30. Terkenal

36 5 0
                                    

Double update, jangan lupa vote yak!

🔥🔥🔥

Hal yang paling menyebalkan bagi Hanisha adalah terlalu banyak sorotan sudah cukup sekolah lamanya menyoroti dirinya dan diberondong.

"Minta tanda tangan dong kak."

"Foto dong kak"

"Kakak nge date yuk"

Hanisha hanya tersenyum, ia segera ingin cepat pergi. Semua ini salah Gentala dan sekarang laki-laki itu malah meninggalkannya untuk berangkat sekolah. Hanisha segera menerobos paksa agar segera ke kelas.

Namun nasib berbanding terbalik ia pikir semudah itu tetapi malah semakin runyam. Tiba-tiba ada sebuah tangan yang menyeretnya. Hanisha hanya pasrah, penggemar yang ingin minta foto tadi mendesah kecewa. Gagal foto sama artis india, tiba ditempat yang sedikit sepi.

"Terimakasih."Ujar Hanisha.

Yang menyelamatkan Hanisha adalah Galen,"Gak gratis."

"Maksudnya harus bayar?"Mendadak Hanisha menjadi lemot.

"Jadi pasangan dansa gue."

"Oh jadi lo gak ikhlas nolongin gue."Hanisha mengangkat dagu menandakan keangkuhan dan menyilangkan kedua tangannya didada.

"Hm."

"Yaudah dari tadi gak usah nolongin gue." Hanisha segera pergi meninggalkan Galen. Pertemuan yang sangat sulit.

Memang beberapa hari terakhir anak OSIS sedang mempersiapkan sebuah pesta katanya acara-acara rutin perbulan. Hanisha sebenarnya malas mengikutinya, terlalu membuang banyak waktu.

-

Hanisha sampai di kelas dengan muka cemberut melihat kakak tercintanya malah asyik main ponsel. Hanisha terduduk di kursi samping kakaknya. Berpikir untuk nanti.

"Kak, nanti lo datang gak ke pesta male mini."

"Gue mah selalu dateng." Respon Gentala tanpa menatap Hanisha.

"Huft gue bingung, pengen dateng tapi males." Hanisha yang sedikit-dikit bingung bikin orang pusing.

"Kalo gak dateng ya gak gimana-gimana sih." Erangnya lagi.

"Dateng aja, sekali-kali." Saran Gentala. Entah bagusnya apa gambar yang ada diponsel mungkin ngapalin dance tiktok. Biarinlah yang penting seneng.

"Hmm"

-

Malam pun tiba, Hanisha memutuskan untuk datang. Dengan memakai gaun biru yang sopan dan juga high heels tinggi supaya gak dibilang pendek. Hanisha dan Gentala mengendarai mobil Limousine, dengan supir.

Seperti bak alunan music didongeng Hanisha dan Gentala keluar dimobil dengan gaya elegan. Jangan lupakan senyuman menawan Hanisha yang mampu menyihir orang-orang yang ada dipesta itu. Kulit putih kecoklatan bertabur dengan cahaya lampu yang menyorotnya membuat ia dihargai, dipuhi dan disanjung seperti bak Dewi.

Bahkan cowok-cowok menatap Hanisha tanpa berkedip.

Ia hanya tersenyum sambil menggandeng tangan Gentala dengan erat. Gugup? Tentu saja sebelumnya tak ada yang menatap Hanisha begitu memuja.

Acara berlanjut dengan dansa. Hanisha tak terlalu tertarik ia hanya duduk dan menanggapi senyuman dan balas candaan cowok-cowok yang menggodanya.

"Mau berdansa?" ajakan itu dari Edsel salah satu cowok terdingin dari geng Regazas.

"Maaf, gue gak bisa." Hanisha menolak dengan halus.

Tanpa aba-aba Edsel menarik tangan Hanisha dan membawanya berdansa dengannya. Hanisha hanya pasrah menghadapi cowok satu ini. Alunan music A Whole New World dari film musical Alladin menggema. Membuat dansa semakin meriah.

Sebenarnya Hanisha hanya beralasan saja jika ia tidak bisa berdansa.

"Lo cantik."

"Hm"

"Gue suka." Bisik Edsel ditelinga Hanisha, ia hanya tersenyum beruntungnya ia pasangan dansa berganti.

"Hanisha." Ujar Ryden,

"Iya."

Ryden menatap Hanisha intens ia merasa telah mengenal Hanisha dari manic matanya bahwa Hanisha mirip dengan seseorang.

"Lo mirip sama seseorang." Gumam Ryden dan Hanisha jelas menangkap apa yang Ryden katakana.

"Kebetulan, mungkin." Sahut Hanisha.

"Kebetulan?" Ryden semakin mengeratkan pegangan tangannya dipinggang Hanisha, mengelusnya pelan. Hanisha tentu saja tidak nyaman, ia merasa meremang.

"Sorry, gue udahan." Hanisha segera pergi dari ruang dansa dan pergi ke stan minuman, ia meneguk jus jeruknya. Kenapa hatinya berdegub kencang seperti dulu. Tidak ia tidak boleh jatuh ke dalam lubang yang sama. Ia hanya ingin berdamai bukan memulai kesalahan itu lagi. Sudah cukup Hanisha tidak boleh jatuh ke dalam pesonanya lagi.

Memejamkan mata sebentar, ia mengatu napasnya.

"Hai kita ketemu lagi." Sapa Edsel.

Hanisha memandangnya dengan tersenyum kikuk.

-

"Dek, kenapa kita tidak mempercepat rencana saja?" Ujar Gentala tiba-tiba saat sedang makan siang. Hanya mereka berdua sedangkan orang tua mereka sedang berkunjung kerumah paman yang sedang anniversary di Mumbai.

Hanisha bingung disatu sisi ia ingin berlama-lama supaya ia bisa melihat walau hanya dari jauh. Biarpun ia tidak menjadi pemeran utama, tak apa yang terpenting bisa melihatnya.

"Apa kamu ragu?" tanya Gentala, Hanisha menatap manik mata hitam yang sama seperti dirinya hanya lebih gelap.

"Aku takut, aku cuman takut jatuh ke lubang yang sama." Lirih Hanisha.

"Kamu masih mencintai Ryden?" Jantung Hanisha berdegub mendengar satu nama yang ingin ia lupakan.

"Jika kamu tidak mencintainya buktikan." Tantang Gentala setelah itu menyuap makanan.

"Buat dia jatuh cinta padamu lagi, sejauh-jatuhnya kemudian tinggalkan." Lanjut Gentala.

"Oke, aku bakal buktiin kalau aku udah lupakan dia." Dalam mulut memang berkata seperti itu, tapi tidak dengan hatinya. Ia tidak tega memberikan rasa sakit untuk nya lagi.

"Tapi gimana caranya?"

Gentala menyeringai,"Bukankah kamu aktris yang baik untuk berdekatan gunakanlah scenario yang pernah kau mainkan." Memang benar banyak sekali penghargaan bagi Hanisha untuk nominasi aktris terbaik.

Kemampuan aktingnya sudah tidak diragukan lagi, di India ketika dia mendapatkan tawaran film ia tidak perlu ikut casting hanya perlu menerima peran atau tidak.

"Dengar-dengar dia masih punya pacar." Ucap Hanisha mengungkapkan pikirannya.

"Bagus kalau gitu, main cantik saja."

"Okey, but aku gak yakin bisa mempermainkannya sesingkat itu." Hanisha mulai ragu, apa sebaiknya ia menghentikannya saja. Tapi bayang-bayang akan pengkhianatan muncul di pikirannya. Mengingat cinta yang tulus dibayar dengan sebuah pengkhianatan. Ia merasa dipermainkan.

"Bukankah ada acara TV yang mengundangmu, untuk meramaikan awards di sini."

"Oh ayolah, kakak selalu seperti itu, menerima tawaran ujung-ujungnya aku yang kerepotan. Sudah aku bilangkan kalau aku mau Vacum dulu. Capek tau." Cemberut Hanisha.

"Tapi dengan kau menjadi terkenal akan banyak orang, lalu kau dengan mudah mendekatinya."

"Yang ada malah aku yang dikejar- kejar fans."

Akhirnya mereka selesai makan,"Cobalah dulu, kita tidak akan tau jika tidak mencobanya kan?"

"Yah kau benar juga,"

"Ini kesempatanmu, kau hanya membuat dia terkagum padamu. Mudah bukan? Hanya seperti itu, yah setelah itu kau harus tau kan apa yang kau lakukan." Hanisha mengangguk senang, ia tidak ingin ditindas lagi. Luka harus dibayar dengan luka. Tak pernah terbesit di pikirannya untuk melukainya sebelumnya tapi ia harus membuktikan kalau semua orang bisa saja berubah. Tidak akan selamanya menjadi baik. Terkadang orang jahat adalah orang baik yang tersakiti.

Ryden&Gauri💫 (ON GOING) Where stories live. Discover now