11. BIMBANG

34 16 0
                                    

Selamat Membaca
🎈🎈🎈

Saat tiba dirumah Gauri langsung memberikan makanan tadi siang pada abangnya dan ia segera masuk ke kamar untuk membersihkan dirinya. Setelah selesai bersih-bersih ia membaringkan tubuhnya dikasur dan menatap langit-langit di kamarnya.

Apakah yang dikatakan oleh Alena itu mungkin benar, kak Ryden pasti malu banget punya pacar kayak aku, apa mungkin aku harus jauhi aja kak Ryden sebelum perasaan itu mulai tumbuh aku takut aku gak bisa mengendalikan perasaan ini.

Apa aku mulai menjauh aja ya? Mungkin dengan ini aku bisa melupakan semuanya tapi bagaimana jika kak Ryden mengejarku ? ah apa yang kupikirkan gak mungkin kak Ryden mengejar gadis biasa aku berkhayal terlalu tinggi. Aku emang gak pantes jika dibandingin dengan kak Ryden.

Mungkin ini pilihan yang tepat sebisa mungkin aku harus menjauh dari kak Ryden. Tanpa disadari ia mulai tertidur karena memikirkan itu.

Sedangkan dibelahan sana, terdapat seorang lelaki yang berdiri di balkon sambil mengamati bintang-bintang. Ia menatap dengan sendu.

“Ma apakah mama baik-baik saja Iden kangen banget sama mama sekarang papa berubah papa gak sayang lagi sama Iden papa selalu ngebentak Iden, Iden capek ma, Iden pengen ikut mama. Tapi mama pasti akan marah kalau Iden gak nemenin Papa disini.” Adu Ryden menatap langit malam itu.

Semua orang yang ia tahu bahwa Ryden adalah playboy kelas kakap, berlatar hidup kaya yang memiliki semua kemewahan. Tapi apa mereka sadar ia juga rapuh sendirian itulah yang terjadi padanya.

Ia lelah pada dunia apakah ini akhirnya, setelah lama berpikir ia kembali ke kamar dan tidur dengan pikiran yang berkecamuk.

🎈🎈🎈

Keesokan paginya Gauri bangun pagi-pagi untuk membuat bekal untuk kak Ryden dan juga dirinya. Mungkin ini yang terakhir tapi kenapa rasanya sesak ia tidak boleh terlalu jauh padanya. Setelah itu ia bersiap-siap ia segera pergi kesekolah dengan abangnya.

“Woyy, Ri! Ri!”

"Heh iya ada apa?”

“Lo dari tadi murung terus kenapa sih? “

“Mmm aku gak papa kok”

“Jangan bohong loh Gau—“

“Ri lo dipanggil kak Ryden tuh.” Potong siswi lain sinis, Gauri pun keluar dengan membawa bekal mengabaikan teriakan Sherly yang menggema dan benar saja Ryden menunggu dan membelakanginya saat ia menepuk punggungnya Ryden lalu Ryden menarik tangan Gauri dengan lembut.

Gauri hanya pasrah saat dirinya ditarik begitu saja saat sampai dibelakang sekolah Ryden meminta bekal itu pada Gauri dan memakannya. Gauri menatap ke depan ia tidak berani menatap manik mata biru itu.

Ryden juga aneh dengan Gauri biasanya dia memulai pembicaraan untuk mencairkan suasana, tapi sedari tadi ia hanya diam setelah selesai makan.

“Lo kenapa?” tanya Ryden.

“Anu kak … itu…an—“ gugup Gauri sambil menunduk.

Ryden mengangkat dagu Gauri untuk menatapnya,”Ngomong tuh yang jelas.” Ditatap seperti itu membuat jantung Gauri berpacu dua kali lebih cepat. Sambil memberanikan diri.

“Kak sebaiknya aku menjauh aja dari kakak.” Lirih Gauri. Ryden yang mendengarnya membelalakkan matanya.

“Maksud lo apa?” sahut Ryden dengan dingin.

Gauri sebenarnya bingung mau menjelaskan darimana menghembuskan nafas kasar ia kembali menatap manic mata itu.

Terlihat dingin tapi ia harus tetap memberanikan dirinya,”Aku gak tahu tapi mungkin kak Ryden terlalu baik untukku.” Bukannya kebalik.

Ryden&Gauri💫 (ON GOING) Where stories live. Discover now