21. BULLY

45 12 2
                                    

Selamat Membaca
🎈🎈🎈

Gauri termenung sambil belajar, ia mengingat apa yang salah dengan Sherly sekarang Gauri merasa bahwa Sherly berubah padahal Gauri tidak pernah mengambil apa yang Sherly maksud itu. Perlahan Sherly mulai menjauh dari dirinya. Gauri mencoba untuk ikhlas.

“Kurasa Sherly bener aku emang gak pantes ama dia tapi kenapa rasanya sakit. Sherly itu cuman temen aku satu-satunya dikelas. Cuman dia aja yang mau temenan sama aku.” Lirih Gauri pelan.

Memang hanya Sherly saja yang mau berteman nya sejak masuk kelas 7, mana ada yang berteman dengan seorang gadis miskin dan beasiswa, tapi kenapa Sherly pergi menjauh Gauri takut jika ada yang membullynya lagi. Dulu hanya Sherly lah yang mengulurkan tangan dan membantunya.

“Maaf ya Sher aku belum jadi sahabat yang baik buat kamu, kamu pasti udah bosen yah temenan sama aku,” Gumam Gauri tak lama liquid bening menetes dipipinya. Yah ia memang cengeng tapi mau bagaimana lagi. Ia segera menghapusnya pelan.

Tok tok tok

“Masuk.”

“Dek”

“Abang.” Danu tersenyum dan mendekat ke kursi belajar Gauri, sedangkan Gauri perlahan mengembangkan seolah berkata semua baik-baik saja. Danu menuntun tangan Gauri untuk ke ranjang tidurnya. Mereka berdua duduk berhadapan.

“Lo kenapa dek nangis?”

“Aku gak nangis kok bang.” Elak Gauri dengan senyuman.

Menghela nafas,” Lo gak pinter bohong dek,”

Gauri menunduk,”Tatap mata abang Gauri.” Perlahan Gauri mendongakkan wajahnya menatap abangnya itu. Ia berusaha tidak membuat orang disekitarnya khawatir.

“Abang kan udah bilang kalo ada masalah tuh ngomong sama abang jangan dipendem sendiri,abang gak suka. Ngerti?.” Gauri mengangguk paham.

Tiba-tiba Gauri menerjang Danu dengan sebuah pelukan, Gauri memejamkan matanya mencari posisi ternyaman di dada Danu. Danu dengan senang, mengelus punggung Gauri.

“Bang jangan tinggalin Gauri apapun yang terjadi. Tetap disisi Gauri.Janji ya?”

“Iya janji.”

“Bang sekarang Sherly udah kayak menjauh gitu dari aku, aku … aku takut kalo Sherly beneran udah berubah.”Adu Gauri.

“Semua pasti ada alasannya kan?”

“Iya bang, katanya aku dituduh nyuri ATM nya tapi sumpah bang aku gak pernah nyuri atau ngambil barang Sherly sekalipun.”

“Abang percaya sama lo.”

“Bang Gauri beneran takut kalo perlahan semua orang menjauh pertama Ryden lalu sekarang Sherly. Gauri takut kalau abang bunda sama juga menjauh sama Gauri.”

Danu terkejut mendengar tuturan Gauri, Danu mengurai pelukan mereka melihat pipinya yang basah Danu mengusapnya dengan jempolnya dengan penuh kasih sayang, menatap  adik kesayangan nya ”Hey, lo kok ngomong gitu sih, lo masih punya gua sama Bunda, juga abang Rezi sama mbak Iva jangan pernah ngerasa diri lo sendirian.” Tuturan Danu yang membuat Gauri tersadar.

“Ini cuman firasat Gauri aja bang.”

“Huft jangan pernah mikiran atau buat kata-kata itu lagi. Abang gak suka.” Gauri mengangguk lagi.
“Udah sekarang tidur aja udah malem.” Ujar Danu lembut.

“Tapi Gauri belum selesai belajarnya bang.”

“No, sekarang tidur besok bangun pagi, jangan lupa bangunin abang juga.”

“Tap—“

“Ssst tidur atau besok kagak usah sekolah aja.” Gauri cemberut dan melaksanakan perintah abangnya itu. Memakai selimutnya dengan kasar lalu berbaring.

“Yang ikhlas dek.”

“Ini udah ikhlas bang!”

“Iya gak usah nge gas gitu.”

“Ini gak ngegas udah dari sananya bang.”

“Udah ah sini abang elusin keningnya biar cepet bobok.” Gauri dengan mata berbinar segera memejamkan mata menikmat elusan tangan Danu dikeningnya dengan Danu yang duduk bersandar di kepala ranjang , sudah lama Gauri tidak merasakan ini karena kesibukan mereka untuk mempersiapkan diri baik-baik untuk ujian.

Tak lama terdengar dengkuran halus, Danu yang tersenyum lalu mengecup kening Gauri dengan sayang. Tak lupa mengatakan selamat tidur dan lalu ia pergi menutup pintu Gauri dengan pelan supaya sang empu tak terganggu.

🎈🎈🎈

Pagi hari dipagi yang cerah semua murid berlalu lalang dengan candaan dan juga tawa mereka membuat Gauri iri. Danu yang sudah pergi ke perpustakaan, meninggalkan Gauri sendirian disini sebenarnya tidak apa, cuman Gauri kurang percaya diri mendengar obrolan sinis yang ditujukan untuk Gauri.

Byurr

Saat Gauri membuka pintu, ia tertimpa air kotor yang baunya menyengat, semua orang menertawakannya. Gauri yang terlanjur malu cuman menunduk sejenak ia melihat mantan sahabatnya yang asik memainkan ponsel, biasanya kalau dibully seperti ini Sherly lah yang membantunya melawan mereka.

Gauri menunduk,”Hahaha emang enak, sok cantik sih pakek kepedean udah dideketin sama Ryden. Ternyata eh cuman dijadiin bahan taruhan.” Tawa meledak dari mereka semua, siapa lagi kalau bukan Bella, beserta antek-anteknya. Gauri hanya menunduk tidak berani menatap mereka.

“Lo tuh ngaca, gak usah sok sokkan berharap kalo Ryden suka sama lo. Mimpi !”Sarkas Bella yang diangguki antek-anteknya itu, sementara orang mulai mengumpul menyaksikan pembullyan seperti ini.

Bella menyiram air jus yang dibawanya, ia tertawa puas serta teman-temannya. Gauri menahan isakan yang keluar disaat seperti ini mengapa ia berharap kalau Sherly akan menolongnya. Tapi harapannya pupus melihat kecuekan Sherly.

“Berharap banget teman lo itu nyelametin lo yah?” Ucap teman bela yang berkuncir kuda.

“Ck ck ck ck gue kasihan sama lo. Udah gak dapet temen sendirian lagi.” Sahut Teman Bella yang tergerai rambutnya.

“Maaf kak kalo aku punya salah sama kalian.” Lirih Gauri.

“Maaf, sorry yah maaf lo tuh gak guna bagi gue tahu. Kalo minta maaf tuh yang bener. Sujud dikaki gue sekarang !!” Gauri terdiam, ia terlalu takut melihat mata-mata yang sinis itu.

Gauri dengan patuh duduk dibawah,”Maaf kak.”

Sedangkan semua murid yang lain cuman menertawakan nya ada yang juga kasihan dan ingin menolongnya tapi mengingat keluarga Bella yang berkuasa takut ada yang celaka mereka cuman diam menonton.
“Bego banget sih lo.”

“Yuk gais kita cabut.” Mereka bertiga pergi dan semua murid pergi karena tontonannya mereka sudah selesai. Sebagian ada yang kecewa. Bangsat memang!

Gauri bangkit dan segera bangkit untuk pergi, berusaha mengabaikan bermacam tatapan yang tertuju padanya. Ia berharap ia adalah pemeran utama seperti novel yang ia sering baca. Tapi takdir terlalu tidak berpihak padanya.

Sakit itulah yang Gauri rasakan. Melihat ia tidak diterima dan diperlakukan seperti itu, Gauri ingin membalasnya tapi tak bisa. Ia menanamkan pemikiran bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Berharap cerita yang ia baca akan menjadi kenyataan, kebahagiaan akan menghampirinya dengan perlahan.
Tapi, ia merasa tidak yakin cobaan terus menerus datang tak membiarkan ia istirahat sejenak melepas lelah. Bolehkah sekarang ia menyerah?

Tak pernah disangka, takdirnya seperti ini. Kadang ia protes, tapi setelah ia sadar bahwa protes tidak akan mengubah hidupnya.

Cuman satu, berdoalah semoga mimpinya menjadi kenyataan. Walau sedikit mustahil

🎈🎈🎈

Tanggal publikasi : Minggu, 23 Maret 2021

Ryden&Gauri💫 (ON GOING) Where stories live. Discover now