34. memperbaiki hubungan

Start from the beginning
                                    

Haifa menggeleng, mengusir pikiran buruk dikepalanya, juga untuk membuat pusing dikepalanya sedikit mereda. Haifa menenggelamkan kepalanya kedalam bantal, menyembunyikan tangisnya yang mulai bersuara tanpa bisa dia kendalikan, dia tak ingin lelaki itu mendengarnya menangis, dia tahu lelaki itu hanya berpura-pura peduli selama ini. Haifa tak mau jika harus percaya lagi padanya.

Setelah merasa lelah Haifa mencoba memejamkan matanya. Memang sudah kebiasaannya sedari dulu. Jika marah dia akan memilih tidur untuk melupakan semua hal yang membuatnya merasa tak enak hati meski hanya sementara, berharap saat bangun nanti dia sudah bisa berpikir jernih, berani untuk menemui suaminya dan membicarakam tentang kelanjutan rumah tangga mereka. Kali ini dia hanya akan mengikuti kemauan lelaki itu, jika memang pada akhirnya dia kembali pada tempatnya haifa tak akan menolak. Sepertinya memang  lebih baik disakiti ibu tiri yang pada nyatanya bukan siapa-siapa dari pada disakiti suami sendiri.

                               ~~~

Setelah mandi dan berganti baju dikamarnya Kevin turun kelantai bawah. Kembali mencoba untuk membujuk sang istri yang masih merajuk dan tak mau keluar sampai sore ini. Dia berjalan kearah kamar tamu yang digunakan istrinya, mengetuk pintunya pelan, berharap jika istrinya sudah memaafkannya kali ini.

Merasa tak mendapatkan respon apapun dari istrinya, Kevin mencoba untuk membuka pintu kamar yang ternyata sudah tidak dikunci. Dia berjalan masuk, melihat sekeliling kamar mencari keberadaan istrinya yang membuat dia khawatir sedari tadi. Dia menutup pintunya, mendengar gemericik air yang terdengar dari kamar mandi Kevin berjalan ke arah ranjang, duduk disana menunggu istrinya yang masih belum dia temui sepulang dari kantor siang tadi.

Mendengar pintu kamar mandi yang dibuka Kevin menoleh, melihat istrinya yang keluar dari sana dengan langkah yang tertatih membuatnya berjalan mendekat, berniat membantu istrinya itu berjalan meski langsung ditolak wanita itu tanpa menatapnya "haifa ada wudhu mas, belum sholat ashar"

Kevin mengangguk sekilas, berjalan mundur agar tak membuat istrinya merasa tak nyaman. Melihat sang istri yang mengenakan mukena dan memulai sholatnya Kevin kembali duduk disisi ranjang, masih memperhatikan wanita itu yang sholat masih dengan posisi duduk.  Dia hanya memperhatikan sampai istrinya selesai sholat dan berzikir.

Melihat istrinya yang sudah selesai sholat dan melepas mukena dia bangkit, mendekat ke arah wanita itu dan membantunya membereskan tempat sholatnya. Setelah selesai, dia duduk disofa samping istrinya. Memperhatikan istrinya yang selalu menunduk dan tak mau menatap ke arahnya. Kevin tahu wanita itu masih merasa marah.

"Sayang.." Kevin mendekat, mencoba meraih tangan wanita itu untuk dia genggam "mas minta maaf kalau memang kamu menganggap mas salah kali ini"

Haifa tak merespon, dia hanya mendengarkan lelaki itu membela diri, dia ingin tahu sejauh mana lelaki itu akan jujur kepadanya.

"Kayra datang ke kantor untuk meminta mas merawat Aira  sementara waktu. Dia ingin pulang kerumah orang tuanya karena pacarnya yang kasar itu datang menyakitinya dan mengancam akan menyakiti Aira. Laki-laki itu saat ini sedang jadi buronan polisi, selama belum tertangkap posisi Aira masih belum aman."

Haifa diam saja, bukan karena mendengarkan penjelasan suaminya. Dia merasa pusing dikepalanya semakin bertambah, apalagi perutnya yang juga terasa kram, mungkin  karena memang efek dia yang akan datang bulan. Haifa semakin menunduk, memegangi kepalanya yang terasa semakin pusing.

Kevin yang merasa aneh dengan tingkah istrinya menatap wanita itu penasaran. "Kamu kanapa?"

Haifa menoleh, memegangi tangan suaminya agar lelaki itu membantunya "Pusing mas"

Dengan sigap Kevin bangkit, membawa istrinya ke arah ranjang dan membaringkannya disana "kebanyakan nangis ini pasti" Kevin bergumam meski masih bisa didengar istrinya. "Kita ke dokter saja mau? Atau mas panggil dokternya untuk kesini?"

Haifa menggeleng, masih dengan tangannya yang masih memegangi kepala. Kevin menghela nafasnya, duduk di dekat kepala istrinya dan memijiti kepala wanita itu pelan, berharap jika pusingnya akan sedikit mereda. "Sudah makan?" Kevin mencoba bertanya, mengingat wanita  itu tak keluar kamar sejak dia datang sampai dia masuk kedalam kamarnya saat azan asar tadi.

Mendapat pertanyaan dari suaminya haifa menggeleng, mungkin saja dia merasa pusing karena kelaparan, mengingat dia hanya makan dengan porsi sedikit pagi tadi. Akhir-akhir ini selera makannya memang sedang tidak stabil.

Melihat gelengan istrinya kevin menghela nafasnya, turun dari ranjang, berniat mengambil makanan untuk istrinya dan juga obat sakit kepala untuk wanita itu. Mengapa seorang wanita jika marah suka sekali menyakiti diri sendiri seperti ini?.

Hargai saya dengan cara bantu vote ya..

Udah beberapa kali babnya acak, sudah dibenerin besoknya acak lagi. Bingung juga gimana cara benerinnya supaya nggak acak, ada yang tahu?.

See you..

Baja NagaraWhere stories live. Discover now