Miris..

6.3K 478 6
                                    

Malam hari,
Pukul 19:15 Wib.
Kediaman Farzan..

Lima belas menit yang lalu Farzan sudah tiba di rumah dan di sambut hangat oleh Hana, sebab apa? Karena Hana menunggu sesuatu yang di bawa oleh Farzan. Yaitu?

Cilok..

Hana langsung membawa bungkusan yang berisi cilok ke ruang makan, lalu di bantu bibi untuk di pindahkan kedalam piring kecil.

Farzan sungguh tidak percaya, dirinya bahkan kalah hanya dengan sebuah cilok.

Farzan mengusap wajahnya kasar, dan menatap sedih pada sang istri yang terlihat bahagia karena cilok. Dan bukan kepulangan dirinya.

Farzan berjalan gontai menuju kamarnya untuk berganti pakaian. Dalam hati Farzan berkata, "Sabar Farzan.. Hana seperti itu karena sedang hamil anakmu juga.."

Farzan pun memilih untuk mandi.

Kembali ke lima belas menit setelahnya, Hana masih duduk manis di kursi makan. Dan menyantap lahap cilok yang dibawa Farzan.

Hana menoleh ke ruang tengah, Farzan tidak ada disana.
Mungkin sudah naik ke atas..
Pikir Hana.

Bumil muda ini malah mengangkat bahunya acuh, entah kenapa cilok yang ada di depannya sungguh menggoda di banding paras Farzan yang tiada tandingannya.

Mungkin karena tuh cilok sudah dinantikan Hana dari kemarin, sebab Dika tidak membelikannya.

Dika lagi.. Dika lagi..

Mas Dika sing sabar..
Haha..

Setelah suapan terakhir Hana baru merasakan rindunya pada sang suami.

Benar-benar cilok yang luar biasa..

"Bibi tolong ya.. Aku mau susul Mas Farzan ke kamar," Ucap Hana saat Bibi muncul.

"Iya Neng gak papa.." Hana tersenyum lalu berdiri dan berjalan menuju kamarnya.

Klek..

Saat pintu dibuka, ternyata Farzan tidak ada di atas kasur bahkan di kursi kerjanya juga tidak ada.

"Dih.. Mas Farzan kemana sih.. Mas.. Mas Farzan??" Hana berteriak memanggil Farzan namun hening, tidak ada yang jawab.

"Ihhh.. Perasaan makan cilok gak lama deh, masa di tinggalin lagi.." Hana duduk di tepi kasur dan menyilangkan kedua tangannya dengan wajah cemberut.

"Mas Farzan ihh..." Hana bahkan hampir menangis.

Tiba-tiba Farzan masuk dari arah pintu, "Loh.. Sayang udah selesai makannya?" Tanya Farzan tanpa dosa.

Hana langsung menangis disana, "Eh.. Eh.. Kenapa nangis? Ada yang sakit? Perutnya keram? Apa mual lagi??" Deretan pertanyaan Farzan yang khawatir malah membuat bumil itu menangis kencang.

"Huaaaaaaa... M-mas Farzan hiks.. Tegaaa...." Ucap Hana sambil sesegukan.

Farzan yang tidak tahu menahu kebingungan sendiri, Farzan memeluk Hana, "Udah ya jangan nangis.. Kasihan babynya ikutan sedih.." Bujuk Farzan sambil mengecup kepala Hana berkali-kali.

"Coba bilang kenapa nangis, hemm?" Hana dibawa menghadap ke dirinya lalu menggengam kedua tangan Hana.

"Ta-tadi.. Aku hiks.. Panggil Mas Farzan hiks.. Gak nyahut-nyahut hiks.. Hana kira Mas pergi lagi.. Huaaaaa..." Jelas Hana dan malah kembali nangis.

"Udah.. Cup cup cup, jangan nangis lagi.. Tadi selesai mandi Mas ke ruang baca sebentar nyimpen berkas disana.. Mas gak pergi kemana-mana kok.. Tadi kan kamu masih makan cilok dibawah.." Kini Farzan yang menjelaskan.

My Husband, My Teacher. (Selesai) MASIH REVISI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang