Masih Belum Selesai..

23.8K 1.5K 4
                                    

Hana merasa terganggu dari tidur nyenyaknya karena bunyi alarm yang disetel di ponselnya.

Hana mengeliat perlahan namun gerakannya terhenti, kepalanya terasa menyentuh benda keras, Hana yakin semalam dirinya tidur dengan bantal yang lembut.

Saat Hana membuka mata dengan sempurna, dirinya terkejut ada lengan yang menembus dari sela lehernya, lalu perlahan Hana berbalik dan disana ada Farzan yang masih menutup matanya.

"Sudah bangun? Selamat pagi Hana." Ucap Farzan dengan mata yang masih tertutup.

Hana tidak menyangka dan merasa tercengang, posisi tidur seperti ini tidak pernah Hana bayangkan. Farzan seperti sedang memeluknya dari belakang.

"Gak usah kaget.. Kemarin siapa yang minta dipeluk?" Perlahan mata Farzan terbuka dan langsung bersitatap dengan mata Hana.

Suara serak Farzan membuat Hana kembali terkejut dengan apa yang dibilang Farzan, sejak kapan dirinya meminta di peluk.

Apa ini kebiasaan mengigaunya??

Aaarghh..
Hana mengutuk dirinya yang masih sering mengigau.

Ini sangat memalukan.

Hana menutup wajahnya lalu berbalik membelakangi Farzan lagi. Terdengar kekehan Farzan di belakang.

Hana langsung bergerak bangun dan duduk, "A-aku mandi duluan." Ucap Hana lalu berlari ke kamar mandi tanpa menoleh.

Farzan melihat Hana seperti itu sangat menggemaskan, sebenarnya Hana tidak mengigau dan ini hanya akal akalannya saja untuk mengerjai Hana.

Didalam kamar mandi Hana menatap dirinya di depan cermin  wajahnya memerah, Farzan benar benar membuat dirinya salah tingkah dipagi ini.

Hana merutuki dirinya jika benar semalam mengigau meminta di peluk oleh Farzan. Ini sungguh memalukan.

Hana tidak mungkin bisa berlama lama dikamar mandi karena Farzan juga akan menggunakannya, lalu bagaimana Hana harus keluar dari sini?

"Ahhh memalukan." Gumam Hana.

Hana membuka perlahan pintu kamar mandinya lalu menyembulkan kepalanya saja dan menengok kanan kiri untuk memastikan tidak ada Farzan.

Tapi dugaannya salah, Farzan ada disana tengah menunggu dirinya keluar.

Hana segera keluar dengan masih memakai pakaian tidur dan memajai jilbabnya lagi.

"Sudah selesai?" Tanya Farzan saat melihat Hana. Hana mengangguk sebagai jawaban tidak berani menatap mata Farzan, "Tunggu ya, kita sholat berjamaah." Lanjut Farzan yang di angguki lagi oleh Hana karena tamunya sudah selesai.

Setelah Farzan masuk ke kamar mandi Hana mempersiapkan peralatan untuk sholat menggelar sejadah untuk Farzan dan untuknya.

Tak berselang lama Farzan pun selesai dan sudah siap dengan pakaian kantornya. Lalu mereka pun melakukan sholat subuh bersama.

Farzan keluar kamar terlebih dahulu, dan barulah Hana berganti pakaian dengan seragam sekolahnya. Setelah itu Hana turun ke bawah menyiapkan sarapan.

Meski sudah menjelang satu minggu menyandang status istri Farzan, Hana masih belum berani untuk mengganti baju didepan Farzan.

Farzan pun menghampiri Hana yang entah muncul dari mana.

"Hari ini aku bakal pulang telat lagi." Ucap Farzan.

"Hmm, iya gak apa-apa." Jawab Hana sambil menaruh sarapan untuk Farzan.

Mereka melakukan sarapan dengan tenang seperti biasanya.

Setelah selesai Hana langsung membereskan semua yang ada di meja makan dan mencuci piring kotor juga.

Hana pun bersiap mengambil tas sekolahnya dan tas kerja Farzan di kamar mereka, selagi Farzan sedang memanasi mobil.

Hana menghampiri Farzan lalu menyerahkan jas yang dilupakan Farzan dan tasnya.

"Terimakasih." Ucap Farzan sambil tersenyum.

Deg.

Lagi dan lagi Farzan membuatnya semakin bingung.

"Hmm, iya sama-sama." Hana mampu menjawab seadanya.

Mereka pun berangkat, Hana memandang kearah luar jendela disamping berusaha menetralkan detak jantungnya yang seperti berdisko.

Hanya butuh waktu 15 menit saja mereka tiba disekolah, "Hana.. Hati-hati disekolah dan kabari aku jika ada apa apa.. Hari ini aku gak ada jadwal mengajar jadi tidak bisa melihatmu disekolah." Tiba tiba saja Farzan bicara begini.

Hana dibuat bingung lagi dengan ucapan Farzan, namun Hana tetap menganggukkan kepalanya.

"Semangat ya." Farzan mengusap kepala Hana yang tertutup kain itu.

Lalu Hana menyalimi tangan Farzan sambil cemberut karena Farzan membuat jilbabnya sedikit berantakan.

"Assalamualaikum." Ucap Hana.

"Walaikumsalam." Jawab Farzan masih dengan senyumnya.

Hana keluar dari mobil dengan perasaan yang bercampur aduk yang di buat oleh Farzan.

"Ada apa sebenarnya dengan Farzan." Batin Hana.

🌸

🌸

Farzan kembali melajukan mobilnya sambil menghubungi Bima, raut wajahnya seketika berubah. Wajah datarnya kembali.

"Bagaimana dengan perkembangannya?" Tanya Farzan setelah panggilan tersambung dengan Bima.

Tangan Farzan mencengkram kuat stir kemudinya tanda dirinya menahan emosi, ternyata jawaban dari Bima bukan hal baik.

"Tunggu saya 5 menit lagi." Ucap Farzam sambil menambah kecepatannya.

"Ingat jangan bertingkah gegabah.. Baiklah, sampai bertemu di kantor." Farzan mematikan sambungan telponnya.

Ternyata masih belum ada bukti yang kuat dari Bima, Farzan menekan pelipisnya yang terasa berdenyut itu.

Setiap hari harus begadang dan berpura pura baik baik saja di depan Hana. Padahal dirinya sedang tidak baik baik saja.

Farzan harus berkeja keras agar dapat bukti yang kuat, sekali lagi saja Farzan akan mencoba memancing target lagi bersama tim kerjanya.

Satu yang membuat Farzan tidak tenang yaitu Hana, Farzan takut si target melukai Hana disekolah.

Tapi sekarang Farzan tidak bisa berada di lingkungan sekolah dan pengawal yang di kirim Bima pun hanya mampu berjaga di luar area sekolah.

Semua ini menumpuk dalam kepala Farzan yang membuatnya pusing.

Farzan tiba di lobby perusahaannya lalu keluar dari dalam mobil dan menyerahkan koncinya pada security.

"Selamat pagi Pak." Sapa setiap karyawan yang berpapasan dengannya, Farzan hanya menjawab dengan anggukan.

Lalu dirinya melihat Bima yang berlari kearahnya.

"Selamat pagi Pak." Bima membungkuk sebentar lalu menyerahkan berkas, "Ini hasil yang kemarin Pa. !"

Mereka berdua berdiskusi sambil berjalan menuju ruangan Farzan, "Dugaan Bapk ternyata benar.. Namun masih belum cukup bukti." Jelas Bima.

Kini mereka sudah tiba di rungan Farzan, "Kita juga sudah menemukan beberapa orang yang menjadi suruhannya yang menyamar menjadi karyawan disini Pak." Bima menyerahkan satu berkas lagi pada Farzan.

"Terimakasih Bima.. Tapi, kita belum selesai." Farzan mengepalkan satu tangannya yang bebas.

"Iya Pak, kalau begitu saya pamit melanjutkan pekerjaan saya." Farzan pun mengangguk dan Bima keluar dari ruangannya.

Tidak menyangka ada 10 orang yang menjadi pengintai dan menyamar sebagai karyawan di perusahaannya.

Farzan merasa marah pada dirinya sendiri karena selama ini tidak tau akan ada kejadian seperti ini.

Farzan duduk di kuris kerjanya lalu menghela nafas panjang. Kepalanya kembali berdenyut nyeri.

"aaarghhh."

My Husband, My Teacher. (Selesai) MASIH REVISI حيث تعيش القصص. اكتشف الآن