Rumah Sakit..

24.3K 1.5K 14
                                    

"Hana?"

"Mama.." Hana dengan nafas yang tidak beraturan menatap mertuanya yang sedang duduk di sofa yang ada di ruangan ini.

"Sini sayang." Ucap Dinda melambaikan tangannya.

Hana menutup pintu lalu berjalan menghampiri Dinda dan mencium tangannya.

"Kamu kok keringetan sih.." Kening Dinda mengkerut saat melihat wajah Hana yang memerah dan basah, "Kamu lari?" Tanya Dinda.

Hana diam mengatur nafasnya yang masih belum stabil, mata gadis itu tertuju kearah brankar yang dimana suaminya tengah berbaring sambil terpejam.

Selang infus tergantung disana dan bunyi detak jantung Farzan yang begitu tenang.

Dinda yang menyadari tatapan Hana pun mengusap lengan Hana lalu memberikan minum, "Diminum dulu sayang.. Farzan cuma kecapean kok.. Kata dokter Farzan kurang darah karena telat makan sama banyak begadang." Tutur Dinda yang melihat raut kekhawatiran Hana pada putranya.

Hana mengangguk lalu menyimpan gelas yang sudah kosong di atas meja.

"Ma, Hana boleh kesana?" Tunjuk Hana ke arah Farzan.

Dinda mengangguk, "Boleh..Mama juga mau keluar dulu sebentar ya." Hana mengangguk.

"Assalamualaikum."

"Walaikumsalam."

Setelah Dinda keluar, Hana segera menghampiri Farzan dan duduk di kursi samping tempat tidur Farzan.

Hana dengan ragu mengusap kening Farzan dengan lembut, melihat wajah pucat Farzan seperti ini entah kenapa hati Hana terasa sakit.

"Cepet sembuh Mas." Gumam Hana pelan.

Hana menelungkupkan wajahnya diatas lengan yang menggenggam tangan Farzan.

Beberapa menit berlalu, mata Farzan mengerjap untuk menyesuaikan cahaya yang masuk pada matanya.

Farzan merasakan tangannya ada yang menggenggam, lalu melirik dan disana ada Hana yang masih memakai seragam sekolahnya.

Farzan mengulum senyum lalu mengusap kepala Hana dengan tangan satunya.

Hana kaget dan langsung terbangung, "Pak sudah sadar? Aku panggil dokter ya?" Hana mengiraukan rasa pusing di kepalanya karena bangun tiba-tiba.

Tapi Farzan menarik tangan Hana saat gadis itu akan berdiri, Farzan menggeleng, "Gak usah..Aku udah gak papa." Hana kembali duduk.

"Mau minum? Hana ambilin." Farzan mengangguk dan dengan telaten Hana membantu Farzan duduk agar tidak tersedak saat minum.

"Masih pusing?" Tanya Hana lembut yang di jawab gelengan oleh Farzan.

Hahh.. Syukurlah.

"Kamu gak sekolah?" Tanya Farzan karena saat melirik jam ini bukan waktunya Hana pulang sekolah.

"Aku izin.. Di izinin sama Pak Toni waktu jemput ke sekolah." Jelas Hana dan Farzan mengangguk.

"Mau makan?" Tanya Hana.
Wajah Farzan masih terlihat pucat walau sudah di infus.

"Nanti aja ya makannya." Jawab Farzan dan Hana tidak bisa memaksa. "Sini naik." Titah Farzan menepuk sisi ranjangnya.

"Ke sini?" Tanya Hana sambil mengulang yang di lakukan Farzan.

"Hemm, iya." Farzan mengangguk.

"Emang gak papa?" Astaga Hana ini sungguh menggemaskan. Farzan menggeleng sebagai jawaban.

Hana berdiri lalu berusaha naik ke atas ranjang, namun sayang karena memakai seragam dan masih pakai rok membuat Hana kesulitan.

Gadis itu menyengir, "Susah Pak." Jawab Hana yang dapat kekehan dari Farzan.

"Aku telpon maid yang di rumah Mama suruh bawa baju ganti kamu ya." Tawar Farzan.

Namun, Farzan ingat dirinya lupa dimana meletakan ponselnya karena saat di kantor tadi dirinya keburu tidak sadar.

"Kamu liat ponsel aku?" Hana menggeleng. "Kamu punya nomer Bima?" Kali ini Hana mengangguk. "Aku pinjam ponsel kamu."

Hana berjalan menuju sofa dimana disana ada tas sekolahnya, karena ponsel Hana di simpan di dalam tas. Saat menyalakan ponselnya banyak notif dari Bunga san Caca, tapi bukan saatnya untuk membalas pesan mereka.

Hana pun memberikan ponselnya pada Farzan, dan Farzan langsung menghubungi Bima untuk menyuruhnya membawa pakaian ganti Hana di rumah Mama Dinda.

Sekilas Farzan pun tidak sengaja mengintip deretan pesan dari temannya Hana, rasanya ingin tertawa namun dia tahan.

🌸
🌸

Hana keluar dari kamar mandi yang ada di ruang rawat Farzan, sekarang pakaiannya sudah berganti memakai baju santai.

Hana melipat seragamnya di atas sofa, hal itu tak pernah luput dari pandangan Farzan.

Hana pun memasukan seragamnya ke dalam paper bag, lalu kembali duduk di kursi sebelah ranjang Farzan.

"Sini." Farzan ternyata masih menginginkan dirinya untuk naik.

Bukannya tidak mau tapi Hana merasa canggung, belum apa-apa jantungnya berdegup kencang.

Apa memang Farzan biasanya bersikap manis??

"Ta-tapi." Hana yang awalnya ingin menolak namun segera dia berdiri dan bersiap naik, karena tidak tega melihat wajah Farzan.

Ekspresi Farzan barusan benar benar seperti anak anjing yang minta dimanja.

Hana duduk kaku, ini sangat dekat bahkan terlalu dekat meskipun Hana sudah terbiasa tidur satu ranjang dengan Farzan, tapi ini ranjangnya sempit.

Kalian pasti tau tubuh Farzan seorang pria dewasa, kasur seperti ini hanya cukupuntuknya saja.

Ya ampun.. Farzan sangat memaksakan sekali.

"Terimakasih sudah mengkhawatirkanku." Farzan menjatuhkan kepalanya di bahu Hana.

Bisa Hana rasakan suhu badan Farzan panas, Hana tidak bisa bergerak leluasa karena takut menyakiti Farzan tapi lebih tepatnya tidak tau harus melakukan apa.

"Apa kamu tadi berlari untuk kesini?" Pertanyaan Farzan begitu tepat sekali membuat Hana menoleh kesamping tidak percaya.

"Apa itu benar?" Tanya Farzan sekali lagi saat melihat reaksi Hana.

"K-kok tau?" Tanya Hana gugup. Kebiasaan Hana yang ditanya bukan menjawab tapi malah bertanya lagi.

"Jadi itu beneran? Kamu lari-lari kesini?" Sebenarnya Farzan di beritahu oleh Toni saat membuka ponselnya.

Ya, saat Bima membawa baju ganti Hana sekalian memberikan ponsel Farzan.

Toni menceritakan bahwa Hana sangat mengkhawatirkannya hingga saat keluar mobil langsung berlari mencari dirinya.

Ada sesuatu didalam hatinya saat membaca pesan ini, untung saja saat Farzan membaca pesan itu Hana sedang berganti di kamar mandi.

"Jadi?" Farzan benar membuat Hana tidak bisa berkutik.

Hana mengangguk sambil menundukan wajahnya, malu.

"Terimakasih.." Farzan merangkul pundak Hana. "Karena sudah melakukannya untukku." Farzan kembali menjatuhkan kepalanya di bahu Hana.

Wajah Hana memanas saat mendengar perkataan Farzan seperti itu, Hana yakin Farzan juga dapat mendengarkan debaran jantungnya sekarang.

Apa ini yang dinamakan jatuh cinta??

.
.
TBC.

Menurut kalian definisi CINTA itu seperti apa??
Apa yang kalian rasakan saat CINTA itu hadir??

.
.
.
Jangan lupa like komen dan vote juga..
Salam sehat.

My Husband, My Teacher. (Selesai) MASIH REVISI Where stories live. Discover now