Ulat Bulu..

28K 1.8K 38
                                    

Hari senin pagi pun tiba Hana dan Farzan sudah bersiap dengan seragamnya masing-masing.

Hana memakai seragam putih abu tak lupa dengan hijabnya, sedangkan Farzan memakai setelan jas berwarna navy.

Sepertinya Farzan tidak ke sekolah pagi ini karena memakai setelan formal begini.

Setelah kemarin sore beres-beres pindahan meski Hana tidak membawa apapun karena sudah tersedia segalanya disini, bahkan untuk buka kado pernikahan saja belum sempat masih menggunuk di kamar sebelah.

"Aku anterin sampe depan gerbang gak papa?" Tanya Farzan, mereka sedang melakukan sarapan pagi.

"Ya, emang mau nganterin sampe mana?" Tanya balik Hana.

Farzan hanya diam dan melirik Hana lalu melanjutkan kembali sarapannya.

Setelah selesai mereka berangkat bersama,  selama cuti sekolah Hana belum bisa fokus sama ponselnya apa lagi untuk membalas chat dari teman temannya.

Hari ini Hana yakin akan diberikan pertanyaan yang banyak dari mereka.

Hah..
Belum apa apa sudah merasa pening.

Mobil mewah Farzan sudah tiba didepan gerbang sekolah SMA Angkasa58.

"Hana sekolah dulu.." Hana pamitan, keduanya merasa canggung. Hana mengulurkan tangannya untuk meminta tangan Farzan.

Farzan menatap tangan Hana lalu mengulurkan tangannya juga dengan ragu, Hana gereget melihat Farzan lama lalu dia meraihnya cepat dan menyaliminya.

"Assalamualaikum." Ucap Hana dan keluar dari mobil.

"Walaikumsalam." Jawab Farzan yang tak mungkin Hana dengar karena gadis itu sudah berjalan melewati gerbang.

Farzan pun melajukan mobilnya menuju kantor cabang M Property. Salah satu cabang keluarga Mahardika.

Hana dibuat berdebar saat melangkah memasuki halaman sekolah, masih tidak menyangka dengan statusnya.

Jika disekolah dirinya hanya sebagai siswi dan jika dirumah dirinya sekarang sudah menjadi istri walau baru tiga hari.

"Woii." Seseorang menepuk Hana yang membuatnya terjengkit kaget. "Gimana?" Pertanyaan yang absurd.

"Apasih bikin kaget aja masih pagi?? Terus kalo nanya tuh yang jelas." Desis Hana yang kesal karena sekarang jantungnya tambah berdebar akibat terkejut.

"Lo udah skidipapap belom?" Hana melotot pada Bunga yang memberikan pertanyaan tidak di saring dulu.

"Heh mulutnya.." Hana menggeplak mulut Bunga.

Namun cewek itu hanya cengengesan dan menaik turunkan alisnya, "Gimana?"

Astaga..

Hana menggelengkan kepalanya, jika bicara dengan Bunga kalau gak di jawab akan terus di cecar seperti ini.

Sampai mereka tiba dikelas pun Hana masih di berikan pertanyaan yang sama.

"Apa sih? Penasaran banget emang?" Hana menaruh tasnya di kursi, dan sekarang Hana baru merasa menyesal karena sebangku dengan Bunga yang pasti gak akan diam mengorek apa yang dirinya penasaran.

"Iya lah, penasaran banget malah." Bunga sampai bermacam gaya untuk membujuk Hana membuka suara.

"Sakit apa enak?"

"Astaga.. Bunga.." Hana menepuk jidatnya sendiri.

Mana Hana tau sakit atau enak, karena memang Hana tidak mau atau memang belum mau menyerahkan seluruhnya untuk Farzan.

"Udahlah.. Ayo kelapangan." Dari pada mendengarkan Bunga yang mulai gak jelas, Hana menarik tangan Hana menuju lapangan tak lupa Caca pun mengekor mereka berdua.

Caca sebenarnya sudah ada dikelas dan mendengarkan dua orang itu cek cok yang dirinya tidak mengerti.

Apa yang enak?

Apa yang sakit?

Apa Hana jatohnya enak?

Itu semua yang ada di pikiran Caca.

Gak paham.

.
.
.

Jam pelajaran kedua pun sudah selesai Hana dan yang lainnya memilih untuk mengisi perutnya di kantin.

Saat mereka melewati lapangan olahraga, mata Hana menangkap sosok yang dia kenal.

"Na, itu suami lo?" Ucap Bunga yang langsung kena cubitan kecil, "Sakit loh maen cubit aja.."

"Ngomongnya pelan aja." Bunga hanya mengangguk.

Disana ada dua makhluk Tuhan, yang satu seperti biasa dingin dan kalem, yang satu kaya ulat bulu, gatel.

Farzan dan Melisa murid 12IPA 3, cewek populer disekolah dan terkenal suka baperin para cowok dan ninggalin gitu aja.

Sekarang target nya adalah Farzan, sangat terlihat usaha Melisa bikin Farzan kelepek-kelepek.

Ada satu kebanggaan dari dalam hati Hana karena dirinya sudah SAH milik Farzan, namun Hana kembali tersadar.

Mata mereka tidak sengaja bertemu, Farzan merasa terkejut jika Hana melihat Melisa yang terus menempel padanya.

Namun saat itu juga Hana memutus pandangannya menjadi lurus ke depan.

"Pak.. Liat apa sih?" Tanya Melisa dengan suara yang dibuat manja.

"Gak ada." Jawab Farzan cuek.

Melisa mendengus, sebenarnya dia tau guru tampannya ini sedang memanda Hana.

Jangan sampai Farzan menyukai Hana. Batin Melisa.

Melisa tidak tau saja jika hubungan mereka lebih dari yang di bayangkan.

Farzan kembali fokus mengajar praktek bola Volly, meskipun risih dengan tingkah Melisa yang sangat terang terangan menyukainya.

Hana yang melihat dari arah kantin bersama kedua temannya hanya diam.

"Udahlah.. Gak usah diliatin kaya gitu.. Emang lo udah nerima dengan ikhlas pernikahan lo?" Tanya Bunga yang berbicara pelan.

Hana menelan ludahnya susah, Benar. Hal yang dia lihat saat ini sudah biasa.
Tingkah Melisa yang seperti ulat bulu pada targetnya sudah hal yang tidak aneh lagi bahkan Vino satu temannya itu pun pernah jadi target si ulat bulu.

"Emang Hana kemarin gak ikhlas ya pas nikah? Terus kalau gitu sahnya gimana?" Ceplos Caca dengan polos.

Caca yang paling sabar diantara yang lain, sekaligus paling loading jika sedang bersama mereka saja, tapi jangan salah. Caca begini-begini juga paling pintar di kelasnya lalu setelah itu Hana.

Bunga gemas dengan Caca yang tidak pernah konek jiga mengobrol, "Astagfirullah Caca.."

"Kenapa?" Caca benar benar menjawab dengan wajah polosnya.

Hana hanya menutup wajahnya dengan kedua tangan, sedangkan Bunga jangan ditanya, gadis itu sudah banyak mengumpat bergumam sambil diselingi Istighfar.

TBC.

.

.

.

Jangan lupa vote ya sayangku ❤😘😘

.

.

My Husband, My Teacher. (Selesai) MASIH REVISI Where stories live. Discover now