#HUJAN.SERIES.4
"Where have you been all this time?"
"Nowhere. Not your bussiness by the way."
"Air, please?"
"No! Berhenti panggil gue dengan nama Air. Nama itu cuma bisa digunakan untuk orang-orang yang berarti buat gue. Dan lo, Aidan, jelas buka...
Haddekuche is atraditional pastry made in Germany, it is typically a diamond-shaped . The word Haddekuche means "hardcake". This is because it tends to dry relatively quickly and then becomevery hard.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Sometimes I wish life was written pencil so we could erase it and write it all over again.
-Thisuri W-
Aidan POV (regrets pt.2)
Apa aku akan kembali merasakan pedih seperti lima tahun yang lalu?
Apa mungkin ini cara Tuhan menghukumku karena menyebabkan kepiluan pada salah satu orang yang paling aku sayang?
Apa ini salahku?
*****
"Ada satu momen, di mana aku meminta dengan sangat kepada Tuhan agar bisa kehilangan kesadaran saat itu. Agar aku tidak perlu merasakan penderitaan, agar kejadian itu cepat selesai. Sampai akhirnya aku mendengar suara-suara orang yang datang menyelamatkan, tepat sebelum pakaian dan tubuhku dikoyak oleh mereka."
Air masih tertawa. Aneh kan? Dia tidak marah, tidak juga bersedih. Bahkan jejak ketakutan sepertinya sudah hilang dari raut dan nada suaranya. Dia hanya tertawa.
Ketika aku merasa hidupku hancur karena mendengar pengakuannya, dia hanya tertawa.
Ketika aku merasa hati dan pikiranku mati karena melihat dia serapuh ini, dia hanya tertawa.
Dia tertawa tanpa beban, tanpa kekesalan apalagi kemarahan. Hanya ada tawa kering tanpa arti yang keluar dari bibirnya, seakan hanya itu yang dapat dia lakukan. Seakan tidak ada lagi yang dapat dia lakukan. Dia hanya tertawa dan pasrah.
Bukankah harusnya dia tidak sekuat ini menghadapi semuanya? Bukankah harusnya dia marah atau takut ketika menceritakan semuanya?
"Aku mungkin selamat, tapi raga dan jiwaku sudah tidak sempurna. Kamu bisa lihat sendiri bagaimana hancurnya aku di RS. Hal yang kamu lihat di RS hanyalah sebagian kecil yang aku alami."
Tentu saja aku masih mengingat kilasan demi kilasan, kejadian demi kejadian saat pertama kali aku melihat Air di RS.
Waktu itu, aku melihatnya dari balik celah sempit pintu kamar RS. Air balas melihatku langsung dengan guliran mata yang terasa seperti bola kaca yang pecah berserakan, rapuh dan kosong. Air melihatku, tapi tidak menatapku. Air melihat aku berada di sini, tapi tidak tahu aku dekat dengannya. Air hanya terbaring, seperti boneka yang tidak bernyawa.
Bagaikan waktu yang terhenti, aku melihat detik demi detik, aku menatap setiap gerakan yang dia lakukan. Perlahan mata yang menatapku kosong itu menutup, tidak lama tapi cukup untuk meluruhkan dua pasang bulir air dari sudut matanya.
Air menangis melihatku, kali pertama Air menangis untukku.
Kini aku tahu penyebab tangisan dan air mata itu, aku tahu penyebab kekosongan itu, aku tahu mengapa dia terlihat tidak berdaya.
