croquembouche.

1.1K 145 18
                                    

Croquembouche is a dessert consisting of puffs piled into a cone and bound with threads of caramel.

Croquembouche is a dessert consisting of puffs piled into a cone and bound with threads of caramel

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Letting go of your painful past is how you open yourself to a wonderful future.

-Bryant M. McGill-

Air POV

"Nine years ago, I was abused and nearly raped."

Kata-kata itu keluar begitu saja bersamaan dengan derasnya air mata yang turun dari netra. Aku menatap Aidan lekat, menanti detik demi detik reaksi yang akan dia tunjukkan. Akankah dia sedih? Atau marah? Atau mungkin dia akan berteriak tidak percaya?

Namun tidak ada yang dia lakukan, ternyata dia hanya terdiam. Matanya menatapku bingung, sementara wajahnya perlahan memucat dengan bibir bergetar seakan dia tidak tahu harus bicara apa.

Hanya itu. Ya, hanya itu.

Aku tertawa sinis, masih dengan air mata yang mengalir di pipi. Entah mengapa sikap diam Aidan benar-benar membuatku kesal dan marah. Harusnya setelah sembilan tahun, setelah dia tahu apa alasan kepergianku, bukankah harusnya ada sedikit rasa—apapun itu—yang menunjukkan kalau dia peduli.

Melihatnya tajam, aku berkata sinis, "kenapa diam? Kaget, bingung, atau jijik?"

Aidan balas menatapku, wajahnya yang semula diam kebingungan kini terkejut mendengar perkataanku. "Apa?"

"Aku memang menjijikkan, siapa juga yang mau kenal sama cewek menjijikkan seperti aku. Rusak, kotor, gak sempurna. Jadi mungkin kamu bisa pergi sekarang? Pergi? Pergi!"

"Ini semua gara-gara kamu! Kamu! Kamu yang salah, kalau saja.... Kamu!" teriakku meracau, jari telunjuk aku arahkan tepat di depan wajahnya. Dengan tangan gemetar aku menunjuk Aidan seakan dialah yang membuatku seperti ini, seakan dialah penyebab semua ini.

"Air?" panggil Aidan lirih.

Dengan tanganku yang bebas, aku mendekat ke arahnya untuk kemudian memukul tubuhnya kuat. Kepalan di tanganku seakan ingin mendarat di seluruh bagian tubuhnya, agar rasa sakit di hati dan pikiranku menghilang. Aku hanya ingin rasa sakit itu berpindah ke buku-buku jari tangan, tidak peduli pada kepalan yang mulai membengkak atau memerah. Yang penting hatiku tidak sakit lagi.

"Kalau saja..., kalau saja kamu datang. Kamu salah, salah! Aku gak bersalah, kamu yang salah!" ujarku di tengah isakan tangis yang semakin histeris.

Awalnya Aidan hanya pasrah menerima pukulanku yang bertubi-tubi, dia hanya terdiam sambil memejamkan mata seakan ingin menerima semua tanpa tanya. Sampai akhirnya dia membuka mata dan menatapku, kedua tangannya memegang pergelangan tanganku untuk menghentikan pukulan itu.

Di balik kacamata yang dia pakai, kedua alisnya mengernyit bingung, bahkan napasnya pun terengah tidak beraturan. "Aku salah apa Air?! Kasih tahu apa kesalahanku? Apa? Apa Air?"

AIR (END, COMPLETE)Where stories live. Discover now