pain aux raisins.

831 91 31
                                    

Pain aux raisins is a French spiral-shaped pastry made with a combination ofleavened buttery dough or sweetened breaddough, raisins, and crème pâtissière.

Pain aux raisins is a French spiral-shaped pastry made with a combination ofleavened buttery dough or sweetened breaddough, raisins, and crème pâtissière

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aira Nadaa – Narashka Aidan (14 tahun)

Aidan: Air.

Air: Iya Aidan?

Aidan: Lo gak usah seperti ini lagi, gue bisa sendiri.

Air: Maksudnya?

Aidan: Anak laki-laki yang gangguin gue di sekolah. Lo gak usah bantu gue.

Air: Gak apa-apa, mereka keterlaluan. Gue gak suka lihat lo di bully kaya gitu.

Aidan: Gue bisa jaga diri sendiri Air.

Air: Tapi kan kalau kita berdua bisa hadapi mereka lebih bagus dong? Daripada lo sendirian, mending ada gue.

Aidan: Gue bisa sendiri, gak perlu dibantu.

Air: Iya Aidan, tapi....

Aidan: Lo gak percaya sama gue?

Air: Tentu aja gue percaya sama lo, maksud gue kan baik, gue gak mau lo kenapa-kenapa.

Aidan: (terdiam) Oke, terserah lo aja.

Air: (tersenyum) Ini baru Aidan yang gue kenal, Aidan-nya Air.

Aidan: (mengangguk tanpa bicara)

*****

Aidan POV

"M-maaf Ibu..., satu kali ini...."

Berdiri mematung di balkon kamar Air, samar-samar aku mendengar suara segukan tertahan dari balik pintu. Suara rintihan pelan yang tidak pernah aku dengar sebelumnya.

Suara tangisan? Air?

Sepertinya tidak mungkin, Air tidak pernah menangis satu kali pun. Selama dua belas tahun persahabatan kami, tidak pernah satu momen pun aku mendapati tangisannya

Dia tidak menangis. Tidak pernah. Satu kali pun.

Bahkan ketika boneka kesayangannya terlempar ke kolam renang, bahkan ketika baju kesukaannya terciprat lumpur kotor. Juga ketika dia terjatuh dari sepeda dan terluka di lutut, juga ketika dia harus mendapatkan tiga jahitan di lengan atas akibat jatuh dari ayunan. Atau ketika dia berdiri di depanku untuk mengusir anak laki-laki yang lebih tinggi sepuluh sentimeter darinya, atau ketika pertama kali dia mendapat hukuman karena bertengkar dengan anak perempuan lain.

Pun setiap kali aku menangis, dia hanya berada di samping dan memegang tanganku erat.

Hanya itu, tanpa air matanya, maupun raungan suaranya.

Di hadapanku dia selalu terlihat hebat dan tegar. Di hadapanku dia selalu tersenyum dan senang, atau marah dan kesal, tapi tanpa tangisan. Di hadapanku dia akan selalu menjadi Air yang kuat dan dapat diandalkan.

AIR (END, COMPLETE)Where stories live. Discover now