62. AKHIR DARI PERJUANGAN

2.6K 76 10
                                    

"Gio minta maaf kalau secara ga langsung Gio udah ngecewain Muti dan Ayah."

Gio menatap mata wanita yang saat ini memandangnya dengan tatapan teduh. Rasa bersalah selalu menyelimutinya belakangan ini, dari menyakiti Kinaya dengan rasa ketidaktegasannya terhadap Lisa, juga tidak berada disampingnya di saat Jordan pergi meninggalkan mereka. Padahal Gio sadar Kinaya membutuhkannya saat itu.

"Gio ga harus minta maaf, segala tindakan sudah pasti dilakukan dengan pertimbangan bukan? Bukan suatu keharusan untuk kamu selalu ada di samping Kinaya. Gio pasti punya dunianya sendiri yang tidak ada Kinaya di dalamnya."

Perkataan Kirana membuat hati Gio berdenyut sakit. Seharusnya ia sudah tahu tidak ada seorang ibu mana pun yang ingin melihat putrinya disakiti.

"Maaf,"

Kirana tersenyum, tidak tahukah pria di depannya ini tidak perlu melontarkan kata yang tidak seharusnya. Ia mengerti, di usia mereka sekarang, banyak hal hal yang menjadikan keputusan di ambil atas dasar ego sendiri.

"Kinaya sejak dulu ga pernah bisa mengungkapkan perasaannya secara langsung, terkadang gadis itu butuh perantara. Dia selalu mengekpresikannya secara berbeda beda. Kalau dia sedih, dia diam. Kalau dia marah, dia diam. Kalau dia sudah merasa tidak bisa menahan semuanya, ia memilih menjauh pergi. Bahkan sampai mata kami tidak bisa melihat keberadaannya."

Kirana tidak berbohong. Putrinya memang begitu. Kinaya akan lebih memilih menjauh dan pergi meninggalkan semuanya demi mencari ketenangan dirinya sendiri. Melihat Kinaya semakin terpuruk ketika Raga meninggal, begitu pula di susul satu tahun kepergian Jordan. Dua lelaki yang amat sangat dicintainya. Ketika matanya menatap lekat iris putrinya, ia tidak menemukan apapun di dalamnya, kosong. Seolah menjelaskan betapa putus asa putrinya. Bahkan untuk menangis sekalipun rasanya sudah tidak sanggup.

Sebagai seorang ibu hatinya ikut teriris ketika melihat putrinya kembali tersakiti. Putrinya sudah lebih dulu terluka, saat ini yang ia rasakan hanya ingin melihat putrinya bahagia.

"Gio, kita masih sama sama butuh banyak belajar. Dari kejadian yang sudah kita lewati bersama sama semoga kamu menemukan titik pengajaran yang berharga. Bukan hanya untuk kamu, tapi untuk saya dan juga Kinaya. Pun dengan yang lain. Kamu dan Kinaya masih mempunyai jalan panjang ke depan, sebaiknya sambil menunggu jawaban garis takdir Tuhan, lebih baik kalian berdua sama sama memperbaiki diri, bukan untuk satu sama lain. Melainkan untuk diri masing masing. Mencari celah sekira apa yang salah, apa yang kurang, dan apa yang belum terselesaikan. Menjadi dewasa itu sebuah keputusan dan pertanggungjawaban. Tidak apa jika saat ini melakukan kesalahan, memang sudah seharusnya. Kalau kita tidak merasakan kesalahan kita akan selalu bangga dalam setiap langkah. Mau bagaimana pun nanti kalian kedepannya, kamu akan tetap menjadi putra saya dan juga Jordan. Kasih sayang kami untuk kamu tidak akan pernah berubah."

Mata Gio memanas. Ia tentu mengerti perkataan Kirana menuju arah mana. Berkali kali pun ia menyesali tindakan bodohnya tidak akan bisa mengubah apa yang sudah terjadi. Tidak akan bisa begitu saya mengembalikan keadaan seperti kehendaknya.

"Maafin Ayah kalau selama ini punya salah ya, maafin Muti juga kalau selama ini secara tidak sengaja menyakiti hati Gio. Tolong maafkan ya nak...."

Gio tidak bisa menahan air matanya ketika Gio merasakan sepasang tangan merengkuhnya kedalam pelukan.

Sekarang Gio baru menyadari jika sudah sejauh ini ia menyakiti hati dua wanita yang amat ia cintai.

****

Baru saja Gio keluar dari kediaman Bagaskara namun sudah dikejutkan oleh pukulan yang tepat mengenai wajahnya.

"Shit!"

JUNI ( COMPLETE )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang