57. DIAM

1.5K 58 4
                                    

Lisa menangis di tempat saat ini, ucapan Kinaya membuat hatinya teriris. Sehina itu kah dirinya? Bahkan saat Kinaya berlaku kasar padanya tidak ada yang membelanya satu pun. Mereka semua hanya diam dan menjadikannya sebuah tontonan.

Jere menoleh ke arah Lisa. Ia menghela nafas, ia berdiri. "Lisa. Dari awal gue udah pernah peringatin lo untuk ga terlalu jauh, tapi lo yang terlalu keras kepala. Ucapan lo bener bener ga masuk di akal. Bener kata Kinaya, seharusnya semua ucapan lo itu seharusnya emang tertuju ke diri lo sendiri." Kemudian ia pergi dari sana, entah kemana. Setidaknya tidak satu ruangan dengan gadis itu.

Kinaya! Lagi lagi nama itu yang ia dengar. Lisa benar benar muak!

"Kamu tau? Rasanya rasanya saya mau memutuskan pergelangan tangan Kinaya saat ini juga."

Lisa menoleh ke arah sampingnya dengan mata berbinar. Ia membelanya? Pria yang sedari tadi diam, sebenarnya ia bertanya tanya, ada hubungan apa pria di sampingnya dengan Kinaya. Wajahnya sangat tampan, irisnya tajam. Bahkan jika di bandingan postur tubuh dan wajahnya, Gio akan kalah.

Semuanya ikut menoleh ke arah Biru. Penasaran dengan ucapan pria selanjutnya.

"Saya mau memutuskan tangan Kinaya yang sudah lancang menyentuh tubuh kamu."

"Akang!" Pekik Amara.

"Karena jika hanya membersihkan dengan sabun, pikir saya kotoran dari tubuh kamu masih menempel. Jadi saya rasa dengan cara memutuskan tangannya akan lebih cepat untuk menghilangkan kotorannya."

Deg!

Lagi. Lagi. Lagi. Dan lagi.

Tidak hanya Lisa, semua mata yang disana ikut terbelalak mendengar ucapan Biru.

Biru bangun, kemudian pergi dari sana dengan wajah angkuhnya.

Bara terkekeh, "Gue rasa ga ada salahnya nyoba."

Saga mengangguk, kemudian menarik sudut birinya samar. "Heum. Berani juga ni cewek. Kasian tangan kesayangan kita jadi kotor."

Abel berjalan mendekati Lisa. "Lis, ini peringatan terakhir ya buat lo. Karena ga cuma gue yang bakal ngehabisin lo kalau lo berulah lagi. Tapi juga mereka.." Abel menujuk ke arah teman temannya berada.

Mereka menatap Lisa sambil tersenyum remeh, kemudian ikut pergi dari sana, menyusul yang lain. Hanya tersisa satu orang disana.

"You really crossed the safe line, Lisa."

Lisa mendongak, terkejut mendapati Gio masih setia di ruangan ini.

"Dari awal harusnya lo sadar diri kedudukan lo dimana."

Lisa memberanikan diri menatap iris tajam Gio. "Aku cuma berusaha perjuangin Kak Gio, apa itu salah? Apa cuma Kinaya yang punya kesempatan? Cuma karena aku orang miskin, aku jadi kehilangan kesempatan itu?" Ucapnya dengan suara parau.

Lisa berdiri, menghampiri Gio dengan wajah memerah. "Harusnya Kak Gio berterimakasih sama aku, karena aku Kak Gio jadi tau kalau Kinaya itu egois, dia cuma mementingan dirinya sendiri. Harusnya Kak Gio sadar kalau Kinaya ga pantes buat jadi pacar Kakak!" Ucapnya teriak.

Gio membelalakkan matanya, kemudian memasang wajah pura pura terkejut. "Thanks then." Gio tersenyum sinis, ikut berdiri dan bersidekap. "Kalau itu yang mau lo denger."

Lisa menggeleng, bukan itu yang ia maksud. "Kak maksud---"

"Apa?!"

"Lo masih mau buat pembelaan? Apa sih yang ada di otak lo sampai rela jadi kambingnya Arka? Di bayar berapa lo sama si anjing? Hah?!"

JUNI ( COMPLETE )Where stories live. Discover now