50. MENCARI CELAH

1.1K 52 1
                                    

Gio sedang berlari menuju kelas 11 IPA 1, setelah mendengar bel istirahat berbunyi tanpa menunggu lagi ia langsung berlari keluar kelasnya menuju kelas gadisnya.

Pesan bahkan telpon Gio sama sekali tidak di hiraukan oleh kekasihnya, Gio sudah beranggapan jika Kinaya sudah mengetahui alasan mengapa ia tidak menjemputnya hari ini.

Lisa tersenyum sumringah ketika mendapati Gio berada di depan pintu kelasnya, ia mengira bahwa pria itu akan menjemputnya dan mengajaknya makan bersama di kantin. Namun seketika senyumnya luntur ketika, baru hendak menyapa Gio, tetapi justru pria itu melewati mejanya begitu saja bahkan tanpa menolehkan pandangan ke arahnya. Lisa menoleh mengikuti arah pergerakan tubuh itu, seketika tersenyum miris. Tentu saja ia menghampiri kekasihnya, ah Lisa sampai lupa.

"Sayang.." panggil Gio lembut.

Kinaya menoleh dan tersenyum singkat.

Tubuh Gio berdesir hebat, mengapa Kinaya tersenyum kepadanya? Apa dia tidak tau?

Gio hendak berbicara namun terhentikan oleh Kinaya yang memotong pembicaraan, "Buruan deh ke kantin aku laper banget,"

Gio mengangguk kaku dan menggandeng tangan Kinaya. Kemudian berlalu meninggalkan kelas di ikuti oleh ketiga temannya. Inti Gardions sudah lebih dulu menunggu di kantin.

Lisa terdiam di tempatnya, ia kira setelah berhasil membujuk Gio untuk menjemputnya bahkan berhasil membuat Gio lupa untuk menjemput Kinaya, itu artinya ia mendapatkan celah untuk lebih dekat dengan pria itu, namun ternyata dugaannya salah. Bahkan Kinaya masih bersikap tenang seolah tidak terjadi apa apa.

"Lisa Lisa, lo kira kita gatau yang ada di otak lo itu apa," kekeh salah satu gadis di kelasnya.

"Kak Gio ga akan berpaling dari cewek sesempurna Kinaya,"

"Bisa aja sih," celetuk salah satunya.

Lisa menoleh ke arah gadis itu dengan wajah penasaran. Benarkah?

Gadis itu tersenyum sinis, "Iya bisa aja kalau lo ga punya malu dan bermain secara licik."

Ucapannya mengundang gelak tawa seisi kelas. Mereka dengan terang terangan menertawakan Lisa. Bahkan mereka juga tidak segan segan melihatnya dengan tatapan sinis.

Lisa mengepalkan tangannya dan meremat kuat kuat rok abu abu yang ia gunakan. Mati matian menahan tangis.

"Wah wah dia marah guys," lagi lagi mereka tertawa.

****

"Sayang maaf,"

Kinaya menoleh ke arah Gio yang sedari tadi menggenggam erat tangannya. "Maaf kenapa?"

"Maaf karena aku tadi pagi lupa jemput kamu, maaf ya janji aku ga akan ngulangin lagi. Lain kali aku bakal kabarin kamu dulu kalau aku ga bisa jemput kamu. "

Kinaya menyatukan alisnya, ia masih menunggu ucapan Gio selanjutnya. Namun sepertinya pria di depannya ini sudah selesai berbicara. Kinaya menarik sudut bibirnya samar, Gio tidak berusaha untuk menjelaskan alasan mengapa ia tidak menjemputnya hari ini.

Kinaya mengangguk, "Lain kali kalau ga bisa hubungin aku dulu, biar aku ga telat."

"Iya maaf ya sayang,"

Kinaya mengangguk dan tidak mengucapkan apa apa lagi. Gio juga tidak menyadari bahwa teman temannya mati matian menahan untuk tidak mengumpat pada pria itu.

Kinaya teringat sesuatu lalu menoleh ke arah Gio, "Aku mau ada yang di bicarain nanti ke kamu."

Gio mengernyit dahi bingung, kemudian mengangguk, "Tentang apa yang?"

JUNI ( COMPLETE )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang