9. HARUS JADI SIAPA SIAPA TITIK

2.3K 112 16
                                    

"Astaga Kin!"

"Ay!"

Gio menepuk pipi Kinaya , berusaha membangunkan namun Kinaya masih tetap memejamkan matanya. Bara sudah panik dan menyuruh Jere dan Devan untuk mempersiapkan mobil.

"Biar gue aja," ucap Gio pada Bara. Kinaya langsung di gendong ala bridal style, Gio menghiraukan tatapan dari siswa siswi yang berlalu lalang di koridor.

Bara menggeram kesal, bisa bisanya dia kecolongan. Sial! Lihat saja Bara akan menemukan siapa pelakunya.

"Cek cctv koridor arah ke kantin dekat toilet barusan! Siapapun yang nyelakain Kinaya ga bakal bisa hidup tenang setelah ini!." Titah Bara kepada Damian. Damian yang mendengarnya pun meringis, terdengar sekali jika Bara saat ini sedang emosi.

Setelah Kinaya dimasukkan ke mobil, Bara masuk dan duduk di kursi pengemudi. Sedangkan Gio berada dibelakang bersama Kinaya.

Di usap pelan kepala Kinaya. "Kin, lo denger gue. Orang yang nyelakain lo hari ini bakal gue abisin!" Geram Gio. Gio tersayat hatinya melihat Kinaya yang terbaring di pahanya dengan tidak berdaya.

Sedangkan Bara yang melihat itu dari spion mencengkram erat kemudi stirnya, rahangnya mengeras. Ia benar benar tidak bisa berfikir jernih saat ini.

Setelah sampai di rumah sakit, Kinaya langsung diperiksa oleh dokter dan sekarang berada diruang UGD.

"Sorry Bar." Lirih Gio yang akhirnya membuka suara.

"Bukan salah lo. Kita juga gatau bakal kejadian kaya gini,"

"Arghhhh! Bangsat!" Ucap Gio frustasi sambil menjambak rambutnya.

Bara juga sama frustasinya.

"Gue gagal lagi." Bara masih menundukkan kepalanya.

"Abang!" Bara dan Gio sontak menoleh, terlihat Kinara bersama Maira----Ibu Bara tengah berlari kearah mereka. Terlihat raut wajah khawatir keduanya.

Bara dan Gio berdiri, "Abang mana Aya bang?"

"Masih didalam, Muti. Belum selesai pemeriksaannya." Jelas Bara.

"Mba Aya Mba, astaghfirullah." tangis Kirana dalam pelukan Maira.

"Sabar Na, kita tunggu kabar dari dokter ya." Maira menuntun Kirana untuk duduk. Gio menghampiri Kirana dan memegang punggung tangannya erat, "Maafin Gio." Ucapnya sambil menunduk.

Kirana tidak merespon, ia masih menangis dalam pelukan kakak iparnya.

Ceklek

Dokter keluar dari ruang pemeriksaan, "Keluarga Pasien?"

Semuanya menoleh, Kirana maju "Saya Ibunya dok, bagaimana keadaan anak saya?"

"Luka jaitan dikepala anak ibu terbuka kembali, dan putri ibu mendapatkan memar dibagian dahi sebelah kirinya. Sementara putri ibu harus dirawat karena tubuhnya kekurangan cairan. Di mohon pasien untuk memperhatikan pola makan dan istirahatnya agar teratur. Selebihnya baik."

Semuanya bernafas lega, setidaknya Kinaya masih dalam keadaan baik. "Kalau begitu saya permisi, pasien bisa langsung dijenguk."

Setelah dokter pergi, semuanya masuk kedalam ruang rawat Kinaya. Dalam sebulan sudah dua kali Kinaya kembali ke rumah sakit.

Gio menghela nafasnya lelah, ia marah pada dirinya sendiri. Ia tidak bisa menjaga Kinaya dengan baik, dalam hati ia hanya bisa mengucapkan maaf kepada gadisnya.

"Abang, kenapa bisa begini?" Tanya Maira kepada Putra pertamanya.

"Maaf Ma, tadi Kinaya mau ketoilet, dan ngelarang kita semua buat nganterin. Setelah ga balik balik, kita semua mutusin buat nyusul Kinaya. Ternyata setelah ketemu Kinaya udah kaya gini. Maaf Ma, Abang salah."

JUNI ( COMPLETE )Where stories live. Discover now