19. SEBUAH PESAN

1.5K 73 3
                                    

"Kin astaga bisa bisa lo ngelempar si Abel pake duit gepokan," heboh Melody sambil menggelengkan kepalanya.

"Hm tau gitu gue tangkap tadi, lumayan beli seblaknya Mba Sela." Balas Amara semangat.

"Wanda tuh kelas berapa?"

Anna menoleh ke arah Kinaya, "Wanda tuh anak kelas sebelah kita."

"Kenapa Kin?"

Kinaya menggeleng, "Gapapa, cuma heran aja. Kalau ga salah Amara sempet bilang sama gue kalau ga ada yang berani lawan Abel di sekolah ini,"

Anna mengangguk, "Emang bener, cuma beberapa kali emang cuma si Wanda yang berani lawan si Abel. Ga sampe parah sih, cuma ya kaya tadi aja tuh."

"Tapi itu udah nilai plus sih dimata gue,"

"Yaudah makan yuk, gue laper banget buset." Celetuk Melody.

Sedangkan di meja lain terdapat inti Gardions yang memandang takjub ke arah Kinaya, terlebih Gio. Gio masih terkejut melihat bagaimana Kinaya menghadapi Abel dengan tenang, dan bagaimana Kinaya pandai mengontrol emosi, padahal siswa lain sudah menatap geram dengan tingkah Abel yang semena mena, sayangnya mereka tidak punya keberanian seperti Kinaya.

"Si neng Kinaya mantep banget ya bos," gumam Devan.

Damian menganggukan kepalanya setuju, "Dia tuh ngadepin Abel ga pernah yang sampe ke sulut emosi gitu,"

"Emang dasarnya adem," Jere menambahi. "Udah cakep, adem. Paket combo banget," celetuk Devan yang langsung mendapat tatapan tajam dari Gio.

Devan yang menyadari itu pun hanya menyengir, "Bercanda, maap."

Bara hanya memutar bola matanya malas menatap teman temannya.

"Nanti malem ke markas, ada yang mau gue bicarain," titah Gio kepada teman temannya.

****

"An gue nebeng supir lo ya? Nyokap gue ga bisa jemput,"

Anna mengangguk kepalanya, memang rumah Anna dan Amara searah.

"Gue udah dijemput tuh, gue duluan ya."

"Yaudah gue sama Amara juga duluan ya Kin. Lo dijemput kan?"

Kinaya mengangguk, padahal yang sebenarnya Kinaya tidak dijemput. Muti sedang ada meeting, yang supir pribadi Ayahnya yang mengantarnya.

Kinaya menoleh ke arah parkiran, terlihat inti Gardions disana, berdiri disamping motor mereka masing masing, ada sepupunya juga disana.

Kinaya berjalan menghampiri mereka, "El,"

Panggilan Kinaya membuat mereka yang disana menoleh ke arahnya.

"Eh neng Kin, belum pulang neng," goda Devan, sedangkan Kinaya hanya tersenyum menanggapi.

Bara menghampiri Kinaya dan mengusap surai rambutnya lembut, "Kok belum pulang?"

"Ikut ya? Males pesen taxi online,"

Bara mengangguk, "Yaudah yuk," belum sempat Bara menaiki motornya, Gio sudah lebih dulu bersuara.

"Sama gue aja," tawar Gio

Kinaya menoleh ke arah pria itu, "Sama gue aja Ay,"

"Ya ampun jadian belum udah Ay Ay aja lo Gi,"

"Ada akhlak lo begitu?"

"Lo berisik banget sih Dev," kesal Damian kepada temannya, heran Devan ini mulutnya seperti emak emak saja.

Bara menghiraukan teman temannya, "Mau? Kalau ga mau gapapa," tanya Bara lembut.

Kinaya malas berdebat, karena pasti akan lama selesai, maka dari itu Kinaya mengangguk. Gio yang melihatnya tersenyum tipis.

Mereka keluar beriringan, dan berpisah jalan hanya diperempatan yang jaraknya tidak jauh dari sekolah.

"Mau pulang atau mau makan dulu?"

Kinaya memajukan kepalanya, "Hah?"

Gio sedikit berteriak "Mau makan dulu ga?"

"Ga laper,"

"Tapi gue laper,"

Kinaya berdecak, Gio yang mendengarnya tersenyum dibalik helm full facenya.

Gio berhenti didepan cafe, dan memarkirkan motor sportnya.

Mereka berdua memasuki cafe dengan tangan saling bertaut, entah lah untuk sekedar memberontak saja Kinaya sudah malas rasanya, menurutnya berhadapan dengan Gio hanya akan membuang energi.

Setelah duduk, pelayan disana memberikan menu kepada mereka berdua.

"Mau apa Ay?" Tanya Gio sambil membolak balikkan buku menu dihadapannya.

Kinaya menutup menu, "Bebas,"

"Mau spageti carbonaranya 2, minumnya satu ice lemon tea dan 1 ice matcha latte no sugar ya Mba,"

"Baik, ditunggu pesanannya Kak," pelayan itu menunduk samar, lalu pergi dari meja mereka.

"Kenapa ga langsung pulang aja?" Misuh Kinaya dibangkunya.

Gio tertawa mendengarnya, "Iya sebentar makan dulu, ga bisa banget di romantisin dikit sih Ay,"

Kinaya berdecak pelan, "Ye dangdut lo,"

Gio menahan dagunya dengan tangan kanannya, menggoda Kinaya dengan terus memperhatikannya. Kinaya melirik Gio sekilas, "Apa?"

Gio menggeleng, "Cantik,"

Kinaya mengibaskan rambutnya kebelakang dengan muka angkuh, "Emang,"

Menjawab santai, yang sebenarnya menutupi ke gugupannya didepan Gio.

"Yee, malah gede kepala," kesal Gio sambil tertawa.

"Lah kan emang kenyataan,"

Gio mengangguk, "Hm, sayangnya bener,"

"Oh jadi sayang?" Goda Kinaya jahil.

"Eh? Apaan tadi?"

Tawa Kinaya pecah, "Kaya orang oon deh lo,"

Candaan mereka terhenti ketika pesanan mereka sampai.

Ting!

Gio menoleh ke arah hpnya yang berbunyi pesan masuk.

Jeremy
Gi, sorry. Bisa ke markas?
Gue dapet info kalau nanti malem
Leon bakal ngajak war.

****

Semoga masih ada yang nungguin ya!

Kinaya lama lama baper gak ya digituin?

Jujur, aku selalu salting kalau diliatin orang lama gitu wkwkwkwkwk byeworld

****
Tbc

JUNI ( COMPLETE )Where stories live. Discover now