22. HEY, WAKE UP!

1.4K 69 6
                                    

Semua berdiri ketika melihat dokter keluar dari ruang pemeriksaan.

"Gimana Dok?" Tanya Bara mewakilkan semua.

"Untuk lukanya mendapatkan 6 jahitan, namun tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena luka tusuk tidak mengenai organ dalam yang berakibat fatal."

Mereka menghela nafas kasa, entah harus bersyukur atau harus bereaksi seperti apa. Melihat Gio yang terbaring di dalam saja sudah membuat mereka gusar.

"Terimakasih Dok."

"Baik, pasien akan di pindahkan ke kamar inap. Saya permisi."

Mereka mengangguk, pintu terbuka memperlihatkan Gio sedang terbaring lemah di atas brankar yang sedang di dorong oleh 2 suster yang bisa mereka tebak hendak di pindahkan ke ruang inap.

"Leon bener bener anjing!" Geram Devan.

"Gue rasanya pengen ngehajar Leon saat ini juga." Emosi Damian tak kalah.

"Tapi lo tau sewaktu Gio bangun dan denger lo ngelakuin itu. Dia orang yang paling pertama kecewa sama lo." Celetuk Jere memotong pembicaraan.

"Tapi gue sedih banget ngeliat Gio kaya gini. Ngerasa gagal banget sih." Lirih Damian.

"Kita tunggu Gio sadar dulu, kita liat keputusannya gimana. Gue tau kalian semua emosi, gue juga sama. Bahkan rasanya gue mau bunuh Leon pake tangan gue sendiri sekarang. Tapi gue tau tau tindakkan bodoh kita bakal berdampak buruk buat Gio dan kalian nantinya. Jadi tunggu..."

Mereka mengangguk.

"Gue cabut. Gue mau urus cctv dulu di markas, buat jaga jaga."

Bara dan yang lainnya mengangguk.

"Thanks Jer."

Belum sempat Jere keluar, pintu ruang rawat Gio terbuka. Mereka semua menoleh ke arah pintu, menampilkan seorang perempuan yang masih memakai baju tidur.

Kinaya masuk, terkejut melihat Gio terbaring dengan wajah pucatnya disana.

"Jer? Mau kemana?" Tanya Kinaya ketika melihat Jere hendak keluar.

"Ke markas bentar. Ada yang mau di urus."

Kinaya mengangguk, "Hati hati."

Jere mengangguk.

Kinaya menghampiri keempat temannya yang sedang terduduk di sofa sudut ruangan. Meletakkan dua paper bag berisi makanan dan beberapa perlengkapan yang ia siapkan sebelum berangkat kesini.

"Kalian makan dulu, terus istirahat."

Devan menggeleng, "Gausah Kin. Gue ga laper."

"Makan dulu, kalian butuh tenaga juga. Biar gue yang gantiin jaga Gio." Tekan Kinaya.

Mereka mengangguk, akhirnya mulai membuka makanan mereka masing masing.

Kinaya menghampiri Bara yang sedari tadi hanya diam saja. Meraih bahunya untuk dia dekap erat, ia tahu pasti Bara merasa bersalah atas kejadian ini.

Bara membalas pelukan Kinaya tak kalah erat.

Sudah cukup lama, Bara akhirnya melepaskan pelukannya. Kinaya merapikan rambut Bara yang berantakan.

"Makan ya," titah lembut Kinaya. Bara mengangguk, dan mulai bergabung dengan yang lainnya.

Kinaya bangun dari duduknya, menghampiri Gio yang sedang terbaring lemah, perlahan di genggam tangannya erat. Dilihatnya lekat wajah yang terlihat pucat itu, apa ini arti dari pesan yang mengatakan tidak akan bertemu beberapa hari dengannya?

JUNI ( COMPLETE )Where stories live. Discover now