50 El Jugador

42K 3.9K 903
                                    

Jangan lupa play lagu di atas ya!Happy Reading!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Jangan lupa play lagu di atas ya!
Happy Reading!!!




Suhu sore hari ini terasa cukup dingin. Anginnya yang sesekali berhembus kencang menerbangkan helaian rambut panjang seorang gadis yang baru saja menjejakkan kakinya, kemudian ia menekuk kedua lutut dengan kedua kaki sebagai tumpuan seraya menatap sendu ke arah pusara di depannya.

Wajah Karin terlihat begitu datar, tidak ada ekspresi yang menggambarkan kondisi hatinya saat ini. Perlahan tangan kurus gadis itu terulur, menyentuh batu nisan yang terlihat sedikit berlumut, namun tidak sampai menutupi serangkai nama yang terukir di atasnya.

Ibu jari Karin bergerak, mengusap lembut batu nisan tersebut. Ada sebersit rasa bersalah ketika melihat peristirahatan terakhir ibunya tampak tidak terawat. Beberapa rumput liar tumbuh memanjang, menutupi sekitarannya.

Bagaimana ini? Karin harus memposisikan dirinya 180 derajat berbanding terbalik dengan apa yang dia rasakan ketika ia sedang berada di depan ibunya. Karin kuat. Itu yang ibunya tahu.

Rasanya begitu menyiksa ketika harus berusaha membuat diri terlihat baik-baik saja, namun nyatanya ia sedang hancur.

Helaian rambut gadis itu lagi-lagi bergerak karena ditiup oleh hembusan angin. Karin mengulum bibir ranumnya, menggigitnya kecil. Segaris bibirnya yang terdapat luka di bagian sudut perlahan dipaksakan untuk terangkat hingga terasa nyeri, beriringan dengan rasa ngilu dan sesak yang menjalar di dalam dadanya.

Karin kuat. Begitu kata ibunya. Tapi nyatanya air mata gadis itu terjatuh, hingga menetes ke atas tanah.

"Ma."

"Hmm?"

Karin masih ingat begitu jelas bagaimana ukiran senyuman tulus ibunya kala itu yang meneyembunyikan sakitnya, namun memaksakan diri untuk terlihat baik-baik saja di depan anak semata wayangnya.

"Doain Karin ya. Biar Karin bisa dapat nilai tinggi terus di kelas. Karin mau pertahanin peringkat satu, kalau bisa sampai lulus SMA."

Wanita itu hanya mengulum senyuman sederhana. Senyuman yang bisa membuat Karin merasa kuat. "Karin kalau capek jangan paksain diri ya? Bukannya Karin suka melukis? Jangan belajar terlalu berat, Mama lebih senang kalau Karin ngelakuin apa yang Karin suka."

Ibunya benar. Karin tidak suka belajar. Gadis itu lebih senang menghabiskan waktunya dengan cat warna dan kuas, melukiskan imajinasinya di atas kanvas.

Karin menggeleng kala itu, bersikukuh dengan ucapannya. "Pokoknya Mama doain Karin ya? Karin mau jadi dokter. Kalau Karin jadi dokter, pasien yang datang langsung Karin tanganin, yang nggak mampu nggak perlu bayar. Bagi Karin nyawa orang lebih penting daripada uang."

EL JUGADORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang