49 El Jugador

39.3K 3.6K 833
                                    

Maaf ya, minggu ini aku lagi sakit. Jadi updatenya lumayan telat. Alhamdulillah kemarin udah jauh enakan. Terimakasih buat yang ngirimin dm dan doain aku biar sembuh. Maaf ya karena dm-nya belum sempat dibalas satu-satu. Untungnya minggu ini ada update, jadi ga gantung-gantung amat lah ya wkwk.



 Untungnya minggu ini ada update, jadi ga gantung-gantung amat lah ya wkwk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Happy Reading!!!




Kedua mata tajam yang akhir-akhir ini terlihat redup perlahan terpejam beriringan dengan suara helaan napas keluar begitu samar, nyaris tak terdengar karena tersapu oleh semilir angin. Bersamaan dengan itu pula, asap menyerupai kabut keluar dari bibir pucatnya yang terasa dingin, bercampur dengan semilir angin yang perlahan membawa asap tersebut pergi.

Sekarang Sadewa paham kenapa dulu gadis itu sering pergi ke atas rooftop. Karena tempat itu memang pantas dijadikan tempat pelarian. Tidak ada satupun orang di atas sana karena tempatnya yang lumayan tak terawat.

Satu tangan Sadewa berada di dalam saku jaket, sementara yang satunya lagi sibuk memegang putung rokok terakhir miliknya yang tersisa sedikit. Sadewa tak pernah lagi berkumpul dengan yang lain. Lelaki itu selalu menghilang setelah jam mata kuliah berakhir. Seperti sengaja memisahkan diri dari yang lain.

Yang ia lakukan ketika pulang ke rumah hanyalah tidur. Pola makannya pun menjadi buruk, Sadewa hanya mengisi perutnya ketika lambungnya sudah terasa begitu sakit. Pernah beberapa kali Sadewa jatuh sakit, namun ia tak menghiraukannya sampai sakit di tubuhnya hilang sendiri. Satu pemikiran yang terus berputar di dalam kepala lelaki itu sampai-sampai dia tak sadar sedang menyiksa dirinya sendiri. Rasa sakitnya masih tidak ada apa-apanya dengan apa yang Obelia rasakan.

Sadewa kira air matanya akan mengering karena terlalu banyak menangis. Nyatanya bulir bening itu kembali menetes, hanya karena batinnya tak sengaja menyebut nama gadis itu di dalam hati.

Perasaan Sadewa campur aduk, benar-benar terasa tidak nyaman. Yang paling mendominasi adalah rasa penyesalan yang kini bercampur menjadi satu dengan rasa rindu yang tak terbendung.

Sadewa menghembuskan asap nikotin itu lagi. Setelah membuang putung rokoknya, Sadewa merogoh saku celana, mengeluarkan ponselnya dengan baterai yang tersisa sepuluh persen. Kemudian menatap ke arah tanggal yang tertera di atas layarnya.

Bulan kelima sudah terlalui tanpa sosok Obelia yang seolah hilang ditelan bumi. Rasanya sangat berat untuk Sadewa karena hari-harinya berubah drastis.

Indera pengecap lelaki itu bisa merasakan asin karena air matanya yang terus mengalir hingga mengenai bibirnya. Obelia benar-benar menghilang. Benar-benar tidak bisa dihubungi. Rumah gadis itu kosong, bahkan kini halamannya ditumbuhi oleh rerumputan liar.

Sadewa kira meskipun mereka akan menjadi orang asing dan tak lagi bertegur sapa, dia masih bisa melihat Obelia yang berlalu-lalang di koridor kampus. Melihat gadis itu sembuh, dan kembali beraktivitas seperti biasa. Sadewa tak masalah jika harus kembali memperhatikan gadis itu dari jauh. Nyatanya Obelia tak lagi berkuliah di sana.

EL JUGADORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang