10 : El Jugador

43.3K 4.5K 243
                                    

Untuk sider, aku ga maksa kalian buat vote. Tapi setidaknya kalian tahu diri.

Happy Reading!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Happy Reading!!!




Hampir dua jam Laksewara menunggu Obelia di luar ruang UGD. Gadis itu pingsan tepat setelah mereka sampai di rumah sakit. Beruntung satpam di sana langsung sigap, memanggil dua orang perawat laki-laki untuk membawa tubuh Obelia menggunakan brankar dorong.

Demi Tuhan, Laksewara merasa sangat panik, jantungnya berdegup kencang dua kali lipat karena ini pertama kalinya ia menghadapi hal semacam itu. Semuanya terjadi begitu tiba-tiba.

Kaki kanannya tak berhenti mengetuk lantai, berharap Obelia baik-baik saja setelah ditangani oleh dokter di dalam sana. Laksewara beberapa kali mengganti posisinya.

Nanti lelaki itu duduk, bersandar, menopang dagu dengan kedua tangannya yang menyatu, berdiri, ataupun bolak-balik di depan ruang UGD. Intinya mustahil bagi Laksewara untuk diam. Menandakan bahwa lelaki itu begitu cemas.

Apa yang terjadi pada Obelia? Pertanyaan itu yang terus berputar di kepalanya.

Laksewara segera berdiri ketika melihat pintu UGD terbuka, menampakkan seorang pria berumur lima puluh tahunan keluar dari dalam sana. Kemudian ia berjalan ke arah dokter dengan jas putih tersebut.

"Dok. Teman saya kenapa? Teman saya nggak kenapa-kenapa kan?"

Berbeda dengan Laksewara, ekspresi dokter tersebut nampak tenang-tenang saja. Kemudian pria tua itu tersenyum, menyadari raut wajah panik Laksewara.

Bahkan kursi yang diduduki Laksewara bergeser saat lelaki itu berdiri dari tempatnya.

"Masnya tenang dulu. Temannya sudah langsung kami tangani. Jadi Mas tidak perlu panik."

"Tapi teman saya kenapa Dok? Sebelumnya Obelia nggak ada ngonsumsi apa-apa, kami cuma pergi ke optik. Waktu mau pulang, tiba-tiba Obelia kesakitan sambil megang dada kirinya. Seperti susah bernapas. Sampai di rumah sakit dia langsung pingsan."

"Sekarang kamu bisa hubungi keluarganya dulu?" Dokter tersebut bertanya.

Laksewara menggeleng pelan. "Saya nggak kenal siapapun keluarganya Dok. Masalah pembayaran biar saya aja yang urus nanti."

Dokter tersebut hanya mengangguk. Padahal yang dimaksud oleh pria tua itu bukan masalah pembayaran. Hanya saja memang biasanya pihak keluarga pasien harus tahu.

"Dok, apa saya boleh masuk?"

"Silahkan. Setelah pasien sadar, saya minta tolong Masnya langsung hubungin keluarga pasien. Takutnya pasien dicari oleh keluarganya."

Laksewara mengangguk cepat. "Baik Dok."

Tanpa berkata apa-apa lagi, Laksewara langsung melangkah masuk tepat setelah Dokter tersebut pergi dari sana.

EL JUGADORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang