Ia meringis, membayangkan bagaimana pria itu menahan sakit perlakuan Arka, bahkan ia sama sekali tidak bisa membalas.

Melihat mata Gio tadi yang berkaca kaca membuat hatinya sedikit goyah. Selama mengenal pria itu, ini pertama kalinya Kinaya melihat Gio menangis. Namun ia takut, ia takut jika nanti akan kembali terulang. Ia tidak yakin nantinya akan sanggup.

"Aku juga minta maaf Gi. Maaf kalau nantinya untuk kamu aku ga coba untuk berusaha..." lirihnya.

Lama menangis membuatnya kelelahan. Membuat Kinaya akhirnya tertidur dalam keadaan wajah basah dan sembab.

****

Pagi ini terasa ramai sekali, biasanya hanya akan di isi oleh Inti Shadow dan para gadis. Namun kali ini kedatangan Inti Gardions membuat suasana di rumah ini terasa ramai.

Saat ini mereka sedang duduk di ruang tengah, tengah berkumpul bersama setelah melewati malam yang cukup bisa di sebut melelahkan. Bahkan Devan, Jo, Wanda dan Damian duduk di bawah beralaskan karpet berbulu, mereka sedang bermain kartu. Sedangkan yang lain duduk di sofa hanya mengamati.

"Oi Jer sedep bener pagi pagi masak mie," celetuk Saga.

Jere menyengir. "Mumpung si kanjeng belom bangun gue mau memanfaatkan waktu sebaik mungkin."

"Cih. Gue malah yakin banget dia udah bangun."

Jere melotot. "Lancar banget mulut lo ngomongnya."

"Eh kalian kalau mau makan ke belakang gih, kita jarang sarapan bareng soalnya." saran Aji pada Inti Gardions. Mereka mengangguk.

"WAH BAUNYA WANGI."

Jere tersedak ketika mendengar suara yang menggelegar. Dengan sigap Melody memberikan segelas air yang di sambut baik oleh Jere.

Saga tertawa mengejek ke arah Jere. "Mampus!"

"JEREMYYYYY MAUUU!"

Jere kembali terlonjak ketika suara itu kembali menggelegar. Kinaya berlari menuruni anak tangga menuju ke arah mereka, lebih tepatnya ke arah Jere. Sedangkan Jere sudah kelabakan di tempatnya, dengan sigap ia melindungi mangkuknya dan mengangkat mangkuknya setinggi mungkin.

"JERE!"

"JERE! BAGI!"

Kinaya berusaha meraih mangkuk di tangan Jere, sedangkan Jere memutar mutarkan tubuhnya dan mengahadang wajah Kinaya dengan telapak tangannya yang bebas. "Pergi lo! Pergi! Hush!"

"Itu bisa di bagi dua ya setan! Ga usah pelit deh lo!"

"Jauh jauh sana lo!" Jere kembali mendorong wajah Kinaya.

Kinaya mendengus, kemudian berhenti. Ia menatap wajah Jere dengan raut permusuhan. "Gue aduin Biru." Ucapnya kemudian berbalik dan pergi dari sana.

Jere gelagapan. Sial, jika situasi saat ini ia masih bisa membiarkan mienya di bagi dua, beda hal jika Biru sudah turun tangan. Bisa bisa ia tidak mencicipi sedikit pun mienya.

Belum sempat Jere menyangkal, namun Kinaya sudah lebih dulu menghilang dari pandangannya. "Ah astaga! Anak kambing!"

"Mampus!" Ejek Saga dengan wajah mengejek. Sedangkan yang lain tertawa melihat tingkah mereka berdua. Sejujurnya ini adalah hal biasa bagi mereka.

"Mereka kenapa?"

Aji menoleh ke arah Damian yang memasang raut penasaran. "Mereka selalu begitu. Kalau Jere masak mie udah pasti Kinaya selalu minta, dan Jere selalu ga pernah mau kasih. Alhasil ya begitu tuh, ga ada yang mau ngalah."

JUNI ( COMPLETE )Where stories live. Discover now