"Kinaya Language." Tegur Biru.

Kinaya menghela nafas dan menoleh ke arah biru dengan raut wajah yang belum berubah. "Sori,"

"How could this happen..." Lirihnya.

Biru menghampiri Kinaya kemudian merangkulnya dari samping dan mengelus lengan Kinaya.

Kinaya menarik nafas banyak kemudian menghembuskan perlahan, "Okay, berarti emang dugaan kita ga salah."

Kinaya menoleh ke arah 4 temannya yang lain, dan menggeser kan laptopnya agar mengarah ke mereka. "Kalian nonton dulu,". Kemudian ia pergi meninggalkan ruangan itu.

"Holy shit!"

"What the hell!"

"Damn it!"

"Gosh!"

Mereka menoleh ke arah 4 gadis yang sedang melihat ke arah laptop dengan wajah merah juga menahan marah.

"Gila ya perempuan ngumpatnya bahaya banget," celetuk Saga.

Aji mengangguk, "Mana bahasa inggris semua, itu artinya apaan aja Kang?"

Biru yang di tanya hanya memasang wajah datar.

Aji mendengus, "Enak banget cuek," gumamnya pelan. Sedangkan Jo dan Saga hanya menahan ketawanya.

Jo memandang ke empat gadis di depannya, "Sesuai dugaan kita kemarin, ternyata emang bener."

"Terus kita harus apa? Kasian Kinaya," lirih Amara.

Melody mengangguk kemudian merangkul lengan Amara di sebelahnya, "Pantes sampe nabok meja. Kasian mejanya, Kinaya kan tenaganya kaya abang abang,"

Anna dan Abel hanya memutar bola malas, sudah tidak di ragukan kali ucapan bela sungkawa nyeleneh dari mulut Melody.

Biru duduk dengan tegap menatap sekeliling. "Karena Leon udah mulai kemarin, jadi kita juga ga bisa nunggu lama. Semua bukti udah ke kumpul jadi tinggal tunggu mainnya aja. Dan sebaiknya kalian juga persiapin diri kalian masing masing."

Anna mengerutkan dahi bingung, "Persiapin diri?"

Biru menarik sudut bibirnya samar kemudian pergi berlalu meninggalkan ruangan itu berniat mencari Kinaya.

Anna menoleh ke arah Abel, "Maksudnya apa sih?"

Abel terkekeh, "Lo gimana sih, buat apa Kinaya ngajarin kita bela diri kalau ga di pergunain."

"Hah?"

Abel tidak menjawab, hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

Anna menoleh ke arah Jo, Saga dan Aji. Namun mereka hanya mengendikkan bahu acuh.

****

"Halo sayang?"

"Halo Gio,"

"Iya sayang ada apa, hm?"

"Kamu percaya aku kan?"

Meski di ujung sana bingung, Gio tetap menjawab dengan yakin.

"Iya sayang aku percaya, kamu kenapa?"

"Kalau ada sesuatu yang terjadi, tolong kamu tanya aku dulu ya. Jangan ambil kesimpulan sendiri. Karena kadang apa yang kamu lihat pake mata kamu itu belum tentu bener."

"Hey.. kamu kenapa?"

"Aku gapapa Gi, aku cuma pengen kamu percaya sama aku."

"Aku percaya sayang, ga usah mikir macem macem ya. Kamu dimana sekarang?"

"Aku masih di luar sama yang lain."

"Okay, take care ya sayang. Kabarin aku kalau ada apa apa."

"Iya Gi, aku sayang banget sama kamu."

"I love you so much too sayang,"

Kemudian panggilan Kinaya tutup. Ia memukul dadanya keras, entah kenapa tiba tiba dadanya rasanya sesak. Pikiran buruk beberapa hari belakangan menyerangnya terus menerus, seolah mengisyaratkan bahwa akan ada kejadian buruk menimpanya esok hari. Berkali kali Kinaya menepisnya namun nihil, justru semakin hari semakin membuatnya gelisah dan ketakutan.

****

Gio menyimpan ponselnya di dashboard mobilnya, saat ini ia sedang dalam perjalan pulang dari markas. Ia menatap lurus ke arah jalanan namun pikirannya teringat akan ucapan Kinaya yang baru saja menghubunginya. Entah kenapa suaranya gadisnya terdengar gelisah bahkan tersirat ketakutan disana. Ada apa dengannya? Selama kurang lebih 5 bulan menjalin hubungan Gio tidak pernah mendengar suara Kinaya seperti itu. Selama ini Kinaya bahkan terlihat baik baik saja.

Seketika Gio terdiam. Bagaimana jika bukan Kinaya yang baik baik saja tetapi selama ini Gio yang tidak menyadari keadaan yang sebenarnya? Bagaimana jika selama ini Kinaya menanggung sendirian? Apa ia benar baik baik saja?

Terlalu larut melamun ia tidak sadar jika seseorang menyebrang di depannya.

Cittt!

"Shit!"

Nafas Gio terengah engah, ia terkejut ketika mendapati seseorang menyebrang di depannya. Ia melepaskan seat belt nya kemudian keluar guna mengecek keadaan orang tersebut.

"Lo gapapa?"

"Sorry, lagian lo nyebrang sembarangan banget. Ga liat kanan kiri emangnya?"

Gio menghampiri seseorang yang sedang terduduk di pinggir jalan, terlihat dari pakaian dan tubuhnya seperti terlihat perempuan. Ia terlihat sedang memegangi kakinya yang terlihat sedikit terluka.

Ketika gadis itu mendongak, ia terkejut mendapati bahwa gadis yang ia tabrak adalah orang yang ia kenal.

"Loh Lisa?"

****
Tbc

JUNI ( COMPLETE )Where stories live. Discover now