Omomg-omong Doni sedang belajar memasak resep tumisan baru karena ia sedang tidak ada kerjaan. Sebenarnya Doni sudah ingin mencoba masakan itu dari lama, bahkan ia sudah mengunduh videonya. Hanya saja niatnya baru terkumpul sekarang. Sekarang ia sedang sibuk mengiris bahan-bahan.

"Mau ngapel."

Mendengar ucapan Sadewa, Doni langsung menatap ke arah jam dinding.

"Buset. Masih pagi Wa, anak orang masih tidur. Jangan diganggu. Kan bisa pulang kuliah lu ke sana."

"Nggak bisa Pah, udah kangen berat," ujar Sadewa dengan pipi menggembung karena mengunyah roti.

Doni hanya menggeleng dengan ekspresi wajah julid menanggapi ucapan Sadewa. Lelaki itu mendekat, kemudian menepuk punggung Doni sembari berucap, "makasih ya Pah," ucapnya sembari menyunggingkan senyuman kecil.

"Hmm. Dijagain yang bener. Kalau lu sakitin Obelia lagi, Papa tonjok muka lu Wa."

Tanpa diberitahu pun, Sadewa sudah berjanji pada dirinya sendiri kalau tidak ingin mengulangi kesalahannya lagi. Dan Sadewa hanya tersenyum menanggapi ucapan ayahnya.



⭑*•̩̩͙⊱••••✩••••̩̩͙⊰•*⭑




Sudah sepuluh menit berlalu, tapi lelaki itu tak kunjung mengetuk pintu besar di depannya. Sadewa berdeham pelan dengan raut wajah sedikit gugup sembari mengetuk-ngetuk

Bagaimana jika Obelia menanyakan ada apa tiba-tiba Sadewa ke rumahnya. Bagaimana jika Obelia merasa terganggu karena Sadewa yang datang terlalu pagi?

Sibuk memikirkan yang tidak-tidak, tubuh Sadewa tersentak saat pintu di depannya tiba-tiba terbuka. Lantas lelaki itu langsung tersenyum lebar, namun raut wajahnya berubah menjadi kikuk karena mendapati ibu kekasihnya berdiri di ambang pintu.

"Sadewa?" Amira kebingungan melihat lelaki itu datang pagi-pagi ke rumahnya.

"Ih! Bener ini Sadewa kan? Kok berubah ya? Makin ganteng lho."

Amira agak pangling melihat Sadewa. Pasalnya terakhir kali bertemu dengan kekasih anak perempuannya itu sekitar dua bulan yang lalu. Seingat Amira saat itu sedang malam Minggu, dan Sadewa meminta izin padanya untuk membawa Obelia keluar.

Mendengar pujian Amira, Sadewa tersenyum malu, ia memiringkan kepalanya sembari menggaruk tengkuknya kikuk. Sadewa agak canggung dengan ibu Obelia karena mereka sangat jarang bertemu.

"Masuk masuk," ucap Amira mempersilahkan.

Akhirnya Sadewa masuk ke dalam rumah tersebut, membuntuti Amira yang berjalan lebih dulu.

"Maaf Tante, datangnya kepagian."

"Ih gapapa tau. Santai aja kalau ke sini. Pintunya kebuka dua puluh empat jam kalau buat Sadewa," gurau Amira. "Kamu gimana kabarnya? Udah baikan? Papamu nelpon waktu itu, katanya kamu sakit."

"Udah sembuh Tan," jawab lelaki itu sambil tersenyum ramah.

Amira menepuk bahu Sadewa sebanyak dua kali. "Syukur deh. Kata Bibi, Obelia langsung panik waktu tau kamu sakit."

"Sadewa udah sarapan belum? Mama masak nasi goreng barusan, buat makan bareng Obelia. Tapi anaknya masih tidur."

Sadewa terdiam mendengar Amira yang memanggil dirinya sendiri dengan sebutan 'Mama'. Apa artinya Sadewa harus memanggil wanita itu dengan sebutan yang sama?

EL JUGADORWhere stories live. Discover now