1. Seperti Bukan Saudara

10.9K 437 15
                                    

Di siang hari yang terik ini, kantin Mahananta lumayan dipenuhi oleh beberapa siswa yang perutnya keroncongan. Membeli beberapa makanan berat dan ringan yang cukup untuk megganjal perut mereka yang berdemo karena lapar.

Empat remaja lelaki yang terlihat duduk di meja yang sama sibuk menertawai satu sama lain. Entah apa yang mereka tertawakan, namun suara cekikikan dari satu meja itu cukup membuat suasana kantin semakin ramai.

"Sen, cobain dah siomay gue," Ucap Haidar mendorong pelan mangkuk siomaynya ke arah Nawasena.

Dengan semangat, lelaki yang dipanggil Sena itu meraih mangkuk siomay Haidar dan mencicipi siomay buatan Bi Darsih yang sangat terkenal dikalangan anak-anak Mahananta karena rasanya yang luar biasa enak.

"Anjing, panas!" Umpat Sena dengan refleks melemparkan sendok ke dalam mangkuk.

"Ditiup dulu atuh kasep, sini aa tiupin," sahut Atuy.

"Najis, sono tiupin kincir angin Belanda aja sampe kulit lo keriput."

Sena menatap Atuy jijik, tolong dong Sena mau buka pendaftaran ayang untuk Atuy..

Biar ga belok dan ngegay sama Sena.

"Omongan Sena memang tidak mencerminkan akhlak islamiyah." Balas Atuy yang merasa tersakiti.

"Alay. Pala lo gue genjreng." Celetuk Juna.

Sena yang merasa dibela, menatap Atuy dengan senyuman tengilnya yang menyebalkan. Atuy hanya bisa memberikan senyum tertekan, padahal dalam hatinya sangat ingin menjebloskan anak itu ke kandang biawak.

"Juna lo di kubu gue sih, fix!" Ucap Sena merasa bangga.

"Kalem bro, gue masih punya Haidar. Ya gak? Kiw kiw, cowok." Goda Atuy pada Haidar yang sibuk memakan siomaynya.

Lelaki pecinta siomay itu menggetok kepala Atuy dengan garpunya yang membuat sang empu meringis dan menyumpah serapahi Haidar dengan kata-kata mutiaranya yang indah dan merdu.

Melihat seseorang yang baru saja datang ke area kantin, Haidar yang pertama kali menyadari kedatangan seseorang yang sangat mereka kenali.

Terutama Sena.

"Sen, Shaka.." Ucap Haidar melayangkan pandangannya pada seseorang yang datang.

Lelaki itu menolehkan pandangannya ke tempat dimana Shaka berdiri, dan benar. Itu adalah Nawashaka, saudara kandungnya. Lelaki yang 10 menit lebih tua darinya itu terlihat gagah, dengan almamater OSIS dan topi khusus untuk Ketua OSIS itu terlihat keren dikenakan Shaka

"Shaka! Gabung gak?" Panggil Sena.

Bukannya menjawab, Shaka hanya menatap manik mata Sena sekilas, dan berjalan melewati meja mereka tanpa ada niat untuk menjawab atau memberi sepatah kata.

"Shombong amat mas e," Sungut Sena kesal.

"Lo sebenernya saudara kandung apa saudara pungut, sih?" Tanya Atuy beneran nanya.

"Buset, setan aja minder sama pertanyaan lo," Sahut Juna tak habis thinking.

"Gue mah hasil ori adonan Ayah Bunda. Si Shaka gak tau tuh." Jawab Sena bercanda.

"Ni orang awikwok banget anying," Ucap Atuy disahuti kedua temannya tertawa mendengar celetukan Sena yang terdengar ambigu.

Karena sudah dasarnya receh, Sena ikut tertawa bersama ketiga temannya yang terpingkal karena dirinya. Memang, kalau sahabatan itu sudah jadi hukum alam meskipun obrolannya tak begitu nyambung tapi tetap terlihat lucu di mata mereka.

If I Didn't Wake Up Where stories live. Discover now