18. GOTCHA!

1.6K 78 8
                                    

"Sekali lagi saya terimakasih ya sudah antar Kinaya pulang, dan mengizinkan Kinaya bermalam dirumah Pak Darren."

"Darren aja, biar lebih nyaman. Saya tidak keberatan Jordan."

"Maklum ya Na, kami kepengin punya anak perempuan, jadi seneng liat Kinaya. Mana anaknya sopan, baik lagi."

"Wah Gio kepengen punya adik lagi?" Goda Kirana.

"Iya, tapi belum diizinin sama Allah. Saya sempat keguguran terus dokter bilang saya ga bisa punya anak lagi." Mendengar penjelasan Nayla, Kirana meraih tangannya, merasa tidak enak.

"Masyaallah maaf ya Mbak. Saya ga tau."

Nayla mengelus punggung tangan Kirana lembut. "Gapapa, udah ikhlas kok."

"Yaudah kalau gitu kami pamit ya, semoga lain waktu bisa ngobrol lagi." Pamit Darren.

"Boleh, dengan senang hati." Balas ramah Jordan.

"Kinaya tinggal aja Gi. Nanti biar dibangunin."

"Kasian Yah kalau dibangunin, Gio boleh anter Kinaya ke kamar aja?" Izin Gio.

Jordan mengangguk, "Boleh. Terimakasih ya."

Gio membenarkan posisi Kinaya, menyelipkan tangan di belakang leher belakang Kinaya dan dibawah lututnya.

"Sebentar ya, Gio anter Kinaya ke atas dulu."

Gio menggendong Kinaya ala bridal style, menaiki tangga menuju kamar Kinaya di lantai atas.

Merebahkan pelan Kinaya di atas ranjangnya.

"Selamat tidur cantik."

Tidak lupa mengecup pelan kening Kinaya, setelah itu Gio beranjak pulang.

****

Hari senin, hari yang paling Kinaya tidak suka. Selain malas untuk menghadiri upacara, Kinaya juga malas untuk bangun pagi.

"Yuk ke kantin. Astaga laper banget gue," keluh Melody.

Amara mengangguk, "Asli, cacing gue udah demo dari tadi. Ricuh banget."

Sedangkan Anna dan Kinaya hanya mengikuti kedua temannya berjalan.

Setibanya di kantin, mereka melihat ada kerumunan di tengah tengah kantin. Merasa penasaran, Amara pun bertanya pada salah seorang siswa disana.

"Ada apan sih?"

"Itu si Abel ngamuk,"

Mendengar jawaban dari siswa itu mereka menghela nafas malas. Apa lagi yang akan di lakukan queen drama itu.

"Lo liat?!"

"Bisa gak lo gantiin baju gue yang udah lo siram pake minuman lo itu?!"

"Heh cupu jawab!" Itu suara Melly.

Abel menjambak rambut siswi didepannya, "Jawab! Bisa gak lo gantinya!"

"Bisu lo?" Karin mendorong bahu siswi itu.

"Hiks hiks aku udah bilang ga sengaja kak, tali sepatu aku lepas." Siswi itu menunduk takut.

"Alesan tuh," sahut Vania.

"Aku juga udah minta maaf kak." Lirih siswi itu.

"Ah bacot." Hendak menampar namun tangannya ditahan, Abel menoleh melihat siapa yang berani beraninya menahan tangannya.

"Dia udah bilang ga sengaja, dan dia udah minta maaf. Kenapa lo malah main tangan?"

"Lo ga usah ikut campur ya Wanda!"

Ah, Kinaya mengangguk kepalanya. Wanda namanya, namun Kinaya mengernyitkan dahinya bingung. Bukannya Amara pernah bilang bahwa tidak ada yang berani melawan Abel? Lalu apa gadis itu?

"Gue ga ikut campur, cuma ngasih tau." Jawab santai Wanda sambil menghentakkan tangan Abel kasar.

"Berani banget lo sama gue!" Teriak Abel tidak terima.

"Udah lo balik aja," suruh Wanda kepada siswi yang menumpahkan minumannya kepada Abel.

Abel membelalakkan matanya, "Enak aja lo mau lari dari tanggung jawab. Ganti rugi gak lo!"

Wanda hendak berbicara namun dihentikan oleh lemparan lembaran uang yang di remat, bisa dilihat sekitar beberapa lembar karena terlihat cukup tebal.

"Siapa yang ngelempar?" Ucap Abel mengedarkan pandangannya.

"Itu duit ganti rugi yang lo mau, gue rasa cukup buat nyumpel mulut sampah lo itu."

Semuanya menoleh ke asal suara, ternyata pelakunya Kinaya. Amara membelalakkan matanya melihat Kinaya disana, seingatnya tadi Kinaya disampingnya.

"Si Kinaya ngapa bisa tiba tiba di sana?"

"Cepet bener dia gesernya, pake Flickr gue rasa." Jawab Melody, sedangkan Anna hanya mendengus kasar.

Mendengar ucapan Kinaya, Abel kembali tersulut emosi. Hendak maju memberi Kinaya pelajaran, namun kalah cepat dengan Kinaya yang menendang kencang meja di samping Abel. Tindakan Kinaya mengundang pekikan kaget seluruh penghuni kantin.

"Ga usah drama, lo minta tanggung jawab? Udah gue kasih, lo udah dapetin apa yang lo minta terus kenapa masih marah? Sekarang lo cuma butuh diem dan pergi dari sini."

Abel menggeram kesal, lalu berlalu dari kantin dengan perasaan kesal dan malu, diikuti oleh teman temannya.

"Ini buat lo beli minum, omongan Abel ga usah didengerin." Kinaya menyerahkan selembar uang berwarna biru kepada siswi yang masih menunduk takut.

Ragu ragu tangan itu mengambil uang yang Kinaya sodorkan, jujur saja untuk membeli minuman saja ia ragu, karena uang saku sekolahnya sangat pas pasan sekali.

"Makasih banyak ya kak Kinaya, makasih juga kak Wanda."

"Iya. Udah gih," jawab Wanda. Sedangkan Kinaya hanya menganggukkan kepalanya.

Kinaya menoleh terhadap Wanda yang menatapanya, Kinaya menaikkan sebelah alisnya karena merasa ada yang yang ingin Wanda tanyakan.

Wanda menggeleng, "Gue duluan."

Kinaya hanya menjawab dengan gumaman. Lalu berjalan menuju meja yang berisikan teman temannya. Meninggalkan Kinaya yang tersenyum teramat tipis.

"Gotcha!"

****
Tbc

JUNI ( COMPLETE )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang