9. HARUS JADI SIAPA SIAPA TITIK

Start from the beginning
                                    

Kirana menoleh, "Kamu tau kan Bang harus apa? Ayah ga mungkin diem aja setelah ini."

"Biar Gio dan Bara yang ngurusnya Muti, Gio janji kejadian ini ga akan terulang lagi."

"Muti gatau harus apa, Ayah masih di pesawat. Ayah tiba tiba ada meeting mendadak di Singapore. Kalian berdua yang hadapin Ayah."

Gio mendengarnya pun mendongak, boleh kah ia percaya diri jika secara tidak langsung Kirana sudah mengizinkan dan mempercayainya untuk ikut menjaga Kinaya bukan? Ah Kesempatan ini tidak akan ia sia siakan.

Gio dan Bara mengangguk.

****

Diruang rawat Kinaya kini sudah ada inti Gardions bersama ketiga teman Kinaya, mereka mendiskusikan kejadian yang sudah menimpa temannya itu.

"Abel bener bener cari mati sama gue!" Geram Gio. Sialan perempuan satu itu! Selama ini Gio diam karena sudah muak, tapi ternyata perempuan itu semakin menjadi dan malah mencelakakan Kinaya.

"Boneka santet emang harus dikasih pelajaran!" Devan menambahi.

Damian menoleh pada Gio "Jadi gimana? Apa yang kita lakuin?"

"Besok, seret dia ke rooftop. Kita buat dia tau, siapa lawan yang sebenernya." Gio berbicara dengan nada rendah. Terdengar menyeramkan bagi mereka yang mendengarnya.

"Gue rasa ga cuma Abel yang bermasalah sama Kinaya karena Gio." Ucapan Jere membuat mereka semua menoleh kearahnya. "Abel temenan sama Melly juga kan? Melly kan suka Devan, karena Kinaya temen Anna. Mungkin juga Melly jadi ngelampiasin semuanya ke Kinaya."

"Berarti Kinaya kaya gini karena gue juga?" Lirih Anna. Amara dan Melody merangkul Anna dari samping. "Gak, bukan salah lo. Pokoknya kita cukup jagain Kinaya, kita ga boleh lengah lagi kaya kemarin. Kita harus kuat buat Kinaya. Oke?" Ucap Amara.

"Bukan salah lo An." Ucap Bara. Anna hanya menganggukkan kepalanya, meskipun dia tidak yakin.

"Pokoknya semua yang ada di cctv itu, kalian seret ke rooftop. Kita buat kejutan." Final Gio. Mereka disana menganggukkan kepalanya tanda mengerti.

Enghh

Semuanya menoleh ke brankar, bulu mata lentik itu bergerak seiring dengan terbukanya kelopak mata itu. Matanya masih mengerjap menyesuaikan cahaya ruang.

"Kin." Gio menghampiri Kinaya dan memegang erat punggung tangannya.

Kinaya menoleh, dan memegang kepalanya yang terasa sakit. "Kenapa? Sakit kepalanya?" Kinaya mengangguk.

"Tiduran aja jangan bangun."

"Kin lo udah gapapa?" Tanya Anna khawatir.

Kinaya menyusuri ruangan dengan matanya, terlihat teman temannya disana. Ah Kinaya bersyukur masih ada yang perduli. Kinaya memusatkan matanya kepada Bara. Sedari tadi Bara hanya diam, Kinaya tau apa yang sedang difikirkan oleh laki laki itu.

"Gi..."

"Hm, apa?"

"Mau duduk,"

Gio membantu Kinaya untuk bersandar, dan memastikan Kinaya nyaman dengan posisinya. Kinaya menghela nafas, tangan kanannya mengisyaratkan Bara untuk maju, dan Kinaya langsung menggenggam tangan Bara. "Bukan salah lo, bukan salah siapapun. Jadi jangan pasang muka seolah olah lo pelakunya."

Bara membalas genggaman tangan Kinaya dan menganggukkan kepalanya. "Maafin, Ay."

Kinaya menganggukkan kepalanya lagi, dan menoleh pada Gio yang sedari tadi masih menggenggam erat tangan kirinya. Gio tersenyum dan mengelus punggung tangan Kinaya dengan ibu jarinya.

"Kalian pulang aja istirahat, gue juga udah baik. Makasih ya repot repot mau kesini."

"Santai aja Kin, kaya sama siapa aja. Cepet sembuh ya." Balas Jere tulus.

"Udah mulai sore, gue anter yang cewe cewe balik dulu Gi, lo juga istirahat Bar." Ucap Dimas

"Kita pulang ya Kin."

"Hati hati kalian."

Setelah kepergian teman temannya, tersisa Gio Bara dan juga Kinaya.

"Ay, maafin gue gagal lagi."

"Lo mau buat gue marah?"

Bara menggeleng cepat, "Yaudah, stop minta maaf. Ini bukan salah siapa siapa, gue yang lemah karena diem aja. Abel bakal gue urus nanti."

Gio mengelus kepala Kinaya lembut, "Hey." Kinaya menoleh "Abel urusan gue, tugas lo sekarang cepet sembuh."

Bara menghampiri brankar Kinaya. "Gi gue balik dulu, aman? Papa sama Mama ada perlu." Gio menganggukkan kepalanya. "Santai."

"Gue pergi ya Ay, lo disini sama Gio. Cepet sembuh." Ucap Bara sambil mengecup pelipis Kinaya lembut. "Hati hati, salam buat Mama dan Papa." Balas Kinaya sambil tersenyum.

Selepas kepergian Bara, Gio kembali memusatkan perhatiannya kepada Kinaya. "Gue gagal lagi kan."

Kinaya mengernyit dahi bingung. "Hah?"

"Gue gagal lagi jagain lo."

Kinaya mengehela nafas pelan. "Gue okey Gi, gue yang lemah karena ga bisa lawan mereka. Lo juga ga punya tanggung jawab buat jagain gue, stop nyalahin diri lo sendiri."

Gio yang mendengarnya mendelik tidak suka. "Gue bilang kemarin, gue bakal jagain lo. Jadi gue punya tanggung jawab buat jagain lo."

"Tapi lo bukan siapa siapa gue Gi."

"Yaudah sekarang jadi siapa siapa."

"Hah?!"

"Lo mau jadi siapa siapa gue kan? Yaudah."

Kinaya meninju pelan lengan Gio. "Sinting ya lo!"

"Gue ga suka Kin lo bilang kaya tadi, pokoknya lo harus jadi siapa siapa gue."

"Siapa siapa apansih. Gue yang sakit kok otak lo yang geser."

Gio menggenggam tangan Kinaya, "Pokoknya jangan ngomong lagi kaya tadi, gue ga suka."

Kinaya menatap lawan bicaranya bingung, Kinaya bukan tidak mengerti arah pembicaraan mereka berdua, tapi Kinaya hanya tidak nyaman jika membahasnya.

****

Hallo.... Im back! Maaf aku lama ga update, lagi bolak balik kampus dari kemarin huhu.

Semoga masih ada yang nungguin ya!

Enaknya Abel diapain ya?

Dan..... Terimakasih sudah mau mampir dan sudah mau meluangkan waktunya untuk membaca.

Kalau temen temen punya saran dan masukkan boleh banget kok, aku akan berusaha memperbaiki.🥰🥰

Jangan lupa vote dan komennya yaaa, biar aku makin semangat hehe


****
Tbc

JUNI ( COMPLETE )Where stories live. Discover now