6. ABOUT MAHARAGA

Start from the beginning
                                    

"Keluarga lo ga lapor polisi?" Saut Jere.

"Lo tau keluarga Leon liciknya kaya apa, sebelum keluarga gue masukin data ke kepolisian. Keluarga Leon udah lebih dulu ngasih keterangan palsu dan bilang kalau Raga yang mabuk sampai salah jalur dan berujung tabrakan sama mobil yang Leon kendarain. Karena ga ada cctv dan satu satunya saksi mata dibunuh setelah nganter Raga dan kasih penjelasan ke Ayah. Ayah ga bisa apa apa, apalagi setelah liat Kinaya yang berubah drastis. Ayah cuma mau fokus ke Kinaya, Ayah sama Muti cuma punya Kinaya sekarang."

"Kenapa lo biarin Kinaya ke jakarta, padahal lo tau Leon ada disini!" tanya Gio marah.

"Sebelum ini, gue gatau wajah Leon yang nabrak Raga kaya gimana. Dan gue juga gatau kalau ternyata Leon yang gue kenal selama ini adalah Leon yang sama yang nabrak Raga. Gue baru tau semalem sewaktu Bokap gue nunjukin fotonya. Kalau gue tau, dari dulu Gi gue udah bunuh Leon demi Kinaya. Gue nyesel... Dan gue ga mungkin bawa Kinaya kesini kalau dari awal gue tau selama ini dia Leon yang sama." Frustasi Bara sambil mengacak asal rambutnya.

Inti Gardions hanya diam, mereka bingung ingin membalas apa. Mereka tau bahwa Satria--Ayah Leon adalah orang yang licik. Bahkan tidak segan segan untuk membunuh orang orang yang mengganggunya, namun tetap saja. Kejahatan yang ia perbuat tertutup oleh uang.

Mereka kini mengerti sekarang, dan mereka percaya bahwa Bara tidak mungkin membiarkan Kinaya berada di dekat Leon jika tau itu akan menyakiti gadis itu. Gio yang mendengar itu juga tidak mengeluarkan sepatah kata pun.

Gio berjalan menghampiri Kinaya, duduk disebelah brankar digenggam tangan Kinaya dielus jemari yang lentik itu. Dilihat lekat wajah yang sedang tertidur itu, bagaimana bisa Kinaya menahan itu sendirian.

Enghh

Bulu mata lentik itu bergerak, perlahan kelopak mata itu terbuka.

"Kin," panggil Gio. Bara dan inti Gardions lainnya pun melihat kearah Kinaya.

"Hiks.. pergi!" Teriak Kinaya yang melihat Bara ada disana.

Gio menahan pergerakkan Kinaya dengan mendekapnya "Tenang Kin, tenang." Ucap Gio.

"Kin, ini Abang." panggil Bara lembut.

"Pergi! Pergi lo!" Teriak Kinaya.

Bara menatap sendu Kinaya, ingin sekali ia dekap tubuh itu menyalurkan kekuatan. Jere menepuk bahu Bara pelan "Ayo keluar dulu, kasian Kinaya. Mungkin dia butuh waktu."

"Iya Bar, kita tunggu didepan aja." ajak Damian yang diangguki Devan.

"Gi, kita didepan ya," ucap Devan.

"Abang didepan ya Kin, kamu bisa panggil Abang kalau butuh sesuatu," ucap Bara kepada Kinaya.

Gio menganggukkan kepala kepada teman temannya, ia masih mendekap Kinaya sambil mengelus pelan kepalanya.

Setelah memastikan mereka keluar dari ruangan, Gio melonggarkan pelukannya. Ditatap wajah pucat itu, tanpa menghentikan usapan di kepalanya pelan.

"Jangan nangis ya, nanti kepalanya pusing," ucap Gio lembut.

Kinaya menatap wajah Gio dengan pandangan yang tidak bisa diartikan.

"Kenapa? Kok bengong?" Tanya Gio yang membuyarkan lamunan Kinaya.

"Mau Ayah sama Muti," lirih Kinaya sambil menunduk.

Gio mengusap kepala Kinaya dan melepaskan dekapannya.

"Muti lagi pulang sama Ayah, kasian Muti butuh istirahat juga. Biar gue yang jagain lo sekarang," jelas Gio sambil tersenyum.

Kinaya tertegun melihatnya. Kinaya hanya menganggukkan kepalanya, yang langsung dibalas senyuman oleh Gio. Gio membaringkan tubuh Kinaya kembali seperti semula, namun genggaman tangannya tidak ia lepaskan dan entah kenapa Kinaya juga merasa tidak keberatan akan hal itu.

"Mau minum?" Tanya Gio. Kinaya menggelengkan kepalanya. Gio menganggukkan.

"Kin, lain kali ga boleh ya teriak kaya gitu. Kasian Bara, dia khawatir banget sama lo tadi," ucap Gio.

Kinaya membuang pandangannya, dia tidak tahu ingin membalas apa. Dia kecewa kepada Bara, dia tau Leon ada disini tapi tidak berniat memberitahunya, ia sudah mencari Leon kemana pun namun tidak bisa menemukannya. Namun ia juga tidak bisa menutup keterkejutannya menemukan Leon ada disini.

"Kin." Panggil Gio lembut. Kinaya menoleh, dilihat mata itu dengan lekat "Lo ga ngerti rasanya Gi," lirih Kinaya.

"Lo ga ngerti gimana rasanya kehilangan." lanjutnya. Gio tertegun mendengar jawaban Kinaya. Benar, Gio tidak tahu bagaimana rasanya kehilangan. Menyadari kesalahannya, Gio menggumamkan kata maaf.

Diusap kepala Kinaya lembut. "Maafin ya, tapi jangan kasar kaya tadi. Bukan kapasitas gue buat cerita tapi lo harus percaya kalau Bara mau yang terbaik buat lo, dan lo harus denger penjelasan dia nanti." Ucapnya dengan nada lembut.

"Raga pusat dunia gue."

"Raga tujuan hidup gue."

"Gimana rasanya kalau tujuan lo buat hidup udah gaada?"

"Gimana rasanya lo sendirian?"

"Jangan kan buat lanjutin hidup, kalau gue bernafas aja rasanya nyesek banget disini Gi."

"Rasanya ga adil kalau cuma gue yang bisa bernafas." lirih Kinaya .

Terlihat sekali bagaimana rapuhnya Kinaya sekarang, Gio menyadari bagaimana rasa cinta Kinaya terhadap sosok Raga di hidupnya. Ditarik tangan Kinaya yang masih setia memukul dadanya dan mendekap erat tubuhnya.

"Maaf Kin maaf," Ucap Gio menenangkan. Kinaya masih setia menangis dalam dekapan Gio, ia tumpahkan rasa sakitnya yang sudah tidak bisa ia bendung lagi. Rasa sakitnya masih terasa sampai sekarang, rasa sakit kehilangan Raga masih membekas.

"Udah ya, jangan nangis lagi nanti pusing kepalanya." Ucap Gio sambil mengusap kepala Kinaya lembut.

"Sstttt tenang yaa."

Setelah lama Gio tidak bergeming, Gio merasakan dengkuran halus yang keluar dari mulut Kinaya. Ternyata ia kelelahan karena menangis, diusap pelan mata yang sembab itu, bahkan dengan keadaan hidung yang memerah Kinaya masih terlihat menggemaskan dimata Gio. Kinaya dibaringkan pelan dan ditempatkan di posisi senyaman mungkin. Digenggam jemari yang lentik itu dan dikecup punggung tangannya.

****
Tbc

JUNI ( COMPLETE )Where stories live. Discover now