[46] - TRAGEDY (2)

Start from the beginning
                                    

Zenolya menatap Hairoz. "Sama lo."

Mendengarkan ucapan Zenolya, telinga cowok itu memerah panas. Ia salah tingkah. Hairoz menggigit pipi Zenolya gemas. "Gue jadi gak sabar nikah sama lo."

Hairoz lebih merapat lagi kepada Zenolya. "Biar bisa miliki lo sepenuhnya lagi dan... 'menjajahnya' setiap hari," goda Hairoz.

Zenolya membekap mulut Hairoz. "Don't try to tease me with dirty lines." Ia benci saat Hairoz menggodanya, karena itu selalu membuatnya ketar-ketir. "But seriously, gue tiba-tiba punya firasat nggak enak. Tapi gak mungkin 'kan gue mendadak batalin ikut lomba ini cuma karena feeling gue yang belum tentu benar. Yang ada gue disebut sebagai kapten eksul pecundang."

Sementara Hairoz mengambil diam selama seperkian detik. Ia menatap Zenolya yang berkali-kali mengembuskan berat napasnya sambil mengatakan, "Mungkin semua ini faktor gue kecapekan kali ya."

"Just calm down, sayang." Hairoz mengelus rambut Zenolya. Amat pelan. "Everything will be fucking fine, don't think too much. Gak bakal terjadi apa-apa, selama gue ada di dekat lo. Konsentrasi sama kompetisi lo aja, jangan terlalu mencemaskan sesuatu yang belum tentu kejadian. I always beside you. Protect you from anything."

Ucapan dari suara berat itu selalu menjadi sihir penangkal kecemasan. Meski Zenolya tidak bisa menghilangkan kegelisahnya yang tidak mendasar itu sepenuhnya, setidaknya ia bisa sedikit tenang.

"I'll make sure." Hairoz melepaskan gelang berlambang naga di pergelangan tangannya, laki-laki itu kemudian memasangkannya ke pergelangan tangan milik Zenolya. Zenolya mengernyit. "Kenapa lo kasih ini buat gue?"

"Mulai sekarang, gelang ini milik lo."

"Kenapa? Ini 'kan gelang pemberian dari nyokap lo. Gelang ini 'kan satu-satunya peninggalannya. Cuma gelang ini yang lo punya buat inget tentang nyokap lo 'kan?" Zenolya berusaha melepaskan gelang itu. "Nggak. Gue nggak bisa terima ini."

Zenolya sudah hendak melepas gelang yang melingkar di pergelangannya namun Hairoz sudah lebih dulu menghentikannya. Menahan tangan Zenolya supaya tak melepaskan.

"Gue milik lo. Mau gue yang pakai atau pun lo, itu sama aja," tutur Hairoz. "Gue gak terlalu percaya sama takhayul, apalagi hal-hal berbau mistis, tapi gue percaya, selama gelang itu ada sama lo, lo bakalan aman. Selain gue, gelang itu juga bertanggung jawab buat melindungi lo. Jadi mulai sekarang, pastikan gelang itu ada di tangan lo. Jaga gelang itu buat gue. Seperti dia yang juga bakal lindungin lo."

Zenolya menatap Hairoz intens sejenak, sebelum pandangan matanya berpindah menuju gelang berlambang naga—gelang yang dulu membuat Zenolya yakin jika orang yang pernah menolongnya di kelab saat itu adalah Hairoz—yang sekarang sudah melingkar di pergelangan tangannya.

"Jangan pernah lepasin gelang itu."


Setidaknya salah satu momen singkat itu yang membuatnya membiarkan gelang pemberian Hairoz menetap di tangan. Tapi setidaknya untuk hari ini saja, selama dia mengikuti kompetisi dance, Zenolya akan membiarkan gelang itu bersamanya.

Tentu, Zenolya akan mengembalikannya nanti kepada Hairoz.

Ia tidak mungkin menyisakan satu kenangan pun bersama Hairoz. Karena itu hanya akan membuatnya sulit melepaskan Hairoz.

Z

Beberapa hari setelah kematian Oma, River menikmati keterpurukan pahitnya. Sampai ia lelah dan memutuskan untuk melepaskan Oma dengan benar-benar ikhlas. River tak ingin berlarut dalam kesedihan, sebab iya yakin itu justru akan membuat Oma tidak tenang. River yakin, kini Oma 'nya sudah bahagia di tempat yang indah. Bersama-Nya.

ZENOLYA: STUCK WITH POSSESSIVE DEVIL Where stories live. Discover now