97. Menghindar

1.3K 250 86
                                    

Beri tahu kalau ada yang typo guys

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Beri tahu kalau ada yang typo guys.
Happy Reading ♡♡♡

*****

Berkali-kali Jisoo ucapkan terima kasih pada anak laki-laki dihadapannya. Meski masih terbilang belia, Jisoo rasa Vano merawatnya dengan baik. Anak laki-laki itu rela libur jualan demi merawat Jisoo. Suapan demi suapan bubur masuk ke dalam mulut Jisoo, meski hanya sekadar bubur instan yang siap seduh tak melunturkan kekaguman Jisoo pada bocah laki-laki ini.

Jisoo berada di rumah kontrakan Vano. Rumah yang Jisoo perkirakan ukurannya lebih kecil dari kamar ia bersama Taehyung. Rumah yang hanya terdapat satu ruangan sempit berisi satu lemari kecil tanpa pintu, satu meja kecil tempat menyimpan alat makan dan satu tempat tidur busa tipis yang tak layak untuk ditiduri. Atap rumah itu berjenis asbes, Vano bilang atapnya sudah bocor. Jika hujan anak itu pasti kelimpungan mencari wadah untuk menampung air. Tak ada kamar mandi di sana, biasanya Vano menumpang ke tetangga atau jika ada uang lebih, Vano pergi ke toilet umum berbayar di seberang jalan besar sana. Jisoo dibuat tertegun mendengar penuturan bocah kecil itu, anak itu berceloteh mengenai kondisi rumahnya hingga tak sadar bubur instan yang ia makan sudah habis.

"Tante Peri lahap sekali makannya. Sekarang Tante minum obat ya. Tante sakit apa? Biar Vano belikan obatnya. Vano masih punya uang cukup kok, Tante. Masih ada uang santunan dari warga setelah nenek meninggal."

Mata Jisoo melebar. "Neneknya Vano meninggal?" ulang Jisoo begitu terhenyak. Pantas saja Jisoo tidak melihat neneknya Vano, seingatnya Vano bilang ia tinggal bersama neneknya yang sedang sakit.

Wajah Vano berubah sendu. "Iya Tante, sepulang Vano bermain bersama Tante di mall," balasnya dengan bibir bergetar.

Lengan Jisoo refleks menutup mulutnya, mata Jisoo berkaca-kaca terlebih saat Vano tak lagi menahan air matanya hingga ia menangis kencang. Sontak saja Jisoo merengkuh tubuh si mungil dalam dekapannya. Tangis pilu Vano membuat ia terhanyut dalam suasana hingga air mata Jisoo jatuh juga.

"Vano harus kuat, Vano sekarang punya Tante. Vano nggak sendirian."

"T-tapi Pak Lurah mau kirim Vano ke panti asuhan, Tante. Vano nggak mau, Vano mau di sini saja. Mereka sering datang ke sini pagi, siang dan malam untuk melihat keadaan Vano dan membujuk Vano ikut bersama mereka," isaknya.

Lengan Jisoo mengelus surai lebat Vano dan menepuk-nepuk kecil punggung Vano, berharap tangis bocah itu mereda. Andai saja Jisoo tak bertengkar hebat dengan Taehyung, ia dengan senang hati membawa Vano ke rumah mereka. Kisah pilu Vano membuat Jisoo berpikir untuk mengadopsi anak itu. Mungkin Taehyung tidak akan keberatan, mengingat pertemuan pertama Taehyung dan Vano begitu hangat. Pun Jisoo yakin, keluarga Taehyung dan keluarganya tidak akan melarang dan dapat menerima kehadiran Vano di tengah-tengah mereka.

Jisoo berpikir dua kali, ia tak mengambil keputusan sendiri dalam tempo singkat. Ia mempertimbangkan segala sesuatunya. Mengadopsi anak tidak semudah itu, banyak prosedur dan persyaratan yang harus Jisoo penuhi. Terlebih Vano sedang dalam pengawasan pemerintahan setempat. Akan semakin ketat peraturannya bila Vano sudah di bawa ke Panti Asuhan Anak di bawah naungan Dinas Sosial.

NOT LOVE [ON GOING]Where stories live. Discover now