55. Perkara

1.7K 270 52
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


*****

Seokjin memijat dahinya pertanda ia sedang kalut. Membuat Irene menurut padanya tidak semudah yang ia bayangkan. Irene bersikeras tak mau menerima tawarannya. Pun dengan Seokjin, ia juga bersikeras memaksa Irene agar mau menjadi pacar pura-puranya demi membatalkan perjodohannya dengan Joy.

Sebelumnya, Seokjin meminta bantuan Namjoon dan Suga. Dua bodyguard kepercayaannya untuk mencari tahu latar belakang Irene, mulai dari pekerjaan hingga tempat tinggal. Sampai akhirnya, Seokjin berhasil menghilangkan pekerjaan Irene dan membuat Irene hampir diusir dari rumah kontrakannya. Tujuannya adalah untuk membuat gadis itu jera, kesulitan ekonomi dan pada akhirnya mau tidak mau Irene menerima tawaran Seokjin demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Tetapi usaha Seokjin nihil, sungguh di luar ekspetasi. Nyatanya, Irene tetap teguh pada pendiriannya menolak permintaan Seokjin.

Seokjin memutar otaknya mencari ide baru agar Irene mau menerima tawarannya. Ia tak lantas menyerah, mencoba menghubungi Namjoon— salah satu bodyguard-nya. "Halo selamat pagi Tuan," ucap Namjoon di seberang sana.

"Namjoon, saya punya tugas untuk kamu," balas Seokjin dengan wajah yang terlihat serius.

"Tugas apa Tuan?"

"......................................................"

"Baik Tuan laksanakan."

"Ingat, jangan sampai gagal. Paham?"

"Siap Tuan."

Seokjin tersenyum miring sembari menutup panggilannya. Ia telah menyiapkan kejutan lain untuk Irene. "Gue jamin, satu hari penuh ini akan jadi hari terburuk dalam hidup dia."

*****

Perasaan Irene tiba-tiba tak enak saat melirik kaca spion motornya. Sebuah motor besar terlihat seperti mengikutinya sedari tadi. Ia pun berinisiatif untuk mempercepat laju motor matic-nya. Namun usaha Irene gagal, motor besar itu berhasil menyalip dan menghalangi jalan Irene. Sontak saja Irene memberhentikan laju motornya. Irene menelan ludah kasar saat melihat kedua pria berpakaian hitam, bermasker dan berhelm hitam itu turun dari motor besarnya. Lengan Irene yang memegang kedua handgrip motor kontan bergetar saat kedua pria asing itu mendekatinya.

"Mau apa kalian?" bentak Irene menatap kedua pria itu tajam.

"Serahkan motor dan tas lo!" seru pria satu.

Irene menggeleng cepat. Jika Irene menyerahkan motor dan tasnya, ia tidak punya apa-apa lagi. Ia sudah kehilangan pekerjaannya. Pun gaji terakhirnya telah ia gunakan untuk membayar kontrakan. "Nggak akan! Lebih baik kalian berdua pergi dari sini sebelum gue teriak!"

"Teriak aja. Nggak akan ada orang yang denger. Cepat serahkan motor lo sebelum kita berbuat kasar!" murka pria dua.

"Nggak!" teguh Irene yang masih duduk di atas motor. Matanya menyapu sekitar, jalanan tampak sepi dan tak terlihat satu pun pemukiman atau toko.

NOT LOVE [ON GOING]Where stories live. Discover now