RESET : 43

49 16 1
                                    

Dira berkali-kali mengetukkan kakinya ke lantai, dirinya tidak tenang karena belum mendapatkan hasil apapun tentang ayahnya Ranty. Yohan dapat menyelesaikan tugasnya dalam dua hari, sedangkan Dira yang sudah memakan waktu seminggu justru belum mendapatkan apapun.

Sekarang Dira sedang menunggu kedatangan Yohan dan Nayya disebuah Villa milik keluarga Dira di Puncak bogor. Tempat ini memang biasa menjadi titik perkumpulan bagi mereka bertiga, setelah bosan berkelana di Jakarta, mereka akan berkumpul disini untuk membicarakan rencana sembari menikmati liburan.

Tidak lama menunggu, Yohan dan Nayya pun datang bersamaan. Hati Dira semakin tidak tenang ketika rapat mereka sudah dimulai. Yohan pun orang pertama yang berbicara mengenai jawaban atas tugas yang diberikan Nayya untuknya.

Sebelum berbicara, Yohan menunjukkan sebuah video dari bu Ayu yang menceritakan tentang kejadian tujuh belas tahun yang lalu. Semua yang ada disana terutama Nayya tampak menyimak video tersebut dengan serius.

"kasus ini sudah berstatus kadaluwarsa, mungkin kita bisa ajukan investigasi ulang tetapi membutuhkan waktu cukup lama. Kalau saja kita punya barang bukti terkait bungkus racun atau sekedar setetes air teh yang dulu menjadi bukti kuat." ujar Yohan.

"bukti itu sebenarnya sudah ditangan polisi." kata Nayya.

"tapi kenapa polisi tetap menetapkan kasus itu sebagai bunuh diri?" tanya Yohan.

"koneksi dan uang dimainkan disini," jawab Nayya.

"tapi tenang saja, gak selamanya polisi tutup mata soal kasus ini kalau kita bisa mendesaknya lewat video yang kita dapat." lanjut Nayya.

"jadi maksud lo, kita ancam untuk publikasikan video ini? Tapi gue udah berjanji sama bu Ayu untuk gak publikasikan kemanapun." ucap Yohan.

"lo lebih kasian sama tersangka atau korbannya? Angga dan ibunya butuh keadilan disini. Walaupun memang salah ibunya karena menjadi orang ketiga, namun pantaskah hukuman kematian diberikan untuknya? Apalagi saat itu Angga masih kecil, bayangkan bagaimana tersiksanya dia tumbuh bersama orang-orang iblis macam mereka." kata Nayya.

"yaudah, kalau gitu penjelasan gue sampai disini aja. Mungkin langkah selanjutnya gue serahin sama lo, Nay." kata Yohan.

"yok lanjut, Dir." panggil Nayya kepada Dira.

Dira tampak tercekat kaget ketika namanya dipanggil.

"eemmm ... Nay," kata Dira.

"iya?"

"gue gak berhasil dapat apapun, nama ayahnya Ranty terlalu bersih, gue benar-benar susah buat nyarinya." ucap Dira dengan wajah yang murung.

Nayya tersenyum melihat kesedihan temannya itu, "gak apa-apa, emang susah, 'kan gali informasi kecuali kita menjadi orang didalamnya?"

"maafin gue ...." kata Dira dengan raut wajah yang sedih.

Nayya tersenyum lalu mengusap pundak temannya itu, "yaudah jangan sedih. Lagian gue udah dapet semua bukti mengenai ayahnya Ranty kok."

Dira mengerutkan dahinya, "kok?—"

"masuk, Jun." ucap Nayya.

Tiba-tiba saja Arjuna muncul dari balik pintu dan bergabung bersama mereka disana. Dira semakin dibuat bingung, tambah bingung karena sepertinya Yohan tidak terkejut sama sekali. Apa hanya dirinya yang tidak tahu apapun?

-oO0Oo-

[15 hari sebelumnya, di Restoran.]

"bahkan kata maaf aja kayaknya susah buat lo ucapin. Kata sederhana itu yang dari tadi gue tunggu sedari awal topik pembicaraan kita. Tapi ekspektasi gue ternyata terlalu tinggi buat lo, Nay. Kalau aja dari awal setidaknya lo minta maaf, mungkin arah pembicaraan kita gak sejauh ini." ucap Juna, lalu dia langsung pergi begitu saja.

Aku hanya diam saja, tidak menahan ayah, tidak membalas perkataan ayah, dan tidak mencoba membela diriku. Yang aku lakukan hanya menatap punggung ayah yang berjalan mulai menjauh dariku. Rasanya seperti ada benteng lagi diantara kami, kejadian ini sama seperti saat kami tidak saling berbicara ketika ayah memutuskan untuk berhenti mengikuti olimpiade. Entah apa yang salah, padahal aku sudah memperjuangkan hal yang besar untuknya, tetapi seakan dia tidak pernah melihat itu semua walau sekecil pun.

Tidak, aku berubah pikiran. Aku tidak akan diam saja seperti orang bodoh melihat ayah yang berjalan semakin jauh. Akupun beranjak dari kursi dan segera mengejar Juna yang sudah sampai diluar Restoran. Aku menahan tangan Juna, Arjuna tampak sedikit terkejut ketika tangannya aku cengkram dengan kuat.

"ha ... Ha ... ayo kerja sama!" ucapku dengan napas yang terengah-engah karena mengejar Arjuna.

Arjuna menatapku dengan bingung, lalu sehabis itu dia mengikuti tarikan tangannya untuk duduk kembali ke dalam Restoran tersebut.

"ceritain semua rencana lo." ucap Juna dengan wajah serius.

Akupun akhirnya menceritakan tentang semua rencana dan strategi yang selalu aku lakukan bersama Yohan lalu ditambah Dira. Tapi aku tidak menceritakan bahwa aku sebenarnya adalah anak ayah. Maaf ayah, bukan maksudku untuk membohongimu terus menerus, tapi ini belum waktunya untuk kamu mengetahuinya.

"jadi apa langkah selanjutnya dengan gue bergabung?" tanya Juna.

"deketin Ranty lagi, usahakan lo bekerja di Perusahaan ayahnya dan dapatin posisi pengarsipan data." kataku.

"ya mana bisa gue yang nentuin posisi?"

"bisa. Minta Ranty, lo bangun hubungan lagi aja sama dia, ajak dia buat nikah dengan syarat itu."

"lah ogah amat." ketusnya dengan sinis.

"ya biasa aja dong, hahahaha ...."

"ya masa gue harus nikah? Gue, 'kan pacar lo." ucapnya.

"gak nikah beneranlah, Junaaaaa. Itu buat pancingan aja. Biar lo dapetin posisi itu di Perusahaan ayahnya dia. Setelah lo bekerja disana, usahakan cari tahu data lama tentang bukti-bukti kasus ayahnya Ranty yang melakukan korupsi besar-besaran." kataku.

"oh, gue tahu. Kasus 20 tahun yang lalu tentang sejumlah karyawannya demo,'kan?"

"yap. Tapi gak ada yang tahu demonya tentang apa. Karena kasus itu tiba-tiba lenyap gitu aja. Tugas lo cari semua bukti yang lengkap, dan kita akan ungkap sehari sebelum lo nikah sama Ranty. Setelah selesai, lo bebas buat ninggalin Ranty dan balik sama gue, hehe. Kita balas segala perasaan karyawan-karyawan itu atas ketidakadilan yang diberikan ayahnya Ranty." ujarku.

"tugas ini gak bisa dibilang mudah, namun lo harus tetap hati-hati."

-oO0Oo-


"lo udah tahu, Han?" tanya Dira kepada Yohan.

Yohan berdecak kecil, "gue juga baru tahu pas berangkat tadi. Pantes aja Nayya suruh gue bawa mobil, ternyata ngangkut satu orang lagi."

"wahhh ... Gila sih, kaget gue!" gumam Dira dengan wajah tak percaya.

Nayya tertawa, "udah ah kagetannya, coba Jun tunjukkin apa yang udah lo dapet."

"gue gak nyangka ternyata ayahnya Ranty kena kasus tiga korupsi. Pertama gaji karyawan, kedua uang investor yang hilang lalu menyalahkan karyawan, ketiga uang dukungan anak perusahaan gak diberikan untuk Perusahaan, hasilnya dimakan sendiri semua. Pada tahun itu ayahnya Ranty emang kacau banget soal uang ya, dia terlalu pengen cepat kaya. Nih gue bawa data  jejak transfer dan tabungan ayahnya Ranty, serta jejak tunggakan gaji karyawan, satu lagi bukti-bukti kurva beberapa investor yang gak masuk di Perusahaan ayah Ranty padahal mereka udah investasi." jelas Juna.

"ini udah lebih dari cukup buat jeblosin ayahnya Ranty ke penjara." ucap Dira.

"besok hari pernikahan lo, 'kan?" tanyaku kepada Juna.

Arjuna mengangguk.

"oke kita laporin kasus ini ke polisi, dan besok akan terjadi pesta besar-besaran."






To be continued

R¹ : R E S E T.  [END] ✔️Where stories live. Discover now