RESET : 15

173 67 5
                                    

"Semangat, Nay!" bisik Dira dengan mengepalkan kedua tangannya yang ia angkat ke udara saat aku sedang berjalan ke posisi timku ditest lisan ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Semangat, Nay!" bisik Dira dengan mengepalkan kedua tangannya yang ia angkat ke udara saat aku sedang berjalan ke posisi timku ditest lisan ini.

Walaupun aku sudah pernah mengikuti olimpiade dimasa depan, tetap saja jika ada pertandingan seperti ini apalagi ditonton banyak orang, rasanya sangat malu. Aku melihat ke arah penonton dan beberapa peserta lainnya, air muka mereka serta tatapan mereka mengisyaratkan rasa tidak percaya karena aku mengikuti seleksi ini. Mungkin karena mereka percaya bahwa aku adalah Nayya. Memang wajar saja sih, tapi tetap saja aku tidak nyaman dengan tatapan meremehkan dari mereka.

Soal pertama pun dibacakan, "Topik : Kehidupan sosial, permasalahan dan solusinya,"

"Sekelompok pemuda yang biasa berkumpul di terminal untuk mabuk-mabukan ditangkap polisi karena sering membuat resah para calon penumpang karena perilaku mereka yang tidak terkendali. Kelompok sosial ini termasuk ...."

TETTTT!

Sial! Tanganku kalah cepat dari mereka. Bukan kalah cepat, tapi sebenarnya aku sedikit gugup dan kurang siap. Jadi aku sedikit ragu untuk menekan belnya, padahal tanganku sudah berada diatas tombol ini. Tanganku semakin berkeringat, tatapan penonton yang tampak semakin menjadi-jadi membuat tubuhku sedikit bergetar. Aku melihat ke arah Ranty, dia menatapku dengan tatapan seolah-olah berkata, "Lihat, 'kan? Kamu gak akan bisa ngalahin aku, Nay!"

"Immoral Crowds." jawab tim lawan.

"pembahasan?" tanya juri.

"Kelompok sosial terdiri dari kelompok yang terbentuk secara disengaja dan kelompok yang terbentuk secara tidak disengaja. Kelompok yang tergabung dari beberapa individu secara tidak disengaja salah satunya adalah kerumunan. Immoral crowds adalah kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma hukum. Kerumunan ini bertindak secara emosional dalam mencapai suatu tujuan tertentu dengan menggunakan kekuatan fisik dan bertentangan dengan norma-norma yang berlaku. Misalnya, sekelompok pemuda yang mabuk-mabukan di terminal sehingga perilakunya tidak terkendali membuat resah para calon penumpang angkot." jawabnya dengan lancar.

"Benar."

Sorak ramai penonton pecah. Benar, tidak ada yang mendukungku sama sekali. Semuanya tampak merendahkanku. Perasaanku semakin tidak karuan, kepalaku menjadi sangat pusing, sepertinya aku terkena panic attack.

Saat sedang mengatur napasku, tiba-tiba sebuah tangan menyentuh pundakku. Aku menoleh, tampak Angga tersenyum tenang ke arahku. Lalu Angga mengeluarkan sebuah semprotan hand sanitizer dari sakunya. Dia mengambil kedua tanganku, Angga menyemprotkannya ke telapak tanganku yang sangat berkeringat. Lalu Angga menyatukan kedua tanganku, lalu ia adukan keduanya, sehingga cairan itu merata dan keringatku yang basah disana menjadi ikut kering karena efek cairan alkohol yang terkena udara.

"Tenangin diri lu. lo pasti bisa, Lo hebat." katanya.

Aku memejamkan mata selama beberapa detik, lalu menarik napas dengan dalam dan aku hembuskan perlahan. Perasaanku kini sudah sedikit lebih tenang, ini semua berkat Angga. Angga mampu menenangkanku, kupikir ia akan menyalahkanku atas kekalahan poin pertama ini.

Soal kedua kembali dibacakan, "Topik : Kehidupan sosial, permasalahan dan solusinya."

"Ketua RT mempertemukan dua orang warga yang sedang berselisih sejak sebulan terakhir karena permasalahan sampah dan meminta mereka untuk saling memaafkan. Karena Ketua RT termasuk warga senior maka dua orang berselisih mengikuti keputusan Pak RT. Bentuk akomodasi yang diperankan oleh ketua RT adalah ...."

TETTTTTT!!

Berhasil! Tidak, sebenarnya bukan aku yang menekan tombol ini sepenuhnya. Aku masih sedikit ragu saat berada diatas bel itu, tapi Angga membantuku. Tangannya yang hangat berada tepat diatas tanganku untuk membantuku dalam menekan tombol tersebut.

"Arbi ... trasi. " kataku dengan suara sedikit bergetar.

"Pembahasan?" tanya juri dengan tegas.

Aku menoleh sedikit ke Angga, namun Angga menganggukkan kepala seakan membiarkanku untuk menjawab dan mempercayakan jawaban yang akan aku keluarkan.

"Penyelesaian konflik dimaksudkan untuk meredam ketegangan konflik yang bersitegang. Arbitrasi merupakan suatu pengendalian atau penyelesaian konflik yang menunjuk pihak ketiga untuk memutuskan konflik atau pertentangan tersebut. Dalam bentuk ini, pihak yang bertikai berusaha untuk mencari pihak ketiga untuk mengendalikan konflik tersebut. Dalam soal, pihak ketiga yang menyelesaikan konflik adalah Ketua RT." jawabku dengan tegas. Kali ini aku jauh lebih percaya diri.

"Benar."

Aku tersenyum senang, tidak ada sorak ramai dari penonton. Mereka mematung ditempat sembari menatapku denga keheranan. Termasuk Ranty yang menatapku dengan kebingungan, dan tidak juga tatapan hangat dari ayah yang seperti bangga melihatku. Mau saat masih muda atau sudah tua, tatapan ayah tidak juga berubah. Ia selalu menatapku dengan hangat dan penuh kebanggaan. Aku menyukai mata ayah, mata ayah sangat indah.

Soal ketiga dibacakan kembali.

TETTTTT!!!

"benar." ucap sang juri. Dua poin sudah berada ditanganku, bukan, maksudku ditangan kami-aku dan Angga-.

Soal ke empat dibacakan.

TETTTTT!!!

Aku kembali menekan tombol dengan cepat. Terlihat wajah gusar dari tim lawan karena tidak lagi tenang saat melawan kami.

"Benar."

Plok! Plok! Plok!

Satu tepukan tangan terdengar jelas dari arah penonton, aku melihat sumber suara itu. Itu Arjuna, ayahku bertepuk tangan sendirian dengan bangga dideretan penonton yang masih diam saja. Lalu tepukan tangan itu disusul oleh Dira, dan pada akhirnya ...

Plok! Plok! Plok! Plok! Plok! Plok! Plok! Plok! Plok! Plok! Plok! Plok! Plok! Plok!
Plok! Plok! Plok! Plok! Plok! Plok! Plok! Plok! Plok! Plok! Plok! Plok! Plok! Plok!

Semua murid yang duduk di kursi penonton ramai-ramai bangkit dari duduknya dan menepukkan tangannya kepadaku. Seluruh penonton diruangan ini tampak berbangga kepadaku.

Perasaan apa ini? Mengapa aku merasa begitu sangat senang?

Rasanya, ini seperti pertama kali aku merasa dihargai. Apa ini perasaan dari hati Nayya yang asli?

Soal kelima ditutup oleh jawabanku yang tampak sangat fantastis. Semua penonton kini bersorak ramai kepadaku.

"NAYYA GAK ADA MATINYA!! NAYYA GAK ADA MATINYA!!"

"KAMI DISINI UNTUK, NAYYA!!! KAMI DISINI UNTUK, NAYYA!!"

aku menatap seluruh penjuru ruangan ini dengan air mata yang berkaca-kaca dikelopak mataku. Semua orang meneriakkan nama Nayya.

"Nay, lihat sekarang. Semua orang berbangga kepadamu!"











-TO BE CONTINUED-

R¹ : R E S E T.  [END] ✔️Where stories live. Discover now