RESET : 18.

148 42 10
                                    

"Sebuah hati yang telah hancur
Tidak akan bisa kembali
Dengan kata Maaf saja."

-HAPPY READING-

"Maaf saya suruh kamu kesini pagi-pagi begini," Ucap ayah Ranty sang kepala sekolah sembari menyodorkan segelas teh ke hadapan Juna.

Juna hanya tersenyum tipis,"Gak usah repot pak, makasih."

"mana bisa saya kerepotan untuk balas budi kamu? Ehem, terimakasih karena selama ini sudah menemani Ranty dan membuatnya semangat untuk belajar." katanya, ayah Ranty menyenderkan bahunya ke kursi empuk di belakangnya.

"Tidak masalah pak." ucap Juna, Juna sedikit menghela napas seperti ingin segera mengakhiri obrolan ini.

"Kamu pasti tahu kalau Nayya suka kamu, 'kan?"

Arjuna mengangguk.

"Fakta seperti itu kini mengganggu pikiran Ranty, apalagi sekarang Nayya mengalami peningkatan nilai yang drastis. Saya harap kamu mengerti apa yang saya maksud disini," ucap ayah Ranty.

"Iya, pak."

"Ngomong-ngomong, sesuai janji saya, saya sudah dapat koneksi di kampus ini." ayah Ranty mengeluarkan brosur tempat kuliah incaran Juna ke atas meja.

"Saya akan bantu kamu semaksimal mungkin, selama kamu juga membantu saya." kata ayah Ranty.

-oO0Oo-

"Dek, Abang pulang nih." Ucap Juna saat membuka pintu apartemen dengan kedua tangan yang sibuk membawa makanan.

"Asikkk, abang pulang ...!" ucap si kembar, adik Arjuna yang berumur 12 tahun dan paling bungsu.

"Bang Juna bawa pesenan ku, gak?" tanya Arfani, adik perempuan kedua Arjuna yang masih duduk dikelas akhir SMP.

"Sabun cuci muka, 'kan? Ada tuh diplastik, sekalian aja ambil snacknya. " ucap Juna, lalu ia merebahkan dirinya diatas sofa ruang itu.

"Bang Juna makasih ya cokelatnya!" ucap Arsen, salah satu adik bungsu kembarnya.

"Ayo kak arsen, kita main dikamar." ajak sang kembaran, Arsy.

"Yaudah kalian balik gih ke kamar, jangan lupa kerjain PR, ya!" kata Juna berteriak sedikit ketika dua adik kembarnya berlari kencang menuju kamar.

Arjuna memiliki tiga adik, 1 perempuan, dan 2 kembar yang berbeda gender. Arfina adik perempuan keduanya, Arsen adik bungsu laki-lakinya dan tidak lupa sang kembaran perempuan yang cerewet bernama Arsy. Mereka ber-empat sudah hidup sebatang kara tanpa orang tua selama kurang lebih 10 tahun.

Saat ingin ke kamar, Arfina menahan langkahnya. Dia berbalik dan menatap ke arah abangnya yang kini duduk dengan memejamkan mata ke atap apartemen ini.

"abang jangan terlalu maksain kalau gak terlalu bahagia ...." ucap Arfina.

Arjuna membuka kelopak matanya, lalu beralih melihat ke arah Arfina yang kini menatapnya sendu.

"abang selalu bahagia lihat kalian ketawa." jawab Arjuna dengan tersenyum.

"Rasanya egois banget saat Fina memakai barang bagus, sekolah ditempat mahal, Arsen dan Arcy yang mendapat banyak mainan bagus, serta sekolah ditempat mahal namun bang Juna harus merelakan perasaan abang gitu aja dan menjadi budak orang kaya itu."

"abang udah pernah bilang, 'kan? Kalau semua ini abang dapetin karena abang pintar. Makanya kamu juga harus pintar, belajar yang rajin."

"Fina bukan anak kecil lagi, bang." Arfina menghela napas panjang, "Fina sedih kalau melihat abang menjalani hidup kayak gini."

Arfina meneteskan air matanya, "Fina gak masalah kok, bang. Kalau kita mau kembali ke tempat gubuk kayak dulu lagi. Asal abang ikut senang."

"kamu gak kasian sama Arsen dan Arcy? Sekarang fokus belajar aja, jangan terlalu pikirin abang, ya?" ucap Arjuna.

Lalu Arjuna bangkit dari duduknya dan berjalan ke pintu keluar, "abang mau cari angin dulu, jaga adik baik-baik."

Dengan badan yang masih mengenakan seragam sekolah, Arjuna berjalan keluar gedung apartemennya. Perasaan Arjuna tidak karuan sekarang, obrolannya dengan Arfina ditambah ayah Ranty saat pagi hari membuat hatinya tidak mood.

Arjuna duduk dipinggir halte bus dengan tangan yang seperti biasa ia suka lakukan ketika sedang merasa panik, sedih, atau emosi. Sela kuku bawah jempolnya akan ia congkel dengan kuku telunjuk jarinya, Arjuna selalu melakukan ini walaupun dia tahu akan menyakitinya. Arjuna pernah menemui psikiater dan dinyatakan memiliki penyakit mental Stereotypic Self Injury. Sudah tiga kali Juna berobat namun tidak kunjung sembuh dan memutuskan untuk berhenti datang karena hanya menghabiskan uang saja pikirnya.

"Gak boleh kayak gini terus, harus belajar berhenti." sebuah tangan lembut menahan tangan Arjuna yang melakukan Injury pada jarinya.

Arjuna menatap mata Nayya dengan lekat, Nayya berjongkok di depannya lalu tersenyum lebar. Arjuna sempat terkejut lalu menyempurnakan ekpresinya kembali seperti biasa.

"lo tinggal dekat sini?" tanya Nayya.

"iya. Lu juga, ya?" ucap Juna.

Nayya mengangguk, "gue duduk di sebelah, ya."

Arjuna terlihat kikuk, lalu mengiyakan sembari tangannya yang mengusap-usap tempat di sebelahnya dengan terburu-buru sebelum Nayya menempati tempat itu.

"Juna, ikutin gue deh ...." ucap Nayya. Juna terlihat bingung.

Nayya menaruh tangan kanannya ke pundak kiri dan menaruh tangan kirinya ke pundak kanan, seperti membentuk pelukan yang dilakukan sendiri. Juna juga mengikuti gerakan Nayya sehingga tangannya yang sudah membentuk silang berada di depan dadanya.

"Abis itu, pejamkan matanya. Terus tepuk-tepuk pundak lu pakai kedua tangan yang udah hinggap disana secara perlahan." ucap Nayya mengarahkan.

Arjuna mengikuti arahan Nayya dengan sangat baik.

"lakuin itu secara terus menerus saat lu merasa marah, sedih, atau panik," kata Nayya, "merasa lebih tenang, 'kan?"

Arjuna mengangguk, dengan tangan dan mata yang masih diposisi yang sama. Ini sangat membuat Arjuna nyaman, rasanya seperti ada seseorang yang memeluk Arjuna dengan erat.

Arjuna akhirnya mengantar Nayya sampai ke depan rumah, Nayya memasuki rumahnya lalu melambaikan tangan kepada Arjuna yang berdiri beberapa meter dari jaraknya saat ini. Juna juga ikut melambaikan tangan ke arah Nayya, setelah itu Nayya memasuki rumahnya.

Jantung Arjuna selalu berdegub kencang ketika melihat Nayya tersenyum di depannya.

Wajar saja, melihat senyum perempuan yang dia cintai adalah perkara yang umum.

Benar, perempuan sebenarnya yang Arjuna sukai adalah Nayya bukan Ranty.














***

Tolong votenya ya kak, terimakasih!

Salam author!

R¹ : R E S E T.  [END] ✔️Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ