RESET : 39

58 14 1
                                    

Sebelum makan malam bersama Nayya, Ranty mengajak Arjuna untuk bertemu. Awalnya Arjuna menolak untuk bertemu Ranty, namun Ranty berkata pertemuannya itu untuk memberikan Sertifikat kompetensi swaktu berkuliah di Harvard University. Bukan sembarang Sertifikat, Sertifikat itu mampu membantu jenjang karir bagi Arjuna. Apalagi mengingat dirinya yang masih berstatus magang di Perusahaan tempat ia bekerja. Akan sangat membantu sekali untuk meyakinkan Perusahaan bahwa Arjuna memang pantas menjadi karyawan tetap atau menjadi bantuan Juna untuk ditempatkan ke jabatan yang tepat sesuai kompetensinya. Certificate Competency Assessor yang diberikan Harvard bukanlah suatu yang mudah didapatkan, hanya murid-murid pilihan dan tentu saja perjuangan murid untuk mendapatkan Sertifikat itulah yang membuat Sertifikat seperti itu sangatlah berharga.

Karena dahulu ayah Ranty yang masih menjadi wali Arjuna, jadi Sertifikat itu keluar dan disampaikan kepada Ranty yang bahkan sudah tidak ada hubungan apapun dengan Juna. Karena hal tersebut sangat penting, jadi mau tidak mau Arjuna harus menemui Ranty.

Arjuna menunggu kedatangan Ranty disebuah perpustakaan yang biasa mereka datangi sewaktu masih sekolah dulu. Berbeda dengan kafe perpustakaan, disini murni hanya tersedia tempat untuk membaca buku saja tanpa adanya menu makanan atau minuman. Setelah menunggu sekitar lima menit, datanglah Ranty dengan membawa sebuah map berlogo Harvard University ditangannya.

"Hai!" sapa Ranty dengan semangat lalu duduk di depan Arjuna.

Arjuna hanya melihat sekilas, lalu melanjutkan membaca buku trilogi di depannya.

"gue gak banyak waktu, mana Sertifikatnya." kata Juna dengan wajah yang dingin.

Ranty tertawa kecil, "makin bikin gemes aja ya sekarang kamu."

Juna diam saja, tidak menanggapi. Ranty pun memberikan map tersebut kepada Arjuna.

"kamu sekarang magang ya di Perusahaan Bright Technology Company?" tanya Ranty.

"iya." jawab Arjuna dengan malas.

"keren ya, termasuk ke dalam perusahaan yang besar loh itu. Aku kalau dapat kesempatan bekerja disana juga mau, hehe. Semoga dengan adanya Sertifikat itu kamu bisa naik jabatan ya." ucap Ranty.

"Aamiin." jawab Juna.

"tapi kamu tahu gak sih pemilik perusahaan itu siapa?" tanya Ranty.

"Ya tahulah, CEO-nya memang udah dikenal orang banyak." jawab Arjuna.

"iya sih, tapi kamu tahu gak latar belakang CEO itu?"

"maksudnya apa?"

"dia ayahnya Dira. Kamu pasti ingat betul, 'kan kalau Dira itu teman sekelas kamu sekaligus sahabatnya Nayya?"

"langsung ke intinya aja. Gak usah banyak basa-basi." ketus Arjuna.

"Hm ... Secara gak langsung Nayya yang membuat kamu masuk ke Perusahaan ayahnya Dira gak sih? Bisa aja, 'kan Nayya memohon ke sahabatnya itu untuk masukin kamu kesana. Jadi intinya kamu diterima itu karena kasian dan bukan karena kemampuan kamu. Kasian banget ya kamu diremehin Nayya secara gak langsung karena kamu ditolak kerja disana-sini." Ujar Ranty.

Arjuna sempat terkejut tapi sehabis itu memasang wajah yang menunjukkan rasa tidak percaya dengan omongan Ranty.

Ranty tersenyum, "kalau gak percaya, kamu bisa cek ini." Ranty lalu memberikan sebuah map cokelat kepada Arjuna.

Arjuna pun membuka map itu dan melihat sekertas profil latar belakang CEO Bright Technology Company dan juga daftar lengkap pemimpin disana.

"ternyata Dira juga bekerja disana dan jadi atasan kamu, kok bisa sih kamu gak tahu menahu soal ini." kata Ranty dengan nada polos.

"kenapa kamu bisa dapat semua informasi ini?" tanya Juna.

Ranty lalu bangkit dari duduknya untuk bersiap pergi, "kamu lupa tentang fakta bahwa Perusahaan itu saingan dari Perusahaan ayahku? Bukankah mengetahui latar belakang musuh sangatlah penting sebelum maju berperang?"

Setelah mengatakan itu, Ranty pun pergi begitu saja. Arjuna masih terdiam dengan menatap sebuah dokumen profil yang baru saja Ranty berikan kepadanya. Arjuna masih tidak percaya ternyata Nayya berada dibalik ini semua.

-OOO-

"selama ini gue kerja di perusahaan ayahnya Dira, 'kan?" tanya Juna. Aku sempat terkejut namun berusaha mungkin untuk tidak menunjukkannya.

"maksudnya gimana?" tanyaku balik. Aku harus tetap tenang untuk situasi seperti ini.

"mending lo liat aja sendiri." jawab Juna lalu memberikanku sebuah kertas berisi profil lengkap perusahaan Bright Technology Company.

Memang susunan jabatan disana ada nama Dira. Tapi yang membuatku bingung, disini tidak menjelaskan bahwa CEOnya adalah ayah Dira, namun kenapa Juna mengira bahwa perusahaan ini punya ayahnya Dira. Lagipula, dia dapat dari mana susunan jabatan ini? Bahkan digoogle sekalipun pasti akan susah mencari susunan jabatan yang lengkap. Aku yakin ada seseorang yang membocorkan hal ini kepada Arjuna.

"disini emang ada Dira, tapi—"

"gue bawa data profil lengkap ayahnya Dira juga. Jadi lo gak usah membela diri sendiri lagi." potong Juna.

Aku semakin yakin bahwa ini memang ada yang membocorkannya kepada ayah. Dan satu nama pelaku yang ada diotakku sekarang adalah Ranty. Sudah pasti wanita gila itu yang mengusik kami.

"oke, kalau benar itu ayahnya Dira ya terus kenapa?" ucapku.

Arjuna mengerutkan dahinya, "terus kenapa lo bilang?"

"maksud gue gini ya Jun, tolong jangan salah sangka. Kalo memang itu ayahnya Dira ya kenapa? Urusannya sama lo itu apa? Emang karena perusahaan itu milik ayahnya Dira lo jadi merasa bersalah gitu, bisa masuk kesana lewat jalur orang dalem?"

"bukan itu. Gue sekarang jadi negatif thinking ngerasa lo bantu gue karena berpikir kalau gue gak sanggup cari kerja." kata Juna.

Aku menghela napas, "lo sekarang lagi ngerendahin diri sendiri ya? Bukan pikiran lo yang negatif terhadap gue, tapi emang otak lo yang ngerasa lo itu gak sanggup cari kerja!"

"susah banget ya bagi lo buat ngakuin kesalahan aja?" tanya Juna.

"buat apa ngakuin kesalahan yang memang bukan salah gue."

"lo salah udah bohongin gue, Nay. Kadang gue berpikir, lo itu pacar gue bukan sih? Kenapa gue ngerasa kayak udah dekat sama wujud lo tapi jauh dari hati lo. Sebenarnya lo anggap gue apa, Nay? Banyak banget yang gak gue ngerti dari lo." ujar Juna, lalu dia bangkit dari duduknya.

"bahkan kata maaf aja kayaknya susah buat lo ucapin. Kata sederhana itu yang dari tadi gue tunggu sedari awal topik pembicaraan kita. Tapi ekspektasi gue ternyata terlalu tinggi buat lo, Nay. Kalau aja dari awal setidaknya lo minta maaf, mungkin arah pembicaraan kita gak sejauh ini." ucap Juna, lalu dia langsung pergi begitu saja.

Aku hanya diam saja, tidak menahan ayah, tidak membalas perkataan ayah, dan tidak mencoba membela diriku. Yang aku lakukan hanya menatap punggung ayah yang berjalan mulai menjauh dariku. Rasanya seperti ada benteng lagi diantara kami, kejadian ini sama seperti saat kami tidak saling berbicara ketika ayah memutuskan untuk berhenti mengikuti olimpiade. Entah apa yang salah, padahal aku sudah memperjuangkan hal yang besar untuknya, tetapi seakan dia tidak pernah melihat itu semua walau sekecil pun.









To be continued

Seneng gak siii kalian karena part ini lebih panjang daripada sebelumnya? Senengkannn, yakannn? Ya kalau biasa aja, pura2 seneng aja ya biar gue seneng wkwkwk. Jadi semuanya seneng.

Jangan lupa vote ya manteman.

R¹ : R E S E T.  [END] ✔️Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα