Bagian ke 21.

118 37 3
                                    

"Terimakasih karena sudah bertahan
Dan berjuang hingga detik ini,
Kamu adalah orang yang hebat!"

—R E S E T—

"Lo dapet video ini darimana?" tanyaku dengan wajah yang terkejut.

Bagaimana tidak? Isi video itu memperlihatkan Ranty yang bertemu dengan seseorang—sepertinya pengacara—lalu ia memberikan pengacara itu sejumlah uang didalam amplop cokelat. Percakapan mereka juga terdengar jelas dalam video ini.

"Gue kirim video ini ke hp lu, ya?" kata Angga sembari menutup video itu untuk berbagi kepadaku.

Saat ingin menekan tombol membagikan, tiba-tiba saja lampu gudang ini mati begitu saja.

Brak!

Terdengar suara bantingan pintu, aku dan Angga melihat ke arah pintu gudang yang sudah tertutup. Aku berlari menuju pintu itu, lalu menggedor-gedornya dari dalam. Sial!  Pintu ini dikunci dari luar. Aku berusaha semaksimal mungkin untuk membuka pintu ini.

"E-engga ...."

"Engga ...!!!!"

Aku terkejut mendengar teriakan dari Angga, aku berbalik melihat Angga yang terduduk lemas dilantai dengan wajah yang sangat pucat.

"Aku ... Aku bukan anak haram! Tolong, tolong bukain pintunya ...!!" Angga berteriak dengan kedua tangannya yang menyentuh kepala dia. Tangannya sibuk meremas pangkal rambut miliknya.

Aku membulatkan mata melihat kejadian ini, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Angga menjadi seperti ini?

Aku berlari ke arah Angga, dijarak yang sangat dekat ini terlihat jelas wajah ketakutan dan keringat yang terus membasahi wajahnya. Aku menyentuh pundak Angga, suhu badannya berubah drastis menjadi panas kala itu. Aku semakin panik sendiri, kenapa dia bisa seperti ini?

"Aarrgggghhhh ...! Angga minta maaf, mah! Angga udah mandi! Tolong jangan buang Angga!!" teriak Angga dengan wajah yang sangat ketakutan.

Mandi? Apa urusannya dengan mandi?

Tiba-tiba saja Angga mengeluarkan hand sanitizer yang selalu ia bawa di saku celananya, Angga menyemprotkan pembersih itu tangan dia berulang kali. Ia gosokkan kedua tangannya dengan sangat kencang tanpa berhenti sedikit pun.

"Lihat, mah! Angga udah bersih, Tolong jangan tinggalin Angga!" ucap Angga lagi.

Aku mengerutkan dahi, dia ini bicara sama siapa sih? Ibunya? Mana ibunya? Gak mungkin mama yang dia maksud adalah diriku kan?

Angga membuka penutup botol hand sanitizer itu seluruhnya, ia tumpahkan semua isi cairan itu ke tangan serta badannya. Angga menggosokkan semua tubuhnya dengan arogan tanpa berhenti. Wajahnya semakin memerah, air matanya keluar dengan deras kala itu,  keringatnya juga bercucuran disekujur tubuhnya.

"Angga udah bersih, mah! Jangan kunciin Angga lagi!!!"

Aku lalu mendekat ke arah Angga, aku tarik tubuh Angga agar mendekap kepadaku. Aku peluk tubuhnya dengan erat, entah apa yang aku lakukan sekarang—akupun tidak mengertinya. Yang jelas, niatku hanya ingin menenangkan Angga yang entah kenapa menjadi kalap seperti ini.

R¹ : R E S E T.  [END] ✔️Where stories live. Discover now