RESET : 48

67 17 11
                                    

"atas keputusan dewan hakim dan disertai perbincangan panjang dari pihak penjurian, terdakwa Rantya Amumara Clever di hukum atas kasus pembunuhan tanpa rencana dibawah umur, pembunuhan berencana sebanyak dua kali yang dimana korban pertama mengalami kecelakaan dan korban kedua melakukan bunuh diri, dan pembunuhan berencana yang memakan satu korban. Pasal pertama yang terkait adalah Pasal 338 KUHP dan dijatuhi hukuman hanya lima tahun penjara karena terdakwa melakukan pembunuhan tanpa rencana saat masih dibawah umur, Pasal berlapis kedua adalah Pasal 340 KUHP yang terkait dalam melakukan pembunuhan berencana secara tidak langsung dikenakan hukuman lima belas tahun penjara, dan Pasal terakhir adalah Pasal 340 KUHP yang memakan satu korban dijatuhi hukuman mati." ucap asisten hakim.

"dengan adanya keputusan yang diperbincangkan sangat lama ini, terdakwa resmi dihukum 20 tahun penjara dan juga dijatuhi hukuman mati."

Tok... Tok... Tok...

Sang kepala hakim sudah membunyikan palunya, Arjuna menghembuskan napasnya dengan lega. Pada akhirnya dia bisa lepas dari genggaman Ranty, padahal dari dulu dia berpikir bahwa sepertinya tidak ada jalan lagi untuknya. Tapi semua ini berkat Nayya yang mampu membantunya melepaskan beban itu.

Ranty dibawa oleh pihak polisi lagi setelah dakwaan itu selesai. Ranty sempat melirik dan menatap tajam ke arah Arjuna, Arjuna hanya menyunggingkan senyum kecil tanda kemenangannya.

Arjuna keluar dari ruang sidang dengan berjalan tegap, rasanya beban dia sudah benar-benar hilang sekarang. Yohan dan Dira menyusul Arjuna disamping kanan dan kirinya lalu menyamakan langkah kaki Arjuna. Dira memasang kacamata hitam di depan matanya, dia berjalan berlenggak-lenggok dengan elegan bersama dua pria disampingnya. Yohan tak kalah keren karena menaikkan baju lengannya ke atas tangan. Sedangkan Arjuna membenarkan dasinya sembari berjalan dan tersenyum.

"apa benar kalian bertiga yang melaporkan keluarga sempurna itu ke polisi?"

"bagaimana cara kalian mendapat semua bukti itu yang padahal polisi tidak mungkin menemukannya?"

"tolong berikan setidaknya sepatah atau dua patah ...."

"bagaimana tanggapan kalian setelah menyaksikan terdakwa dijatuhi hukuman?"

"banyak masyarakat yang berterimakasih, apakah ada yang ingin anda sampaikan?"

"atas dasar apa anda membantu para korban korupsi dari perusahaan AC group? Apakah salah satu dari kalian memiliki anggota keluarga yang menjadi korban?"

Seluruh wartawan tiba-tiba saja mengerubuti mereka bertiga. Mereka memang sengaja mengungkap identitas setelah keluarga Ranty sudah dijatuhi hukuman.

"seseorang mungkin bisa pandai menyembunyikan api, tapi tidak dengan asapnya." kata Yohan ke kamera wartawan yang meliputnya.

"sekeras apapun topeng yang mereka pakai, topeng itu akan tetap runtuh jika dihancurkan bersama-sama." ucap Dira dengan tersenyum dan tangannya sibuk mengibas rambutnya.

"Diamnya manusia adalah gudangnya emas, namun diamnya penjahat adalah gudangnya dosa. Dan mereka sedang menebus segala dosanya dibalik jeruji besi, tetap doakan yang terbaik untuk mereka agar segera bertobat tanpa adanya kemunafikan." ujar Arjuna.

Arjuna, Yohan, dan Dirapun pergi dari kerumunan pengacara itu setelah mengatakan beberapa kalimat yang mereka keluarkan. Tak ada keraguan dihati mereka, karena kemenangan sudah ada ditangan mereka.

-ooo-

[Agustus 2042]

Aku melipat kembali koran tersebut setelah selesai membaca segala berita terkait kasus keluarga Ranty. Dengan perasaan yang tenang aku menghembuskan napas, rasanya dadaku sangat lega walaupun sedikit sesak karena kepergian ayah dan ibu kandungku. Awalnya aku masih menentang kematian mereka yang padahal aku seberusaha mungkin untuk mengubah takdir ayah, tapi pikiranku itu berubah ketika sebuah surat berada di kamarku.

R¹ : R E S E T.  [END] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang