Awalan.

461 183 36
                                    

4 Jam setelah kejadian.

Ngiiiiuuunggg ... Ngiiiuunggg ... Ngggiiuuung ....

Berisik sekali...

Suara sirine ambulan memenuhi gendang telingaku, akibat suara yang terlalu bising aku jadi terbangun dari tidurku beberapa saat. Aku membuka sedikit mataku, aku tidak bisa melihat dengan jelas. Pandanganku masih sangat buram dan terlihat goyang-goyang. Tapi yang jelas, aku mendapati para perawat yang sibuk dengan alat medisnya. Leherku terasa sedang terbungkus sesuatu. Rasanya seperti suatu kain yang dililitkan disini, kenapa para perawat ini membungkus leherku?

"Detak jantungnya kembali normal namun sangat lambat,"

"Tetap usahakan darahnya tidak keluar lagi."

Sekarang aku dimana? Setelah aku tertidur lagi sepertinya tempatku sudah berubah. Aku, berada di rumah sakit? Lagi-lagi para perawat ini sibuk didepanku, sekarang mereka sedang mendorong kasur yang aku tempati. Akhirnya aku dihentikan disuatu ruangan. Apa ini UGD? Aku tidak tahu, tetapi sepertinya iya.

Mereka masih sibuk lagi. Kesana kemari menyiapkan alat medis. Tangan kiriku sepertinya di-infus, suatu alat oksigen mereka pasangkan dihidungku. Sekitar ada dua dokter datang ke ruangan ini.

Tapi tunggu dulu, dimana Ayah? Apa dia baik-baik saja?

"Pasien harus segera dioperasi, dok."

"Akibat goresan tersebut, kepingannya tertinggal dibeberapa titik vital."

"Bagaimana kondisi ayahnya?"

"Dia sudah meninggal ditempat, dok."

•••

Ini ... Dimana?

Taman bermain?

Kenapa aku bisa di taman bermain? Bukankah tadi aku sedang di ruang UGD rumah sakit?

"Dindaa ...!"

Suara itu ..., Ayah?

Aku menengok ke sumber suara itu, dijarak yang cukup jauh ayah melambaikan tangan ke arahku. Disamping ayah juga ada ibu yang berdiri dengan senyuman hangatnya seperti biasa.

Syukurlah ayah baik-baik saja ..., Mungkin aku hanya bermimpi, dan sekarang aku telah terbangun dari mimpiku. Dengan perasaan yang senang, aku berjalan menghampiri ayah dan ibuku. Saat beberapa melangkah, langkahku terhenti dengan cepat. Mataku melebar dengan terkejut. Ibu mengeluarkan sebuah pisau dari sakunya. Apa yang ingin dia lakukan?

"Ayah! Awas! Lihat belakang!"

Ayah tidak mendengarku, dia hanya tersenyum ke arahku sembari melebarkan kedua tangannya seakan menungguku untuk jatuh kepelukannya. Ibuku mengangkat tangannya yang menggemgam pisau ke udara.

Aku semakin panik, aku berlari ke arah ayah sembari meneriakkannya untuk menghindar dari ibu. Saat beberapa langkah lagi aku menggapai ayah ...

Cratttt ...!

Darah menyiprat diwajahku, mataku melebar. Jantungku berdebar kencang. Didepan mataku, aku melihat kejadian ini lagi. Dua kali. Ibu menusuk leher ayah. Ayah terjatuh ke tanah begitu saja. Aku diam memaku.

"AYAHHH!!"

Byuuuuurrrr...!

Kenapa ini?

Apa aku tenggelam?

Tapi tidak ada air disekelilingku.

Kenapa gelap sekali? Aku hanya bisa melihat warna hitam disekelilingku.

R¹ : R E S E T.  [END] ✔️Where stories live. Discover now