Virtualzone - Chapter 16

485 67 86
                                    

Hai hai, aku kembali.

Jangan lupa feedbacknya, klik bintang enggak sesulit lupain mantan kok. Ramein komen juga dong, jangan lupa share biar ada temen kalian gibahin Bara dengan keabsurdannya.

Enjoy 💜

"Ra, lo ngocok adonannya yang bener dong jangan sampe muncrat-muncrat gitu," protes Dika

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ra, lo ngocok adonannya yang bener dong jangan sampe muncrat-muncrat gitu," protes Dika.

"Enggak ada ya, orang bersih gini." Rayya tidak mau kalah. "Udah cepet masukin tuh yang lo pegang."

"Enggak mau dia, lubangnya kekecilan."

"Kan lo yang buka, kok lo juga yang protes?" Rayya masih sibuk dengan aktivitas sebelumnya. "Lama lo! Sini ah." Dia mengambil alih tepung terigu yang ada dipegang Dika dan mengambil gunting untuk memotong plastiknya.

"Bikin kue aja ribut banget ya," tutur Bunda yang baru masuk ke dapur.

"Tau tuh, Tan," cibir Gita ikut mengompori. Kehadiran Gita hanya menjadi penonton keributan yang terjadi sambil streaming musik video terbaru dari NCT Dream yang berjudul Hello Future.

"Sini biar Bunda aja yang lanjutin. Dika duduk aja."

"Beneran Tante?" tanya Dika.

Bunda Rayya mengiyakan pertanyaan Dika dengan anggukan singkat.

"Makasih Tante." Dika hendak memeluk Bunda Rayya dari samping, tetapi Rayya menepis tangannya.

"Tangan lo kotor, enggak usah peluk-peluk Bunda gue," ketus Rayya.

Keributan yang terjadi beberapa menit yang lalu itu disebabkan oleh Dika yang ingin memberikan kue matcha untuk ibunya Aletta sebagai suapan agar diizinkan memacari satu-satunya anak perempuan di keluarga mereka. Ibunya Aletta sering membeli kue matcha di toko milik Bunda Rayya, jadi Dika berinisiatif untuk meminta resep.

Agar tidak mengganggu ketertiban pembuatan kue, Dika memutuskan untuk duduk di meja makan bersama Gita dan menyantap potongan kue yang sudah di simpan di sana sembari memperhatikan dua orang perempuan yang masih sibuk membuat kue untuknya. Berbeda dengan Dika, Rayya masih berada di samping sang Bunda membantunya membuat kue. Jika soal memasak, dan membuat kue, sebenarnya Rayya tidak kalah dengan Bunda. Sejak kecil dirinya sering melihat Bunda di dapur dan berkutat dengan alat-alat perangnya. Itulah kenapa kedua orang tua Rayya tidak akan khawatir meninggalkan anak tunggalnya sendirian di rumah, Rayya tidak akan kelaparan karena dia bisa memasak apa yang dia inginkan.

Tiga puluh menit berlalu, kue itu sudah berdiri cantik di atas piring dan siap untuk dinikmati. Sebenarnya Dika bisa saja membeli langsung dari toko kue milik Bunda Rayya, tetapi dia ingin membuatnya langsung walaupun melalui perantara tangan Rayya dan Bundanya. Bunda Rayya segera memasukkan kue tersebut ke dalam box kue yang sudah dibeli Dika.

Virtualzone [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang