Virtualzone - Chapter 8

651 84 197
                                    

Halo, apa kabar? Aku balik lagi.

Maaf kalo chapter ini gak terlalu panjang. Soalnya aku ngetik di hp. Laptopku lagi sakit, semoga cepet sembuh.

Yuk jangan lupa pencet bintang di pojok kiri bawah, komen dan share juga biar aku makin semangat buat nulisnya.

Enjoy 💜

"Lo tadi ngapain di ruang guru?" tanya Rayya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Lo tadi ngapain di ruang guru?" tanya Rayya.

Mereka sedang menunggu di halte bus yang tidak jauh dari sekolah. Halte masih cukup padat oleh anak-anak sekolah, karena bel pulang baru saja berbunyi 10 menit yang lalu. Sepertinya halte bus tidak pernah sepi, apalagi setiap pulang sekolah. Syukurnya langit sore ini cerah, tidak ada tanda-tanda akan turun hujan seperti pagi tadi.

"Gue di suruh ngajarin anak kelas 11 yang bentar lagi mau olimpiade."

Rayya duduk di ujung kursi panjang yang tersedia di halte, Raga juga ikut berpindah posisi berdiri di samping Rayya sambil bersandar pada tiang halte. Lima belas menit mereka menunggu, satu bus pun masih belum ada yang lewat. Apakah supir bus itu lupa pemberhentian selanjutnya, atau si supir tidak bisa membaca map?

"Oh iya, maksud lo tadi ngirim chat kayak gitu apaan? Lo tau apa?" tanya Rayya kembali membuka obrolan.

"Nanti juga lo tahu sendiri," jawab Raga singkat dengan pandangan yang fokus ke depan.

Rayya berdecak mendengar jawaban Raga. Ini sudah sore, otaknya sudah agak sulit untuk kembali diajak berpikir. Kinerja otaknya sudah dikuras oleh pelajaran Fisika di kelas tadi. Rayya membuka tasnya mengambil novel. Cara menghilangkan kebosanan dan cape ala Rayya yaitu nonton drama, membaca novel, nge-fangirling, ngemil, dan yang paling ampuh adalah tidur. Berbeda dengan Raga, dia menyambungkan ponselnya dengan airpods untuk memanjakan telinganya dari kebisingan jalan.

Rayya sesekali tersenyum ketika membaca bagian yang menurutnya manis. Andaikan hidupnya seperti tokoh dalam novel yang dikelilingi cogan. Pikirannya sudah berjalan jauh menembus langit.

Khayalan itu dipaksa berhenti ketika Raga menarik tangannya. Ternyata bus sudah ada di depan mata, Rayya tidak menyadarinya karena sibuk dengan pikirannya. Mereka masuk dan duduk di kursi yang kosong. Rayya duduk di kursi dekat jendela, dan Raga duduk di sampingnya. Bus cukup penuh tetapi tidak berdesakan.

Bus mulai melaju membelah kebisingan jalanan sore itu. Angin yang masuk dari jendela cukup kencang. Rayya berusaha untuk menutup jendela itu, tetapi sulit. Raga yang menyadari itu mencoba membantu, dia mencondongkan tubuhnya ke arah jendela kemudian mencoba menarik jendela yang macet tersebut. Sontak Rayya menyandarkan kepalanya di ke sandaran kursi, tanpa disadari dia menahan napasnya. Ini pertama kalinya Rayya melihat Raga dengan jarak sedekat ini. Rayya berharap semoga supir bus tidak menginjak rem secara mendadak. Jika hal itu terjadi maka jarak di antara dirinya dan Raga akan terhapus. Rayya menggeleng kecil, ini bukan cerita seperti di novel maupun drama Korea. Hal-hal seperti itu tidak akan pernah terjadi, pikirnya.

Virtualzone [COMPLETED]Where stories live. Discover now