Virtualzone - Chapter 24

327 53 6
                                    

Apa kabar nih? Semoga baik dan akan selalu begitu. Langsung aja yaa, tapi jangan lupa klik bintang di kiri bawah, komen juga jangan lupa.

Enjoy 💜

Selepas memastikan Aletta masuk ke dalam rumah, Dika menerima pesan dari sang pacar bahwa dia meninggalkan buku catatannya di kelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selepas memastikan Aletta masuk ke dalam rumah, Dika menerima pesan dari sang pacar bahwa dia meninggalkan buku catatannya di kelas. Sebagai pacar yang sigap, Dika memutuskan utuk kembali ke sekolah walaupun sedang hujan. Hujan turun sejak lima menit yang lalu. Nasib baiknya adalah hari ini Dika membawa mobil milik sang kakak karena kuda besi miliknya sedang sakit sehingga sudah berada di bengkel selama beberapa hari. Saat melewati halte, matanya menangkap Rayya masih duduk dengan beberapa orang di sana.

Rayya kok belum pulang? Dia enggak pulang bareng buntutnya? batin Dika, sambil mengangkat tangan melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

Dika sengaja memarkirkan mobil di area sekolah agar dirinya tidak terlalu basah kuyup ketika keluar dari mobil. Dia bergegas menuju kelas dan mengambil buku catatan milik Aletta yang tergeletak di atas meja. Dika membawa buku itu dan memasukkan ke dalam plastik yang dibawanya dari mobil agar tidak basah. Dia berpapasan dengan Raga yang baru keluar dari ruang guru.

"Raya belum pulang, masih nunggu di halte tadi gue lihat," adunya pada Raga.

"Enggak usah bohong lo," tukas Raga tidak percaya.

"Yaudah kalo enggak percaya, gue mau balik."

"Tunggu," cegah Raga membuat Dika mengurungkan langkahnya. "Gue boleh minta tolong? Gue lihat tadi lo pake mobil? Tolong anterin Rayya ya, gue masih harus bantuin anak kelas 11 buat persiapan olimpiade lusa."

"Oke," jawab Dika singkat.

"Inget! Jangan lo apa-apain kalo enggak mau tangan gue bikin jejak di muka lo." Raga mengepalkan tangannya dan mengangkatnya tepat di depan wajah Dika.

Tanpa rasa takut sedikitpun Dika menepis kepalan tangan dihadapannya. "Emang gue mau ngapain?" tanyanya. "Lagian lo posesif banget, pacar aja bukan," lanjutnya dengan senyum mengejek.

"Gue duluan, bruh." Dika menepuk pundak Raga dan pergi meninggalkan Raga yang masih mematung di tempat akibat apa yang diucapkan sebelumnya.

***

Hujan mulai reda tepat sebelum mobil Dika memasuki kawasan perumahan ini. Setelah mengucapkan terima kasih, Rayya turun dari mobil. Selama perjalanan gadih ini lebih banyak diam mendengarka cerita Dika. Dia juga menahan rasa sakit di perutnya karena tamu bulanan itu datang tadi pagi, tetapi rasa sakitnya baru menyerang saat dia menunggu bus. Untungnya Dika datang dan mengajaknya pulang.

Rayya berjalan lunglai memasuki rumah. Siapa sangka, ternyata di balik pintu ada sang ayah yang sudah bersedekap dengan tatapan yang siap melayangkan banyak pertanyaan. Rayya hanya bisa pasrah jika melihat lelaki satu-satunya di keluarga sudah seperti itu. Sebelum ayahnya melayangkan pertanyaan, Rayya tetap mencium tangannya terlebih dahulu. Adab kepada orang tua tetap nomor satu.

Virtualzone [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang