Virtualzone - Chapter 43

328 38 8
                                    

Hai, kali ini aku update malam Kamis, hehe

Jangan lupa feedback ya guys. Dua part lagi ending, nih. Btw, ini hampir 2000 kata, itung-itung balas dendam part kemarin yang pendek, ya.

Enjoy💜

Fokus Rayya sekarang hanya pada soal-soal yang ada di buku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Fokus Rayya sekarang hanya pada soal-soal yang ada di buku. Ponselnya sengaja dia simpan jauh-jauh agar tidak mengganggu fokus belajar. Selagi kepalanya berpikir dan tangan kanannya menuliskan jawaban, mulutnya ikut berkontribusi mengunyah camilan untuk mengisi perut agar tidak terlalu kosong. Sebelum pulang ke rumah, dia bersama bunda mampir ke minimarket. Rayya mengadu karena isi kulkas hanya tinggal beberapa sayuran dan bahan masakan yang lain.

Sudah tiga belas soal yang Rayya berhasil jawab. Malam ini dia tidak ingin bertemu dengan rumus-rumus Matematika yang membuatnya berpikir lebih keras. Dari tiga belas soal itu, mungkin enam puluh persen yang benar-benar Rayya pahami dan bisa dijawab dengan benar. Sisanya dia sesekali mengintip dari kunci jawaban. Bukannya kunci jawaban memang disediakan untuk melihat jawaban dari soal yang tidak dimengerti?

Ketukan pintu menyapa telinga Rayya. Setelah dipersilakan masuk, pintu dibuka pelan dan terlihat sang ayah menggenggam segelas susu vanila. Beliau menghampiri Rayya dan menyimpan segelas susu di meja.

"Ayah baru pulang?" tanya Rayya karena melihat ayahnya masih mengenakan kemeja.

"Iya."

"Terus tumben dateng ke kamar, bawain susu segala lagi," komentarnya. Dia menatap sang ayah curiga.

Yang ditatap hanya terkekeh dan duduk di ujung tempat tidur putrinya. "Waktu kecil minum susu itu agenda wajib kamu sebelum tidur."

Rayya memutar kursinya menghadap sang ayah. "Itu, kan, waktu kecil. Sekarang Rayya udah besar, jadi nggak wa-jib minum susu," balas Rayya memberi penekanan pada kata wajib.

"Iya, sekarang yang penting lihat Jaehyun dulu." Beliau menghela napas sebentar, memberi jeda pada ucapannya. "Ternyata ayah banyak ngelewatin proses kamu tumbuh." Ucapan ayahnya berhasil membuat ekspresi Rayya menjadi sendu. Dia beranjak dan ikut duduk di samping sang ayah.

"Ayah kok ngomong kayak gitu? Ayah nggak ngelewatin apapun. Mungkin emang kita jarang ngobrol aja, tapi ayah nggak ngelewatin apapun," bantah Rayya. "Apalagi semenjak ayah diangkat jadi kepala dokter, pasti makin sibuk sampe prnah nggak pulang. Kalo cape ayah harus istirahat. Rayya nggak mau ayah sakit." Rayya menyandarkan kepalanya di pundak sang ayah dan memeluknya dari samping.

Beliau hanya tersenyum dan mengusap puncak kepala putri semata wayangnya. "Tumben nggak belajar bareng Raga," ungkapnya mengalihkan pembicaraan.

Rayya kembali duduk tegak. "Udah belajar bareng di sekolah. Barusan Rayya lagi belajar Penalaran Umum, jadi nggak sama Raga. Kalo ngajarin Rayya terus kapan dia belajarnya? Nggak enak juga Rayya ngerepotin terus."

Virtualzone [COMPLETED]Where stories live. Discover now