Virtualzone - Chapter 6

730 93 232
                                    

Apa kabar? Aku balik lagi nih

Oh iya, jangan lupa feedback berupa vote dan komen biar aku makin semangat nulisnya :)

Enjoy 💜

Bel pulang sekolah berbunyi sekitar lima belas menit yang lalu, tetapi Rayya masih berada di kelas bersama beberapa temannya karena mereka ada jadwal piket hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bel pulang sekolah berbunyi sekitar lima belas menit yang lalu, tetapi Rayya masih berada di kelas bersama beberapa temannya karena mereka ada jadwal piket hari ini. XII IPA 2 selalu melakukan piket sepulang sekolah, dan jika ada salah satu dari mereka yang tidak piket maka harus membayar denda Rp. 50.000. Namun tetap saja ada beberapa orang yang lebih baik membayar denda daripada harus piket.

"Si Dika habis istirahat kedua ngilang lagi aja. Kabur terus tiap ada piket," gerutu salah satu teman Rayya.

Mendengar nama Dika disebut, Rayya kembali teringat bahwa topi milik Dika masih dirinya simpan. Rayya membuka tas untuk memastikan bahwa topi itu ada di dalam tasnya.

"Untung ada," katanya.

"Apa yang ada, Ra?" tanya temannya.

"Ini." Rayya mengangkat topi milik Dika.

"Topi?"

Rayya mengangguk. "Tadi pagi gue lupa bawa topi, terus ini dipinjemin sama Dika. Lupa belum gue balikin."

"Dika ngedeketin lo lagi?"

"Enggak ngedeketin, dia cuma minjemin topi doang."

"Itu modusnya, Ra."

Masa sih? batinnya.

Rayya tidak terlalu memikirkan perkataan temannya, lebih tepatnya dia tidak ingin ambil pusing mengenai hal itu. Tidak mungkin Dika kembali mendekati dirinya seperti waktu itu. Rayya kembali menyelesaikan piketnya agar bisa segera pulang ke rumah.

Setelah selesai, mereka keuar kelas. Rayya menemukan Raga duduk di bangku taman dan sibuk dengan ponselnya. Rayya berada tepat dibelakang Raga, tetapi Raga masih belum menyadari karena Rayya menghampirinya pelan-pelan. Rayya sedikit berjinjit untuk melihat apa yang dilihat Raga di ponselnya.

"Udah keponya?" tanya Raga tanpa membalikkan badan.

"Kok lo tahu ada gue di belakang?"

"Wangi parfum lo kecium."

"Ciee, tahu banget wangi parfum gue," goda Rayya sambil berjalan ke depan Raga. "Besok gue mau ganti parfum ah kalo gitu."

Raga tidak mendengarkan ocehan Rayya, dia beranjak dan pergi dari hadapan Rayya. Sedangkan Rayya memasang raut kesal karena ditinggalkan begitu saja oleh Raga.

"Raga."

Yang dipanggil pura-pura tidak mendengar.

"Raga."

Masih tidak didengar.

"Raga," pangilnya sekali lagi. Namun Raga masih tetap melanjutkan langkahnya, mengacuhkan Rayya.

Virtualzone [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang