Virtualzone - Chapter 40

309 43 5
                                    

Gak kerasa ya udah nyampe chapter 40. Bentar lagi udah mau end guys. Aku ada kabar yang menyenangkan buat kita semua.

Sebelumnya seperti biasa, jangan lupa tinggalkan jejak.

Enjoy 💜

Jam menunjukkan pukul 15

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jam menunjukkan pukul 15.35, Rayya terlihat segar setelah tubuhnya terkena air sore ini. Tiga puluh menit yang lalu dia baru bangun tidur dan tidak lupa mengirim bukti foto kepada Bara. Saat Raga dan Gita pulang setelah mereka belajar, Rayya mencoba Merasa tenggorokannya butuh asupan air, dia pergi ke dapur dan melihat perempuan paruh baya sedang memasukkan macaron ke dalam boks berukuran dua puluh sentimeter, kurang lebih ada tujuh boks yang berjajar di atas meja makan.

"Buat menu baru, nih?" tebaknya sambil menuangkan air ke dalam gelas, "Rayya disisain enggak?"

"Aduh, Bunda lupa." Beliau masih menata macaron tersebut ke dalam boks.

Rayya duduk di kursi meja makan dengan gelas yang sudah terisi air, tetapi belum diminum satu teguk pun. "Kok bisa lupa sama Rayya?" tanyanya dengan bibir yang sudah maju beberapa sentimeter.

Beliau terkekeh sebelum menjawab pertanyaan putri semata wayangnya. "Mana mungkin Bunda lupa sama kamu yang suka makanan manis. Punyamu ada di lemari."

Rayya langsung beranjak dan membuka lemari, melupakan tenggorokannya yang kering. Dia membawa macaron itu ke meja makan dan langsung menyantapnya tanpa berkata apapun. "Enak," komentarnya.

"Di mulut kamu apa, sih, yang enggak enak?"

"Ada loh, jangan salah. Mulutku menolak durian."

"Bukan mulutmu, tapi hidungmu. Kamu belum pernah coba, tapi udah bilang enggak enak."

Dia bergidik membayangkan buah itu ada di hadapannya. "Baunya aja udah mau bikin aku ...." Rayya mempraktikkan seseorang yang akan muntah. Namun, di sela-sela dirinya menikmati macaron, ternyata dia tidak lupa kepada sang bunda. Dia menyodorkan satu macaron itu dan meminta bunda membuka mulut.

"Nanti bantu bunda kasih ini ke rumah Raga, ya." Beliau menepuk pelan satu boks yang sudah tertutup rapi. Yang dimintai bantuan mengangguk kemudian tersenyum penuh arti. Bunda mengerti maksud senyuman itu, beliau mengangguk. "Iya, boleh. Bunda juga mau ngasih ini ke tetangga yang lain, terus pergi ke toko sebentar buat minta mereka coba."

***

Rayya mengetuk pintu rumah dengan cat berwarna putih. Seharusnya pemilik rumah ada, setidaknya Raga, karena motornya terparkir di samping rumah. Baru saja kepalan tangannya terangkat untuk kembali mengetuk pintu, tetapi suara pintu dibuka dan di balik pintu itu muncul seseorang yang tadi pagi bertemu dengannya.

Virtualzone [COMPLETED]Where stories live. Discover now