Virtualzone - Chapter 19

370 51 45
                                    

Aku udah kepikiran buat nemuin Bara sama Rayya. Tapi belum tahu mau di part berapa. Semoga deket-deket ini yaa hehe.

Sebelum baca yuk komen, vote, sama share juga jangan lupa. Cerita ini butuh dukungan dari kalian. Langsung aja yuk!

Enjoy 💜

Rayya berkali-kali menghembuskan napasnya melihat jawaban yang tidak kunjung ditemukan

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

Rayya berkali-kali menghembuskan napasnya melihat jawaban yang tidak kunjung ditemukan. Selembar kertas yang awalnya kosong kini sudah penuh coretan. Ingin sekali dirinya menghubungi Raga untuk menanyakan apa yang salah dari hitungannya. Namun, dirinya sudah berjanji untuk mengerjakan sendiri tanpa bantuan orang lain. Setidaknya kali ini Rayyya berhasil mengerjakan 8 soal Matematika. Rayya melewati soal tersebut, akan dia tanyakan pada Raga nanti. Tidak besok, karena besok adalah jadwal Raga memenuhi janjinya untuk mengajak Rayya nonton.Oma

Rayya kembali berkutat dengan soal-soal yang lain, sambil bersenandung menyanyikan salah satu lagu milik NCT 127 yang berjudul 'Limitless' melantun di laptop miliknya. Rayya sudah menghabiskan waktu tiga puluh lima menit untuk mengerjakan soal-soal yang ada di buku SBMPTN. Janjinya pada diri sendiri kali ini benar-benar ditepati. Walaupun dengan embel-embel agar ada yang bisa dibanggakan di depan sang bias-Jaehyun-jika bertemu nanti. Ucapan Raga beberapa hari yang lalu berefek pada Rayya, biasanya hanya sekadar angin lalu saja.

Ponselnya berdering di atas meja, membuat fokus Rayya seketika buyar. Dia mengalihkan pandangannya sebentar ke arah ponselnya. Satu nama tertera di sana. Dia adalah Bintang, partner Rayya dalam membicarakan soal Korea Selatan dan segala isinya. Tanpa berpikir panjang, Rayya segera menerima telepon itu.

"Kak Rayya." Sapaan Bintang langsung terdengar begitu Rayya menempelkan ponselnya di telinga.

"Haiii. Mau cerita apa?" Rayya sudah bisa menebak apa yang akan dibicaran oleh Bintang. Jika bukan tentang Kakaknya, Raga, pasti tentang biasnya.

"Kak Rayya lagi sibuk enggak?"

"Enggak kok, lagi ngerjain soal aja sambil dengerin lagu," jawabnya. Dia menutup bukunya dan menuju window seat. "Kenapa?"

"Enggak apa-apa sih, cuman pengen sambat aja."

"Boleh, mau sambat apa emang?"

"Video call aja ya Kak?"

"Oke."

Tidak butuh waktu lama, di layar ponsel Rayya sudah muncul wajah Bintang. Raut wajahnya terlihat berbeda, tidak secerah biasanya. Rayya pikir mungkin karena lelah seharian les dan mengerjakan tugas.

"Kak, menurut Kak Rayya kalo Bintang ganti cita-cita gimana?"

Rayya mengerutkan kedua alisnya. "Udah bilang sama orang tua?"

Bintang menggeleng lalu berujar, "Takut diketawain."

Rayya semakin mengerutkan kedua alisnya. Memangnya Bintang ingin mengubah cita-citanya menjadi apa? Apakah menjadi Psikolog sudah tidak menarik lagi di matanya? Dan kenapa dia bilang takut ditertawakan jika bilang pada kedua orang tuanya? Rayya bingung sekaligus penasaran. "Emang kamu sekarang pengen jadi apa?"

Virtualzone [COMPLETED]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ