Virtualzone - Chapter 11

582 76 89
                                    

I'm back hehe, alhamdulillah sekarang udah sehat. Kalian gimana kabarnya? Kangen aku gak? 😅

Ada yang masih nungguin cerita ini?
Kemaren ada bisikan-bisikan nyuruh update.

Ada yang masih nungguin cerita ini? Kemaren ada bisikan-bisikan nyuruh update

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jangan lupa klik bintang di pojok kiri bawah, komen, dan share juga ya. Kasih tahu temen-temen kalian. Komen dari kalian bikin moodku naik hehe.

Enggak usah banyak basa-basi, langsung aja.

Enjoy

Enjoy ❤

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aa."

"Hati-hati, jangan lari," peringat Bara ketika mendengar suara panggilan itu.

Seorang anak perempuan berusia empat tahun berlari menghampiri Bara dengan langkah sedikit terhuyung. Wajahnya dengan jelas memperlihatkan bahwa dia baru bangun dari tidurnya. Siang ini Bara sedang duduk di meja warung Bu Ratih bersama Leon. Mereka sedang berbincang. Bara segera mengangkat anak kecil tersebut dan mendudukannya di meja menghadap dirinya. Entah pelet apa yang dipakainya sampai mampu mencuri perhatian setiap anak kecil di sekitarnya.

"Hai girl, wassap," sapanya sok gaul.

Anak kecil itu memperlihatkan barisan gigi putihnya ketika mendengar sapaan Bara.

"Bella bangun tidur ya?" tanya Leon sampil mencubit pipinya gemas.

Anak itu menepis tangan Leon. "Sakit," protesnya, "tadi pas Bella bobo denger suara Aa, jadi Bella bangun. Mau ketemu Aa," terangnnya.

"Kenapa mau ketemu Aa?"

Bara menunggu jawaban karena Bella sedang berpikir kata apa yang harus diucapkannya. "Tangen."

"Tangen?" tanya Leon. Bella mengangguk yakin. "Kangen," koreksi Bara.

"Iya, itu. Aa gak pernah main ke sini lagi."

Beberapa minggu ke belakang Bara memang jarang bertemu dengan Leon di sini. Tugas yang diberikan gurunya sedikit menumpuk, jadi dia hanya berkutat dengan tugasnya di kamar. Warung Bu Ratih sudah seperti basecamp untuk Bara. Saat dirinya masih sekolah, Bara dan teman-temannya yang lain selalu berkumpul di sini. Untuk sekadar ngopi, ataupun ngobrol. Warung Bu Ratih tidak terlalu besar pun tidak terlalu kecil. Seperti warung pada umumnya, Bu Ratih menjual keperluan dapur, jajanan, dan kalau pagi-pagi biasanya menjual bubur, nasi uduk, dan makanan berat lainnya untuk sarapan. Bara paling sering memesan nasi uduk, karena nasi uduk buatan Bu Ratih sangat terkenal enak dan cocok dengan lidahnya.

Virtualzone [COMPLETED]Where stories live. Discover now