"Udah, Ma." Lisa mengangkat satu plastik besar. "Sisanya dibawa Kak Kevin."

Laras menerima satu plastik besar dari Lisa. Wanita itu meletakkan satu plastik itu ke atas meja makan. Rumah menjadi ramai karena rombongan Erlang dan Frans ikut meramaikan rumah.

Pria tua membantu istrinya membawa daging yang telah di bumbui ke taman rumah Hardi. Erlang menggelar tikar di dekat kolam renang.

Raka memasang lampu di setiap sudut taman. Jangan sampai ada yang terlewat, wanita itu trauma pernah melihat penampakan di pojok taman.

Setelah semua siap. Ada beberapa orang yang mandi sebelum memulai acara, Kevin memakai kaos santai dipadukan celana selutut. Pria itu duduk di samping Lisa yang menusuk sosis, paprika lalu nanas berada di paling ujung.

"Lang, tolong kasih madu." Rara menyodorkan sepiring bumbu, menyuruh kekasihnya menambahkan madu.

Ibu-ibu berkumpul di pojok. "Dulu cuma kita bertiga. Terus jadi enam. Akhirnya jadi rame kayak sekarang." ucap Sita sembari memotong lemon.

"Gak nyangka pertemanan dari TK bisa bertahan sampai sekarang." sahut Laras.

"Anehnya gue bisa temenan sama lo, lo pada." ucap Elle mendapat toyoran kepala dari Laras.

Suara teriakan seseorang mengagetkan semua orang di taman. "KENA MATA GUE ANJIR!" Asta mengibas-ngibaskan kipas di tangannya ke arah berlawanan.

"Salah lo ngapain berdiri di situ." Rio menutup matanya.

Sesudah mengumpulkan makanan yang akan dibakar dalam satu tempat, Lisa kembali duduk di samping Kevin. Menyandarkan kepalanya di paha lelaki itu. Kevin mengusap lembut rambut halus gadisnya.

"Sa." Laras duduk selonjor mendekati Lisa. "Undangan udah selesai cetak?"

"Udah Ma." Kevin mulai memanggil laras dengan sebutan Mama atas permintaan wanita itu.

"Mau sebar undangan kapan?"

"Seminggu sebelum resepsi, Ma." sahut Lisa.

"Vin, bantuin Mama dong." Laras melirik kumpulan bapak-bapak yang tertawa, entah menceritakan kegiatan bersama istri atau momen lucu dengan keluarganya.

"Bantu apa?"

Lisa mengubah posisi memeluk Kevin dari samping. Tetapi telinganya mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut ibunya.

"Bujukin Om Ardi, Papa dan Daddy kamu buat acc pakaian yang udah disepakati kita para ibu-ibu."

"Wes angel, angel." Erlang melewati Laras yang meminta tolong pada Kevin. Pemuda itu membawa daging yang hendak dipanggang.

"Ayolah Vin, tolongin Mama."

"Susah Ma." timpal Lisa, suara gadis itu teredam perut Kevin.

"Coba jangan kasih jatah kalau gak mau nurut." saran Kevin tak yakin.

"Udah Elle lakuin, tapi malah minumannya dikasih obat perangsang sama Ardi. Emang sialan itu orang."

"Nekat aja lah Ma. Bibi Aurel juga pakai dress model sabrina, suaminya gak protes." ucap Lisa. Laras mengangguk, kakaknya—Aurel sudah di setujuin suaminya. Secara suami Aurel tidak seposesif Hardi.

"Betul juga." Laras tertawa jahat kemudian menoleh pada sahabatnya. "Makasih kesayangan Mama." Laras mengecup kilat rambut Lisa dan berlari mendekati sahabatnya.

Regan menaruh sosis bakar di samping Lisa. "Gak tua gak muda. Mama tetap hiperaktif." pemuda itu berdecak kagum.

"Mama itu kalem. Jangan salah kamu." Lisa menendang asal kaki adiknya. "Lisa dan Mama itu satu paket. Cewek kalem bin anggun."

"No pict, hoax."

"Urus aja link di grup kelasmu sana." usir Lisa terang-terangan.

"Kok Kak Lis tau?"

"Lihat HP Raka."

Regan merogoh saku celananya mengeluarkan ponsel. Menunjukkan ponsel itu ke depan wajah Lisa.

Pak Guru
Bagus Regan, nanti bapak coba ke istri 👍
Share bapak lagi jika ada yang lainnya

Regan
Pak ini grup

Pak Guru
O ya, silahkan japri bapak

**********

Me And Mr. Billionaire [END]Where stories live. Discover now