eleven

25.1K 2.3K 253
                                    

Warning 🔞

Sepertinya bab ini bakalan sepi

*****

Satu menit membiarkan Kevin berlaku sesukanya, Lisa memikirkan tawaran laki-laki itu. Kalau Kevin ikut, ada untungnya untuk Lisa. Dia tak perlu mengeluarkan uang dan tak perlu capek-capek mengusir pria yang modus padanya.

"Oke deh boleh." balas Lisa. "Kak Kevin jangan turun-turun ke bawah ya. Yang atas aja, yang bawah buat suami aku."

"Sebentar lagi aku juga melamar kamu Sa."

"Pokoknya main menu waktu udah nikah."

"Iya."

Ciuman itu terjadi untuk kesekian kalinya. Kevin meremas sesuatu di balik bra hitam gadisnya namun saat dia mau mengangkat tubuh Lisa ke meja kerjanya. Pintu ruangannya diketuk dari luar.

"Shit!" umpat Kevin. Lisa yang tahu situasi langsung bersembunyi di bawah kolong meja kerja Kevin.

Setelah Kevin membenarkan pakaiannya. Dia memerintahkan orang yang mengetuk pintunya masuk, dia Icha—wanita yang mengejar-ngejar Kevin saat dia sudah berada di Indonesia dua minggu ini. Bahkan sebelum Kevin menemui Lisa, Icha sudah mengganggu Kevin.

Icha wanita yang tak kenal lelah mengejar Kevin sampai laki-laki itu muak sendiri dan Lisa sudah diberi tahu Kevin tentang Icha.

Tangan Lisa terkepal. Tak sadar letak tangannya yang mengepal itu di mana. Kevin yang merasa sesuatu telah meremas miliknya, tersentak. Dia melirik ke bawah, Lisa tampaknya tidak tahu dia memegang benda yang sensitif untuk Kevin.

"Pak Kevin." sapa Icha. Genit.

"Ada apa Bu?"

"Panggil nama saja Pak."

Kevin memasang raut datar. Bertolak belakang dengan yang Lisa temui sehari-hari.

"Pak Kevin sudah makan siang?" Kevin ingin muntah saat Icha pura-pura membenarkan rambutnya. Pakaian Icha juga sangat ketat hingga belahan dadanya terlihat dan tentu tidak menggiurkan di mata Kevin. Belahan dada gadisnya lebih menggoda.

Lisa melihat tangannya, dia telah sadar benda apa yang dia pegang. Otongnya si Kevin berada di genggamannya.

"Saya sudah makan siang." Kevin melirik meja yang tadi tempatnya makan siang bersama Lisa.

Icha mengikuti arah pandang Kevin. Dua mangkuk yang tersisa kuah di sana membuat Icha bertanya-tanya di dalam hati.

"Apa Pak Kevin makan sendirian?"

"Tidak."

"Apa bersama pacar?"

"Tidak." senyum lebar Icha terbit.

Lisa meremas milik Kevin, kesal. Tangan pria itu turun ke bawah, dia mengelus pundak Lisa yang naik turun.

"Tetapi bersama calon istri saya." tambahnya. Senyum Icha tidak terlihat lagi. "Bu Icha bisa pergi jika tidak ada kepentingan." pengusiran yang ketara.

Senyum Lisa sekarang yang mekar. Dia mengelus milik Kevin untuk penghargaan.

"Saya masih ada kepentingan Pak."

Raut wajah Kevin menggambarkan seakan dia berkata 'Apa lagi Cok?!'. Sayangnya Icha tidak peka.

Lisa diam-diam membuka gesper hitam pria di hadapannya. Gadis itu menurunkan resleting celana Kevin dan tangannya masuk ke dalam sana. Laki-laki itu menekan kuat pundak Lisa agar tidak melakukan lebih.

"Seto, Ayah saya mengajukan kerja sama dengan Hendrawan Company. Dan Ayah meminta saya berbicara pada Pak Kevin."

"Nanti...," Kevin mengambil napas, dia mulai tersendat-sendat ketika sesuatu yang hangat melingkupinya. "Nanti saya bisa bicarakan dengan Pak Seto."

"Satu lagi Pak."

Gerakan kepala Lisa semakin cepat. Bergerak naik turun mengikuti irama hatinya yang panas karena Icha tak kunjung pergi. Kevin yang tadinya menekan pundak Lisa, menjadi mengelus rambut gadisnya perlahan.

Apa anda tidak tahu, waktu kunjungan anda sangat tidak tepat. Ingin Kevin mengeluarkan kalimat itu, namun teringat dengan Ayah Icha. Dia urung mengucapkannya.

"Katakan." Kevin menahan tubuhnya yang sudah tegang. Gerakan Lisa di bawahnya juga entah mengapa terlihat sangat profesional dan berpengalaman.

Lisa yang sibuk sempat mendongak ke atas. Kevin menggertakkan gigi, mulut Lisa berhenti bergerak dan itu membuat lelaki dalam kuasa Lisa menengok ke bawah. Gadis itu tersenyum manis kepadanya.

"Saya ingin mengajak Pak Kevin makan malam. Besok."

Mulut Lisa bergantian dengan tangan. Dia menggerakkan tangannya naik turun.

"Tidak bisa." Kevin mengelus lembut kepala Lisa saat mulut gadis itu bekerja kembali.

"Kenapa?"

"Saya mau menghabiskan waktu dengan calon istri saya. Bisa Bu Icha pergi sekarang? Saya benar-benar sibuk saat ini."

"Baik Pak Kevin."

Hati Icha mencelos. Dia sudah disuruh mundur sebelum maju berperang. Dia memilih mundur daripada sakit hati.

Icha pergi dari ruangan Kevin dan secepat angin laki-laki itu mengunci pintu ruangannya menggunakan remote.  Dirasa semua sudah aman dan ruangannya yang kedap suara, Kevin mendesah sangat keras. Penyambutan yang sangat baik di hari pertamanya bekerja. Service yang memuaskan!

Pelepasan menghampiri Kevin, laki-laki itu menekan kepala Lisa lebih dalam.

Napas Kevin tersendat-sendat. Dia membetulkan kembali celananya seperti semula. Hal ini baru pernah dia alami sekali, yaitu bersama gadisnya.

"Enak ya kayaknya." ucap Lisa. Dia duduk di meja kerja Kevin. Waktu istirahat makan siang tersisa lima belas menit lagi.

"Apa kamu juga mau mencoba?"

"Hah?"

Kevin memang terlalu sibuk belajar dan bekerja, makanya dia mungkin tidak terlalu ahli dalam melakukan hal yang sama dengan Lisa. Tapi Kevin bisa mengandalkan insting seorang pria.

Lisa cuma perlu pasrah menerima dan Kevin yang berusaha. Lisa adalah ratunya dan Kevin akan terus berusaha menjadikan gadisnya ratu dengan segala cara. Termasuk menjalan 7 tahun penuh siksaan pekerjaan dan buku-buku.

Alasannya simpel. Kevin tak ingin Lisa hidup dengan laki-laki biasa, dia mau menjadi laki-laki luar biasa supaya Lisa bangga memilikinya.

"Aku mau buat kamu puas. Seperti yang kamu lakuin ke aku tadi."

"Emang Kak Kevin puas?" tanya Lisa heran. "Tadi aku cuma coba-coba aja, soalnya tadi habis baca Wattpad. Mumpung ada bahan percobaan jadi langsung tancap gas. Baru pertama kali lakuin kayak gitu, ternyata enak ya."

Kevin berdiri sebentar, mensejajarkan wajahnya dengan wajah Lisa. Dia mengecup pipi gadisnya dalam. "Sering-sering."

Lisa mengacungkan jempolnya. Dia mengernyit saat Kevin membuka celana panjang yang dia pakai.

"Kak," dia menegur. Takut Kevin kebablasan.

"Gak akan lebih dari ini. Setelah aku mengambil hati adikmu, kita akan menikah Sa. Secepatnya."

Kevin menurunkan celana dalam berenda berwarna biru tua dan mengantongi celana itu di jasnya.

Lalu yang dilakukan Kevin selanjutnya dapat membuat Lisa terkejut, bingung dan mengerang dalam waktu bersamaan. Gadis itu merebahkan tubuhnya di atas meja kerja Kevin sambil bergerak gelisah.

******

Otakku sudah tercemar karena WP 😔

Me And Mr. Billionaire [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang